Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Meski Mendukung Keragaman, Keuntungan di Layar OTT Belum Jelas

Fathurrozak
26/3/2021 12:30
Meski Mendukung Keragaman, Keuntungan di Layar OTT Belum Jelas
Kehadiran layar streaming memberikan pruang bagi keragaman film.(Tech Daily/ Unsplash)

MESKI sudah hadir sejak beberapa tahun lalu, keberadaan layar streaming memang meroket di masa pandemi covid-19. Bagi pengamat dan kritikus film Adrian Jonathan Pasaribu, kehadiran layar streaming seolah membuka keran distribusi dan eksibisi yang selama ini macet dan hanya dimonopoli jaringan bioskop.

Setidaknya, menurut Adrian, layar streaming memberikan jalur bagi film-film independen dan film non arus utama yang kerap kurang mendapat slot di bioskop. Sebelumnya, selama dekade terakhir, ia melihat jalur distribusi film mengalami bottleneck. 

"Misal lima tahun terakhir ada produksi film panjang per tahunnya 100-an, film pendek tiap tahun 200, dokumenter ada 100-an, taruhlah dalam setahun itu ada total produksi film 600-800 film. Tapi yang sampai ke publik berapa sih? Dengan adanya streaming, setidak-tidaknya membuka pipa. Kalau dulu pipanya cuma bioskop dan terbatas pula karena juga harus bersaing dengan film asing, aku melihatnya streaming bisa membantu membuka untuk melebarkan pipanya,” kata Adrian dalam program  siaran langsung Nunggu Sunset Media Indonesia, Kamis, (25/3).

Ia mengakui jika di layar streaming pun terdapat mekanisme filter atau kurasi. Namun, ia melihat pilihan film yang tersedia lebih luas. Ia mencontohkan platform Goplay yang beberapa waktu belakangan getol mengakuisisi film-film pendek untuk bisa tayang di OTT yang berinduk di grup Gojek tersebut.

Di sisi lain, efek layar streaming bagi keberlanjutan sineas di Indonesia masih dipertanyakan. Hal itu berbeda dengan jalur distribusi melalui bioskop pembagian keuntungannya lebih jelas dan sederhana. Lantaran, transaksi pembelian tiket yang terjadi secara langsung maka skema pembagian pendapatan langsung dibagi dua antara bioskop dan produser, setelah dikurangi pajak. 

Belum lagi, di jaringan bioskop, ada potensi ‘overperform’ (meledak) bagi film-film yang sebenarnya dibuat dengan budget kecil. Dalam kondisi itu, produser bisa melobi ke bioskop untuk menayangkan di kota-kota yang dilihat memiliki massa penonton besar bagi filmnya. Dengan begitu, peluang pendapatan akan lebih besar lagi. 

Sementara film yang beredar di layar OTT, sampai saat ini valuasinya masih tergolong kecil. “Apakah bisa menghidupi atau tidak. Sejauh ini, banyak dari produser yang merasa pendapatannya jauh lebih kecil, plafonnya rendah. Atau enggak bisa akalin lagi. Selain itu, belum banyak produksi eksklusif untuk OTT tertentu. Di Indonesia memang sudah ada beberapa, untuk film maupun series original OTT. Tapi itu belum jadi biasa. Itu yang jadi pertanyaan lagi, kenapa itu terjadi. Padahal secara kebutuhan publik malah didambakan, secara tingkat langganan juga tinggi. Di sisi filmmaker yang jadi pertanyaan, karena memang ekonominya berbeda lagi dengan bioskop.”

Algoritma streaming juga disinyalir turut memengaruhi keragaman film-film yang muncul. Dengan skema penilaian berdasar mana yang populer, juga turut menggeser film-film yang kurang massa ke layar yang lebih bawah.

Meski begitu, hal tersebut sebenarnya memberikan kompetisi yang lebih terbuka. "Platform streaming lebih terbuka. Selama ini halangan terbesar film indie, adalah tidak ada layar atau pasarnya. Makanya sineas yang bikin film yang tidak mainstream distribusinya di luar. Streaming lebih memungkinkan itu," kata Adrian.

"Dengan catatan platform yang tumbuh juga tidak hanya milik konglomerat, (Netflix, Disney, Amazon). Kalau di luar itu ada Mubi, yang khusus festival, ada Shudder khusus horor. Nah kalau di Indonesia juga tumbuh platform yang niche, yang sifatnya sevara audiens dan kuratorialnya lebih spesifik, streaming punya potensi tawarkan konten yang beragam ke publik. Dan itu bisa menguntungkan pasar, penontonnya dan filmmaker," pungkasnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya