Sobat Medi, pita berwarna merah yang membentuk huruf V terbalik pasti sering kamu lihat! Ya, simbol yang sering disematkan di dada atau dipasang dalam spanduk serta brosur informasi ini identik dengan AIDS atau acquired immune deficiency syndrome.
Setiap tahun, ketika seluruh dunia merayakan hari AIDS pada 1 Desember, simbol pita merah itu kembali banyak terlihat. Nah, ternyata bukan cuma orang dewasa, anak-anak seperti kita pun perlu punya pengetahuan terkait dengan AIDS supaya tak salah paham dan tentunya tahu cara untuk mencegahnya!
Untuk itu, pada Jumat (18/12), Medi sengaja bertemu Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Bapak dr Sigit Priohutomo, MPH, di kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta. Simak ya cerita Medi! HIV lalu AIDS "AIDS adalah suatu kumpulan gejala yang muncul akibat penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus)," kata Pak Sigit. Ya, seseorang dikatakan AIDS jika sebelumnya terkena virus HIV. Dengan kata lain, AIDS ialah stadium lanjut dari infeksi HIV.
Lalu, HIV itu apa? HIV adalah virus yang menyerang salah satu sel darah putih atau yang disebut limfosit yang berguna untuk menjaga kekebalan tubuh. "Jika limfosit diserang terus, maka kekebalan tubuhnya akan berkurang," kata Pak Sigit.
Kendati akibat yang ditimbulkan HIV/AIDS bisa sepanjang usia, tetapi gejala yang muncul dalam satu minggu terinfeksinya virus HIV seperti gangguan pada kekebalan tubuh biasanya. "Flu, demam, ataupun pegal-pegal akan dirasakan orang yang terinfeksi HIV di minggu pertama," kata Pak Sigit .
Selanjutnya, perjalanan dari HIV menuju AIDS, jarak waktunya bisa lama, yakni sekitar 5 hingga 10 tahun. "Namun, dalam kurun waktu itu tidak akan menunjukkan apa pun, sehat seperti kita. Setelah 5-10 tahun, sistem kekebalan tubuhnya akan terus berkurang. Tak hanya penurunan berat badan, penyakit lainnya pun akan rentan masuk ke tubuhnya, seperti tuberkulosis, kandidiasis atau jamur di mulut, kandidiasis esofagus, pneumocystis jirovecii dan lainnya," ujar Pak Sigit. Penyakit menular Kasus AIDS, kata Pak Sigit, pertama kali ditemukan di Indonesia pada 1987 di Provinsi Bali. Hingga September 2015, AIDS tersebar di 381 dari 498 kabupaten/kota seluruh provinsi di Indonesia. Sejak 2005 hingga September 2015 saja terdapat 184.929 kasus HIV yang didapat dari layanan konseling dan tes HIV.
Nah, ini nih yang paling bikin penasaran, bagaimana seseorang bisa terkena ya? Pak Sigit menjelaskan, HIV/AIDS tergolong penyakit menular memalui perpindahan virus, melalui darah, cairan sperma, cairan vagina, dan (air susu ibu) ASI.
Kini, Pak Sigit bersama tim Kementerian Kesehatan lainnya sedang berusaha mencegah anak tertular HIV dari ibunya dengan cara pemeriksaan sejak sang ibu mengandung. Ya, saat ibu mengandung saja risiko anaknya tertular bisa mencapai 30% lo, begitu pula melahirkan dan menyusui.
Namun tenang, sang bayi baru lahir yang memerlukan energi dari ASI masih bisa mendapatkannya dari sang ibu yang terkena HIV dengan ASI eksklusif selama empat bulan pertama. "ASI ibunya masih bisa dikonsumsi selama empat bulan," lanjut Pak Sigit.
Jangan lupa minum obat HIV/AIDS memang berbahaya ya sobat. Tak mengherankan penyakit ini bisa membuat seseorang meninggal. Banyak sekali penderita HIV/AIDS yang kaget dan sedih ketika ia positif terinfeksi virus ini. Namun, selama ada kemauan, semua bisa teratasi meskipun tak bisa sembuh total setelah terinfeksi.
"Penderita tidak bisa sembuh total, tapi tetap bisa beraktivitas seperti biasanya dengan terus meminum obat," kata Pak Sigit. Ya, orang yang terinfeksi virus ini masih bisa beraktivitas seperti belajar, berolahraga, atau yang lainnya, tetapi tidak boleh berhenti meminum obat selama hidupnya.
Obat yang bernama antiretroviral tersebut seperti penyambung hidup bagi mereka. jika satu kali saja terlewat minum obat, ia harus mengulang meminum obat dari awal. Sayang kan? Nah oleh karena itu, kita mesti menjaga tubuh kita dari bahaya HIV dan penyakit lainnya sobat.
Temani mereka Meskipun menular, Pak Sigit pun menegaskan kegiatan sosial lainnya seperti minum satu gelas, pegang tangan tidak akan menularkan HIV kepada siapa pun.
Oleh karena itu,tak ada alasan untuk kita menjauhi orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). Malah mestinya kita membantu mereka membangun kepercayaan diri dan semangat mereka untuk tetap bisa melakukan berbagai kegiatan dan bermain, ya sobat! (Suryani Wandari/M-1)