TABUHAN gendang dan irama kulintang tak pernah berubah, mengajak para warga pengikut upacara untuk menari. Itu semakin riuh dan khidmat dengan rapalan nyanyian. Sudah dua kali, Masrani, putra dari salah satu tetua di suku Dayak Benuaq, Petrus Asuy, mengikuti upacara gugug tau'tn pada 2010 dan 2014. Keduanya memiliki tujuan yang berbeda. Tahun pertama terkait dengan penyembuhan penyakit, sedangkan yang baru saja terjadi perihal pemanggilan roh leluhur untuk membantu pulihkan lingkungan. Sejak satu bulan sebelum ritual tersebut dimulai, rapat diadakan untuk membahas persiapan dan memastikan jumlah kepala keluarga yang turut serta.
Ritual yang terjadi selama 64 hari itu tidak boleh putus, 16 hari di salah satu rumah yang sudah disepakati, empat hari tidak boleh beraktivitas dan gaduh, sementara 44 hari setelahnya upacara akan dilakukan di tanah termasuk juga mengadakan di lamin, rumah yang dianggap sebagai tempat peninggalan leluhur. "Prosesnya sama, hanya tujuannya bisa berbeda. Apakah untuk ritual pengobatan atau bersih-bersih alam. Tidak semua penyakit juga, nanti ada pawang yang memeriksa. Kalau dinyatakan harus membuat ritual, ya, baru ikut bergabung," kata Masrani seusai menengok hutan adat milik Dayak Benuaq di Muara Tae, Kamis (28/10).
Jika untuk prosesi penyembuhan, akan dibangun balai yang jumlahnya bisa mencapai ratusan. Kemudian, mereka yang akan disembuhkan harus tidur di dalam pondok yang juga sudah dipersiapkan. Nyanyian dan suara musik lalu diperdengarkan. Semua menari sembari membaca mantra yang meminta pertolongan kesembuhan bagi mereka yang dinyatakan sakit. Acara yang dimulai sejak pukul 20.00 Wita hingga 01.00 harus diikuti secara khusyuk oleh mereka yang sepakat untuk mengadakan ritual.
Babi dan ayam Tak lupa penganan dipersiapkan untuk konsumsi warga dan sajen atau berkat bagi para roh yang datang. Semua penganan yang diperlukan merupakan urunan dari para kepala keluarga yang ikut berpartisipasi, mulai beras, gula merah, tepung, daun aren, buah pinang, hingga hewan berupa babi dan ayam. "Saat puncak acara potong harus hidangkan minimal satu ekor babi. Acara ini menjadi salah satu rangkaian dari 16 hari ritual yang biasanya diselenggarakan di lamin," imbuh Masrani. Pun dengan pemotongan ayam dilakukan pada waktu yang sama.
Beragam makanan yang dibawa akan ditinggal di lamin, sedangkan sisanya dibawa pulang untuk dimakan bersama-sama. Lamin yang digunakan sebagai tempat warga melakukan ritual terletak agak menjorok ke dalam dan berupa bagian-bagiannya saja karena sudah tidak lagi utuh. Jika akan digunakan, sehari sebelumnya warga akan membersihkan tempat tersebut. Ayam dan babi memang penganan wajib. Karena itu, saat rapat dibahas juga kesiapan dana warga yang akan ikut serta. Tidak ada pemaksaan dalam ritual gugug tau'tn ini. Selain itu, penganan kecil-kecilan seperti tumpi, lemang, dan ketupat disiapkan dan boleh dimakan seusai acara selesai.
Kemarau yang berkepanjangan membuat warga kesulitan untuk mendapatkan air dari sumbernya. Di sisi lain, gempuran perkebunan kelapa sawit juga semakin kencang. Karena itu, tahun lalu diadakan ritual untuk bersih-bersih alam. Masrani dan warga ingin meminta bantuan kepada roh leluhur atas klaim tanah warga yang kemudian dijadikan lahan perkebunan sawit. Dayak Benuaq hanya meminta warga yang salah mendapatkan sanksi tanpa menyebut bentuk sanksinya seperti apa. Hal itu dilakukan jika sudah tidak ada lagi cara yang bisa mereka tempuh. Tahun lalu, ujar Masrani, warga sudah pernah mengadukan para pemilik perkebunan, tetapi aduan tersebut tidak ditanggapi.