Saat remaja, Shirley Kurata bekerja di Teater Aratani di bagian Little Tokyo di Los Angeles. Pada hari Minggu (12/3) nanti, di tempat itu akan dihelat malam penghargaan Piala Oscar. Di ajang tersebut, Kurata bisa menjadi salah satu pemenangnya, karena dialah yang mendesain kostum para pemeran Everything Everywhere, film yang tahun ini mendapatkan 11 nominasi.
"Rasanya seperti melayang," kata Kurata kepada AFP dalam sebuah wawancara menjelang gala Oscar.
"Saya sangat tersanjung. Saya ditemani oleh desainer kostum yang sangat luar biasa dan berbakat."
Namun, di kategori ini pesaing Kurata cukup berat. Ia bersaing dengan tiga peraih penghargaan sebelumnya, yakni Catherine Martin ("Elvis"), Ruth Carter ("Black Panther: Wakanda Forever"), dan Jenny Beavan ("Mrs Harris Goes to Paris"). Sedangkan satu pesaing lainnya adalah Mary Zophres ( "Babel"), yang telah empat kali menjadi nomine.
Di ajang Oscar tahun ini, film "Everything Everywhere," yang disutradarai oleh Daniel Kwan dan Daniel Scheinert, mendapat 11 nominasi termasuk untuk kategori Film Terbaik.
Film ini bercerita tentang pasangan Tionghoa-Amerika yang menjalankan bisnis binatu yang bermasalah dengan otoritas pajak. Mereka juga berjuang untuk putri lesbian mereka yang depresi.
Kurata, yang orang tuanya juga memiliki usaha binatu, merasa kolaborasinya dengan Daniels sangatlah cocok. "Saya pikir mereka mendorong saya untuk menunjukkan kreativitas saya," kenangnya.
Beberapa ide kostum diatur sedemikian rupa, seperti setelan celana putih bergaya Elvis berhiaskan berlian yang dikenakan oleh Jobu Tupaki (Hsu) yang jahat.
"Kami hanya melakukan brainstorming seperti, ‘oke, mengapa kita tidak memiliki tampilan golf untuknya atau seperti tampilan K-Pop," katanya.
Kurata bahkan tidak membuat sketsa untuk lebih dari 100 kostum rancangannya untuk film tersebut.
"Saya hanya punya waktu satu setengah bulan untuk mempersiapkan film ini, waktunya sangat singkat," katanya. "Seluruh anggaran lemari film saya mungkin setara dengan satu kostum Marvel," canda perempuan yang selepas SMA sempat belajar di Paris, Prancis ini.
Ia kemudian berkarier di Los Angeles sebagai perancang busana untuk teater, dan juga bekerja sebagai penata gaya untuk video musik dan iklan. Dia akhirnya kembali ke dunia film karena amat menikmati rasa kekeluargaan di lokasi syuting.
Kurata, yang akan mulai mengerjakan proyek berikutnya pada Mei, mengatakan lebih suka mengerjakan proyek film yang disutradarai oleh perempuan dan orang kulit berwarna, karena mereka menawarkan "cerita unik dan beragam tentang dunia."
Dia membagi waktunya antara bekerja di Hollywood dan mengelola Virgil Normal, toko yang dia dirikan bersama suaminya desainer, Charlie Staunton.
Kurata pernah bekerja sama dengan sejumlah musikus ternama, seperti Billie Eilish dan Pharrell Williams. Dia juga juga merupakan kepala perancacang busana pria untuk jenama fesyen terkenal, Louis Vuitton.
Dengan profesinya itu, Kurata seharusnya tidak asing dengan dunia showbiz. Namun, dia mengaku masih sedikit terkejut bisa masuk nominasi di Piala Oscar.
Perempuan keturunan Jepang itu menyebut film Everything Everywhere sebagai kemenangan besar bagi komunitas Asia. "Sudah lama tertunda, tapi ini sangat bagus," katanya. (M-3)