Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Menghirup Citra dalam Abad Fotografi

Abdillah M Marzuqi
20/11/2016 09:30
Menghirup Citra dalam Abad Fotografi
(MI/GALIH PRADIPTA)

Fotografi tampaknya bukan hanya menjadi alat perayaan ekspresi keartistikan atau sebagai rekam jejak keseharian saja. Lebih dari itu, fotografi menjadi media bagi para perupa.

BISA jadi, anggapan yang pertama muncul bahwa ini bukanlah pameran fotografi. Hal itu disebabkan di muka pameran berdiri sebuah gerbang besar buatan yang ditopang perancah (scaffolding). Pada gerbang itu, terdapat foto yang dicetak pada pelat seng secara digital. Itu cukup besar sehingga orang bisa leluasa berlewat di bawahnya.

Dua pasang kaki berlawan arah bertemu pada satu titik. Pangkal kaki berada tepat di tengah. Berbagi ruang dengan wajah dan satu tangan. Itulah seni instalasi fotografis karya Sjaiful Boen dan Kun Tanubrata yang menjadi ikon dari pameran Abad Fotografi. Sekali lagi, ini adalah pameran fotografi.

Karya itu sekaligus menjadi penyapa pengunjung pameran yang berlangsung di Galeri Nasional Indonesia pada 16-28 November 2016.

Kala memasuki ruang depan pamer, masih ada kejutan lain. Puluhan tikus berkeliaran mengerubungi kotak-kotak berbentuk puzzle. Di tiap kotak ada tulisan, di antaranya seperti fee proyek dan studi banding. Di sebelah atas, ada enam lemari besi yang terbuka raknya. Begitupun rak besi itu pun punya tulisan seperti USB Vs UPS, Siluman 12T, Tak Waras, dan Calo Tanah. Di baliknya ada foto besar seorang yang kini menjadi pusat perhatian, yakni Basuki Tjahaja Purnama atau yang dikenal dengan sebutan Ahok. Karya Sjaiful Boen tersebut berjudul Pemahaman Nenek Lu!!!, yang ditulis dengan banyak coretan pada kata pemahaman.

Tak butuh waktu lama, karya itu adalah pernyataan sikap seorang seniman terhadap maraknya korupsi di negeri ini. Karya tersebut merupakan karya yang rancang bangunnya telah selesai setahun lalu.

Dalam keterangan karya, Boen menulis, 'Ahok menghadiri acara Kapsul Waktu di Balai Kota, 2015, berjarak 2 meter di samping kiri, ia berada di antara panitia, sebelum menyampaikan keinginannya di 70 tahun yang akan datang, tentang bangsa Indonesia. Sang Gubernur berkata, semoga di tahun 2025 Indonesia sudah tidak ada lagi korupsi dan ada undang--undang pembuktian terbalik mengenai harta kekayaan para penjahat'.

Lagi, karya Boen yang lain ialah Sekarang Saya Punya Presiden. Karya itu menggunakan foto Presiden RI yang dicetak di atas pelat 44 kaleng kerupuk. Disertakan pula LED interaktif yang akan menyinari wajah presiden dan bendera Indonesia. Dalam keterangan karya, Boen menulis, 'Kalimantan Barat, 2015, ketika panitia, Paspamres dan penonton mengikuti Presiden maju ke depan menuju mobil karnaval. Mobil karnaval bergerak tepat di belakang saya, seketika itu saya berpikir untuk tidak beranjak dan tetap menunggu Presiden menaiki tangga mobil karnaval. Dengan jarak 2 meter, saya tunggu Presiden menaiki tangga, seketika itu juga saya dapat momen tepat ketika Presiden menaiki tangga menuju mobil karnaval untuk berpawai. Momen ini menjadi simbol Indonesia sedang menuju negara besar dan mandiri'.


Bukan berpolitik

Boen menegaskan ia tidak sedang berpolemik ataupun berturut dalam suatu aliran politik. Sebagai seorang seniman, ia hanya menuangkan perasaan, pengalaman, dan penglihatannya dalam sebuah karya.

"Saya bukan berpolitik, saya berkarya," tegasnya di sela-sela pameran. Selain Boen dengan pernyataan sikapnya yang diwujudkan dalam instalasi fotografi, beberapa fotografer lain menggunakan seni instalasi dalam membingkai foto hasil jepretan mereka. Pastinya dengan konsep masing-masing dan latar karya yang berbeda. Sebanyak 20 fotografer berpamer karya dalam pameran ini dengan media masing-masing.

Misal saja Anton Ismail dengan karya fotografi tentang konsep pendidikan, Angki Purbandono dengan instalasi fotografi sekumpulan 372 foto selfie pacarnya, ataupun Yasu Suzuka dengan pesan perdamaian. Unik pula menjajal Instalasi: Variasi Ruang-Waktu karya Jiri Kudrna. Dengan konsep mesin selfie, karya ini meminta pengunjung untuk berfoto di depan sebuah alat interaktif foto yang hasilnya dapat langsung diunggah di internet. Namun, di balik sekadar selfie, Jiri Kudrna sedang mengajak para penonton untuk mempertimbangkan kembali arti fotografi dari sudut pandang fisik-teknis.

Dalam pengantar kuratorial, Jim Supangkat menerangkan awal mula pameran ini dihelat. Ini diawali ketika beberapa fotografer Jakarta melakukan perjalanan ke Bali mencari objek foto bertemu dengan fotografer dari beberapa negara yang tinggal di Bali pada pertengahan 2013.

Lalu kemudian obrolan tidak sengaja tentang perkembangan fotografi yang sudah keluar secara progresif dari fotografi konvensional. Sudah muncul karya-karya foto yang ditampilkan pada konstruksi dan tidak bisa lain harus disebut instalasi foto, karya foto yang diproyeksikan, karya foto yang melibatkan permainan cahaya, karya foto yang hampir tidak bisa dibedakan dari karya video, karya foto yang tidak bisa dibedakan dari presentasi foto dokumentasi dan tentunya karya-karya foto digital yang muncul akibat berkembangnya teknologi komputer.

Perkembangan fotografi berada di luar perkembangan seperti itu. Hubungan fotografi dengan realitas kehidupan masyarakat dan persoalan sosial tidak pernah hilang. Selain itu, fotografi tidak pernah meninggalkan komunikasi dan tidak pernah menjadi esoteris. Pada pemikiran tentang fotografi tidak pernah muncul paham yang menyatakan persoalan realitas bukan persoalan fotografi, atau paham yang menentang paham ini dan menyatakan persoalan masyarakat ialah persoalan utama fotografi. "Namun, tidak bisa disangkal, fotografi berulang kali bersentuhan, bahkan masuk ke perkembangan seni rupa kontemporer," tegas Jim dalam kuratorialnya.

Pada perkembangan sekarang ini, muncul pada penggunaan telepon seluler di kalangan masyarakat yang sekaligus merupakan kamera canggih. Berkembangnya media sosial di jaringan internet merupakan bagian integral perkembangan ini. Jaringan Facebook dan Instagram, misalnya, menjadi ruang pamer bagi foto yang dibuat masyarakat.

Itu juga semakin mempertegas bahwa saat ini adalah abad fotografi. Diakui atau tidak, fotografi lebih dari sekadar dokumentasi atau selfie. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya