"PADA Hari Internasional Solidaritas Rakyat Palestina 2015 ini, saya senang dapat kembali menyampaikan dukungan penuh dan solidaritas rakyat dan pemerintah Indonesia terhadap perjuangan yang sah dan suci rakyat Palestina guna mendapatkan hak-hak dasar untuk menentukan nasib sendiri dan menjadi negara Palestina yang berdaulat dan merdeka."
Itu kutipan dari pembuka pesan Presiden Joko Widodo pada Peringatan Hari Internasional Solidaritas Rakyat Palestina yang digelar di New York, Amerika Serikat, 23 November 2015.
Pesan tersebut terpampang di sebelah pintu masuk ruang pameran Gedung B Galeri Nasional Indonesia, tempat digelarnya pameran foto bertajuk Jerusalem; History and Civilization. Pameran yang berlangsung pada 16-20 Desember 2015 itu diselenggarakan Kedubes Palestina.
Jerusalem (al-Quds) ialah kota yang sangat tua. Kota itu sekaligus menjadi kota suci tiga agama, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Sejarah panjang Jerusalem ditampilkan dalam pameran foto ini. Ada sebanyak 63 foto yang dipamerkan. Bukan hanya foto kota dan penduduknya, melainkan juga foto dokumen terdahulu juga turut dipamerkan.
Pameran menghadirkan Jerusalem pada akhir abad 19 sampai awal abad 20. Gambar lawas itu berasal dari album Ottoman Sultan Abdulhamid II dan arsip Pusat Riset Sejarah, Seni, dan Budaya Islam (Ircica) Yildiz Palace, Istanbul.
Persis seperti tajuk, pameran ini menghadirkan dua tema, tentang sejarah dan peradaban. Jerusalem tempo dulu menyiratkan nilai luhur tentang kedamaian. Foto koleksi Ircica menghadirkan gambaran toleransi pada masa lampau, yaitu abad 18-19. Situs dari tiap-tiap agama begitu dihargai dan dihormati, diberi ruang dan memberikan ruang.
Gambar dokumen Dekrit Sultan Suleyman II pada April 1688, misalnya. Saat itu beberapa kaum Frank memasuki Gereja Betlehem dan Gereja Makam Kudus. Dektrit tersebut memerintahkan kunci tempat tersebut dikembalikan pada para Patriarkat Yunani di Jerusalem. Selain itu, kaum Frank yang ingin berkunjung harus mendapat izin dari Patriarkat.
Selanjutnya Dekrit Sultan Ahmed II pada Juni 1726, yaitu dokumen yang berisi pelarangan atas pengenaan pajak secara ilegal terhadap kaum Yahudi yang berkunjung ke al-Quds. Masjid Al-Aqsa Selain foto dokumen, juga turut dipamerkan foto lawas tentang warga desa sekitar, penjual roti, tukang batu. Juga tak lupa foto toko dan kedai kopi di Jerusalem tempo dulu.
Ada juga gambar pemandangan yang diambil pada kisaran 1890-1898. Foto tersebut menampilkan bagian muka gedung sisi utara Masjid Al-Aqsa, bangunan di utara Masjid al-Aqsa, dan Gawanima Minaret, serta gambar Kolam Hezekiah dengan latar atap kota. Hezekiah merupakan sumber air utama pada masa Dinasti Ottoman.
Pembukaan stasiun kereta api di Jerusalem ialah pada 26 September 1892. Stasiun itu merupakan salah satu upaya Sultan Abdulhamid II untuk menyatukan wilayah kerajaan.
Setelah beranjak dari Jerusalem tempo dulu, ruang berikutnya menghadirkan berbagai citra kekinian Jerusalem. Foto bercerita dengan ragam atmosfer, ketakutan, kegembiraan, horor, religiusitas, toleransi, dan keberadaban. Semua ragam itu bercampur dalam satu ruang berisi karya fotografer Turki Suleyman Gunduz.
Ada foto Masjid Al-Aqsa yang dari luar tampak mencekam dengan kawat berduri di sekelilingnya, pemandangan seorang yang tengah bersujud, perempuan yang tengah berdoa, seorang pria membaca kitab suci dengan wajah tertunduk dan berlatar Masjid Al-Aqsa, kegiatan harian warga Jerusalem, aktivitas spiritual dan keagamaan, serta wajah-wajah yang menyiratkan kepasrahan.
Foto pada ruang 'peradaban' memang tak berjudul dan tak berketerangan. Namun, makna tersirat dalam saat memperhatikan wajah anak-anak yang bermain bola dengan latar bangunan yang hancur oleh agresi militer Israel 2014. Begitupun foto-foto lain yang kuat menggelitik dan mengajak bersolidaritas.
Jerusalem ialah kota yang indah. Para pemeluk agama berbeda bisa tinggal dalam satu atap. Begitu menurut Suleyman Gunduz.
Paragraf terakhir dari pesan Presiden Joko Widodo dalam Hari Internasional Solidaritas Rakyat Palestina 2015 ialah, "Untuk itu, saya kembali menegaskan seruan Indonesia untuk implementasi dari seluruh resolusi PBB terkait Palestina, serta mendesak dimulainya kambali proses politik yang cepat dan tanpa hambatan guna mencapai perdamaian dan keamanan, serta menghindari perang dan pertumpahan darah". (M-6)