Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
JAKARTA Dessert Week (JDW), platform yang lahir untuk mewadahi para kreator hidangan penutup (dessert) akan kembali hadir pada tahun ini. JDW 2021 mengambil tema seni (art) dan kembali diadakan daring seperti tahun lalu.
Di akun Instagram @jakartadessertweek, penyelenggara menjelaskan jika tema art dipilih agar para chef menyajikan hidangan penutup yang juga memikat mata. Sebagai pekan resto, JDW telah berlangsung sejak 2018 dan bertujuan memberi ruang inklusif bagi para produsen makanan penutup. Meski belum diumumkan tepatnya tanggal penyelenggaraan untuk tahun ini, pendataran telah berlangsung beberapa waktu dan akan ditutup esok (31/8).
Selain untuk mempromosikan kreasi dessert, JDW juga ditujukan untuk menjembatani friksi yang terjadi di antara para koki. Mengingat, formula yang ada cukuplah autentik, berbeda dengan makanan utama yang kerap kali bersumber dari olahan sama.
Salah satu pendiri JDW, Gupta Sitorus menuturkan, pada tahun ini JDW juga menyajikan laporan impak dari keikutsertaan para merek dessert.
“Karena kami merasa JDW jadi platform yang bukan saja hura-hura, tetapi juga punya impak yang nyata pada sektor dessert. Melihat pertumbuhannya yang eksponensial dari tahun ke tahun, termasuk transaksi dalam dua pekan itu bisa mencapai Rp2 miliar, dengan kurang lebih 60 toko yang ikut serta,” terang Gupta dalam panel From Mobile Phone to Your Plate, The Sweet Story of Digital FnB Industry di Jakarta Metaverse, Jumat, (27/8).
Penyelenggaraan JDW tahun lalu dan tahun ini dianggap Gupta sebagai akselerator bagi para pelaku bisnis dessert dalam beradaptasi ke platform daring. Selain itu, dengan diadakan secara daring juga menjadikan pekan resto tersebut menjadi ruang yang lebih inklusif.
“Tahun ini, kami akan tetap mencoba menjadi platform yang inklusif. Dengan tetap berpegang pada metodologi kuratorial menu apa saja yang berhak masuk ke JDW. Kami juga bakal hadirkan pakar dari internasional, supaya teman-teman di sektor ini tetap semangat. Dan dessert bisa jadi identitas, bisa untuk menciptakan uang. Bahkan di beberapa wilayah ada yang punya branding dessert. Nah ini yang mau kami angkat di JDW,” sambung Gupta.
Di luar itu, Gupta melihat situasi pandemi yang kemungkinannya tidak akan kelar dalam waktu dekat pun turut berdampak besar pada sektor kuliner. Ia melihat masih ada beberapa pelaku yang masih belum terdigitalisasi. Tentu jika bergantung pada kustomer luring, akan sangat berat. Sehingga menurutnya transformasi digital pun jadi penting. Tapi, dari beberapa platform yang memberi ruang untuk para pelaku bisnis kuliner pun, menurutnya belum terlalu ramah. Dengan pembebanan biaya bagi si mitra bisnis kuliner yang terlalu tinggi, sehingga itu akan memberatkan dan bakal susah menarik minat kustomer.
“Memang ada yang belum mengerti pembayaran digital, atau kemampuan branding digital yang kurang, pemahaman sosmed juga belum mumpuni. Tapi ya ada juga yang sebagian sudah mengerti. Sisanya itu mereka yang enggan karena biaya. Biaya terlalu besar. Ini bisa enggak menarik di market. Nah, bagaimana bisa menjadi platform yang ramah untuk UMKM?” (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved