Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
BARU dirintis setahun, Plantercraft mampu meraup untung hingga puluhan juta rupiah. Pencapaian itu menjadi modal Faldi Adisajana meraih juara dua kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (WMM) dan menyisihkan belasan ribu peserta lainnya. Faldi berbagi keseruan pengalaman bisnisnya kepada Muda di lokasi berjualan Plantercraft di salah satu mal di Bandung, Jawa Barat.
Ceritakan dong tentang Plantercraft?
Inspiratif adalah bisnis kreatif yang produk unggulannya adalah boneka lumut. Ini yang pertama di Indonesia, bahkan dunia. Setelah itu, kami berkembang ke dekorasi juga.
Ide untuk mendirikan Plantercraft?
Plantercraft terinspirasi dari teknik menanam dari Jepang, namanya kokedama. Koke itu artinya lumut; dama itu bola. Kemudian saya menginovasikannya menjadi boneka lengkap dengan mata, tangan, juga kaki.
Selain itu, saya terinspirasi ketika magang, saat itu saya sedang membersihkan lumut kemudian saya berpikir kenapa lumut ini tidak dimanfaatkan untuk dijadikan sesuatu yang bernilai ekonomis.
Bagaimana kamu merintisnya?
Sebelum ke boneka lumut, saya jualan tanaman dan pot dari kayu, tapi tidak begitu laku. Kemudian saya sempat ingin menyerah, tapi akhirnya nemu ide boneka lumut ini.
Berawal dari iseng posting hasil kreasinya di media sosial pribadi, ternyata respons orang-orang bagus. Setelah itu, saya membuat akun khusus Plantercraft. Kami berdiri sejak 2015 akhir.
Sekarang, Plantercraft sudah dikelola lima orang termasuk saya. Untuk produksi sendiri, saya bekerja sama dengan anak-anak panti asuhan dekat rumah. Ada sekitar 20 orang anak panti asuhan yang bekerja untuk membuat boneka lumut.
Jadi boneka lumut produksi kamu yang pertama di Indonesia?
Ya, sebelum kami memang belum ada, tapi setelah ada Plantercraft, kompetitor lain pun bermunculan.
Keunggulan Plantercraft agar bisa bersaing?
Kita memilih lumut yang karakteristiknya tebal dan seperti karpet. Kemudian boneka lumut dari Plantercraft disertai sertifikat adopsi. Isinya perjanjian pembeli akan merawat setelah membelinya.
Tanggapan orang-orang sekitar ketika kamu merintis Plantercraft?
Awalnya memang banyak yang meremehkan, bahkan orangtua awalnya belum setuju seratus persen. Tapi, saya tetap percaya dan yakin. Sampai alhamdulillah terbukti berhasil, bahkan menang lomba sampai tingkat nasional. Saya pun dapat penghargaan Mahasiswa Berprestasi dan Piagam Satya Adisiswa dari kampus.
Modal awal merintis bisnis Plantercraft?
Enggak sampai Rp500 ribu karena tanamannya sendiri murah, tapi setelah kami buat inovasi, harganya sampai beberapa kali lipat. Bahkan 200% lebih mahal. Sisi kreatif menaikkan nilai ekonomi.
Sekarang produksi Plantercraft apa saja?
Boneka lumut, dekorasi, dan ada juga suvenir. Boneka Rp110 ribu sampai Rp150 ribu, tanaman hias bola lumut Rp100 ribu sampai Rp200 ribu, sedangkan suvenir pernikahan mulai dari Rp5.000 sampai belasan ribu rupiah, dan untuk dekorasi sekali bikin minimal Rp10 jutaan.
Cara merawat boneka lumut Plantercraft?
Gampang, cukup direndam dua kali seminggu selama 3 sampai 5 menit karena tanaman yang kita jadikan boneka hanya sukulen dan kaktus. Tanaman itu yang kebutuhan airnya sedikit dan mudah dirawat.
Saat ini pemasarannya seperti apa dan sudah sampai mana?
Sekarang ini masih fokus menjual via online, untuk offline paling bisa dilihat di Mal Paris van Java dan ikut bazar. Untuk penjualannya sendiri sudah sampai seluruh Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, ke Korea, Thailand, dan Malaysia. Kami juga punya reseller di beberapa kota.
Omzet Plantercraft?
Kalau sudah ada dengan dekorasi, bisa sampai puluhan juta rupiah, kisaran Rp30 juta per bulan. Kalau sudah ditotal dengan suvenir, sebulan bisa 200 hingga 500 produk.
Cara kamu bagi waktu antara bisnis dan kuliah?
Sebenarnya harus ada yang dikorbankan. Repot, sih, sebenarnya kalau kamu bisnis sambil kuliah. Awal-awal saya harus banyak berkorban, tapi dua-duanya tidak ada yang saya lepas. Sekarang, bisnis saya hanya tinggal mantau saja karena sudah ada yang menjalankan. Saya fokus dengan skripsi.
Ada kontribusi ilmu yang dipelajari di kampus dengan bisnis?
Tentu ada karena background saya agrobisnsis, saya pun belajar bagaimana pemasaran, pertanian dikolaborasikan dengan sisi kreativitas.
Kiat untuk yang mau mulai bisnis?
Matengin teorinya, alangkah lebih baiknya tahu dan paham mengenai bisnis terlebih dahulu. Kemudian lihat peluang, permasalahannya, dan berani mulai, juga ambil risiko. Satu lagi yang penting, lihat passion kamu.
Di masa depan akan seperti apa bisnis Plantercraft ini?
Karena ini sisi kreatif, pasti ada masanya turun. Kita harus ada inovasi baru. Ke depannya akan menambah lini bisnis dan tetap berinovasi. (M-1)
Dila Rizky Anisa, Jurusan Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved