Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Semangat dan Integritas Aliansyah Caniago

(Zuq/M-2)
08/1/2017 02:50
Semangat dan Integritas Aliansyah Caniago
(MI/ABDILLAH M MARZUQI)

BOLEHLAH dikata, potret kehidupan adalah proses perpindahan. Dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari pengharapan baru, seraya beralih dari kehidupan lama. Mingrasi, begitu istilahnya. Ketika berbincang tentang ruang kota, migrasi tentu tidak bisa dipisahkan. Pengaruh migrasi pada identitas individu akan menjadi basis dari karya Aliansyah Caniago dalam pameran solonya yang bertajuk The Sky is Portable yang digelar di Space: Gallery+Workshop Jakarta pada 8 Desember 2016 hingga 15 Januari 2017. Pameran ini dikuratori Sally Texania. Pameran yang dikelola oleh Arcolabs itu merupakan hasil riset Aliansyah dalam proyek bird feeder yang sebelumnya juga pernah dilakukannya di tempat lain.

Kali ini bird feeder diterjemahkan di sebuah wilayah pinggiran yang telah berevolusi menjadi wilayah pusat yakni Pondok Indah. Transformasi wilayah itu merupakan akumulasi dari berbagai pendatang. Mereka dapat memiliki keinginan untuk kembali membawa kemakmuran ke kampung halaman, tetapi juga beberapa diantara memilih untuk menghapus masa lalu. Pendatang digambarkan sebagai sosok yang memiliki kemauan beradaptasi diiringi dengan hasrat untuk menaklukkan. Selain itu, Aliansyah juga melakukan riset lapangan. Ia berdialog dengan masyarakat di Pondok Indah, Sunda Kelapa, dan Kemayoran yang telah mengalami pergeseran identitas lokal yang drastis.

Sambil mengumpulkan kisah dan memori tersebut, Aliansyah melibatkan burung merpati yang memobilisasi proses observasinya. Dalam observasi ini burung merpati dilepaskan dengan sebuah kamera diikatkan pada kakinya untuk merekam perkembangan wilayah di Jakarta dengan hasil rekaman yang Aliansyah proyeksikan keatas instalasinya di ruang galeri. Aliansyah mengambil satu periode waktu untuk menghuni kawasan tersebut dan membuat survei lapangan. Ia melibatkan burung merpati yang memobilisasi proses observasinya. Karya ini akan menjadi fiksi dan eksperimentasi seorang seniman mengenai pengaruh mobilitas pada identitas yang diciptakan dalam periode waktu 10 hari. Riset ini akan diakhiri dengan performance art dan pameran seni rupa di ruang pamer. Terdapat tiga karya yang dipamerkan. Pertama, karya instalasi The Sky is Portable #1 Bird Cage (2016), The Sky is Portable #2 4D Drawings (2016), dan The Sky Is Portable #3 Painting (2016).

Sarat isu sosial
Lulusan Seni Lukis FSRD Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dikenal dengan karya seni instalasi dan performance art. Karya yang ditampilkannya sarat dengan isu sosial yang menanggapi wilayah-wilayah yang terkena dampak pertumbuhan kota. Menurut kurator pameran Sally Texania, bird feeder bisa jadi merupakan karya yang meromantisasi sudut pandang seorang seniman mengenai mobilisasi dan transformasi manusia dalam sebuah ruang kota.

Disaat yang sama, terlibatnya simbiosis seniman dan hewan dalam karya ini dapat pula dilihat sebagai penaklukan manusia terhadap alam dalam pencapaian tujuannya. Alin telah memenangi beberapa kompetisi, di antaranya 4th Winner Indonesian Young Artist Bazaar Art Award (2011), Top Honor Indonesian Art Award (2015), 1st Winner of Bandung Contemporary Art Award (2015). Karyanya mulai dikoleksi dan dipamerkan di berbagai institusi seni mancanegara, seperti Singapore Art Museum (Singapura), Fundacion Botin (Spanyol), dan Galeri Nasional (Indonesia). (Zuq/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya