Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
SABTU (5/11) lalu, sebuah ruangan Oei Hong Djien (OHD) Museum di Magelang, Jawa Tengah, disulap menjadi arena konser musik. Sebuah piano dipajang di panggung kecil bagian depan, dikelilingi ratusan karya seni lukis dan pahat lainnya yang memang telah terpajang di museum.
Sedianya lokasi ini menjadi pertunjukan Konser Resital Biola dan Piano dari pemusik kondang Ayke Agus dan Stephanus Maximillian Harsono. Adalah Oei Hong Djien, pemilik museum, yang memprakarsai konser tersebut. Kedekatan Oei Hong Djien dan kedua pemusik internasional itu membuat suasana konser menampakkan kehangatan dan kekeluargaan.
Tepuk tangan riuh dari para penonton terdengar saat Oei Hong Djien yang juga bertindak sebagai pembawa acara memperkenalkan Ayke Agus, 67, sebagai violinist sekaligus pianis yang bermukim di Amerika serta pianis Stephanus Maximillian Harsono, 20, atau akrab disapa Maxi yang berdomisili di Belanda. Kedua pemusik beda generasi itu telah melanglang ke berbagai negara untuk menampilkan musikalitas mereka.
Konser resital biola dan piano diawali dengan penampilan empat pemusik belia berkolaborasi dengan Ayke Agus. Mereka ialah Valerio Octavianus K Tokan, 11, membawakan lagu Menuet in G karya Lv Beethoven. Disusul penampilan Leoni Antoinette Santoso, 14, membawakan lagu Bouree karya JS Bach. Lalu Amelia Bella Christina membawakan Sonata KV545, in C Major I Allegro karya WA Mozart, serta William Suryowidagdo, 15, membawakan lagu Over the Rainbow from the Sound of Music karya H Arlen/EY Harburg.
Oei Hong Djien menuturkan penampilan empat remaja tersebut merupakan hasil marter klasik selama dua hari. Hal itu menunjukkan bakat musik luar biasa yang dimiliki keempat remaja tersebut. Padahal, mereka rata-rata bercita-cita ingin menjadi seorang dokter.
Menjelajah Rusia
Pianis Stephanus Maximillian Harsono memainkan lagu Perludes Op 11 No 9 & 10 karya A Scriabin. Melalui lagu itu, Maxi mengajak penonton menjelajah ke Rusia pada sebuah kondisi di saat seseorang sampai kehabisan napas. Bagaimana seseorang berada dalam situasi ketika cuaca panas di tengah gurun hingga sampai pada musim dingin dengan lanskap pegunungan penuh salju. "Musik bisa membawa kita ke satu tempat yang hal lain tidak bisa melakukannya. Musik akan membawa kita berkeliling dunia," ujar Maxi di sela permainan musiknya.
Setelah dari Rusia, Maxi mengajak penonton menelusuri Prancis dengan lagu Etude Op 42 No 5 dan Etude Op 10 No 4 karya F Chopin. Maxi menggambarkan lagu ini seperti sebuah lukisan berlatar belakang ombak, dengan nada-nada yang terus naik dan turun tapi tidak berhenti. Tampilan berikutnya, Ayke Agus membawakan lagu Ave Maria karya F Schubert/J Heifetz. Pada lagu ini, biola yang dimainkan Ayke Agus terdengar mendayu, hampir menyerupai suara orang bernyanyi lagu tersebut. Dikatakan Ayke, tipe lagu-lagu pendek semacam Ave Maria kerap dimainkannya saat konser resital. Lagu-lagu pendek ini lebih digemari tentara Amerika.
Menjelang akhir konser resital, Maxi memainkan piano berkolaborasi dengan Ayke Agus yang memainkan biola. Mereka membawakan Meditation from Thais karya J Massenet. Lagu ini menceritakan seorang biksu yang tengah melakukan pertapaan atau meditasi di gunung. Sang biksu mendapatkan godaan dan gangguan dari seorang pelacur. Namun, pelacur tersebut tidak berhasil menggoda, malah akhirnya mengikuti sang biksu menganut Buddha.
Kolaborasi berikutnya antara Ayke dan Maxi membawakan lagu Bengawan Solo. Lagu tersebut sekaligus menutup konser resital.
Konser di dalam museum itu, diakui Maxi, baru pertama kali ia lakukan. Ia merasakan sensasi yang luar biasa bermusik dengan dikelilingi karya seni rupa lainnya yang ada dalam museum. Aksi itu juga mendapat sambutan hangat para penikmat musik yang memadati museum. "Saya merasa sangat senang. Seperti ikan kecebur air laut. Memang di situlah tempatnya," ujar Maxi. (Tosiani/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved