Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Kiprah Saintis Milenial di Ajang LIPI

Galih Agus Saputra
22/11/2020 02:00
Kiprah Saintis Milenial di Ajang LIPI
(MI/Duta)

SOBAT Muda, kalian sering berpikir apa yang dapat kita lakukan untuk bangsa ini enggak, sih? Kalau iya, rupanya kalian tidak sendiri. Beberapa teman kita ini juga berpikir demikian. Lebih dari itu, mereka bahkan berani mencurahkan ide dan gagasan lewat tulisan dan inovasi.

Lewat karya yang dibuat, mereka juga berhasil menjadi jawara di perhelatan sains nasional, yakni Indonesia Sains Expo (ISE) 2020. Kegiatan ini diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan berlangsung sejak 10 November hingga 27 November.

Beberapa teman kita yang berhasil meraih penghargaan dalam kompetisi ini, antara lain Mukhammad Sholikhuddin dan Nabil Nasruddin Al Mutawakkil dari SMA Muhammadiyah 2, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Mukhammad dan Nabil membuat inovasi setelah memperhatikan fenomena kebakaran hutan dalam negeri. Dengan mengutip data WWF, Mukhammad menuturkan, pada akhir 2019, hutan di Indonesia telah mengalami deforestasi hingga 125,9 juta ha. Kementerian Lingkungan Hidup dan Perhutanan, katanya, juga pernah mencatat luas hutan di Indonesia yang terbakar hingga sampai saat ini sudah mencapai lebih dari 4 juta ha.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Mukhammad dan Nabil lantas berhasil menjadi juara pertama dan meraih National Young Inventor Award (NYIA) lewat inovasi bernama Sadforest. Sadforest ialah kependekan dari Smart Alert Detect for Deforestation. Kala  empresentasikan inovasi secara daring di hadapan juri, Rabu, (18/11), mereka menjelaskan bahwa Sadforest merupakan sebuah inovasi sistem peringatan pintar yang dapat ditempatkan di area hutan maupun lahan hijau.

Dalam proses kerjanya, Sadforest mampu mendeteksi penebangan pohon secara ilegal ataupun kebakaran hutan dan dapat dipantau secara realtime melalui aplikasi. “Inovasi kami memiliki sejumlah manfaat. Pertama, menurunkan angka bencana alam dan deforestasi. Kedua, mempercepat waktu dalam penanganan bencana, serta ketiga, mempermudah dalam memantau kondisi hutan,” imbuh Nabil.

Selain NYIA, LIPI juga menghelat Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR). Pada kategori ini, Sona Regina Salsabila dan Azizah Auliani Rahma yang berasal dari SMA N 1 Yogyakarta, menjadi juaranya. 

Mereka menyuguhkan karya ilmiah yang mengulas masalah kesehatan, khususnya berkenaan dengan kanker payudara. Judul esai mereka adalah Kecerdasan Buatan sebagai Deteksi Kanker Payudara Berbasis Algoritme Random Forest dan Convolutional Neural Network. 

Menurut Sona dan Azizah, masalah kanker payudara patut diamati karena merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia. Jumlah kasusnya mencapai 42,1/100.000 penduduk, dengan ratarata kematian 17/100.000. Upaya diagnosis biasa dilakukan dengan pengamatan gejala klinis dan mamografi, akan tetapi ±60% di antaranya baru terdeteksi setelah menyebar ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh false negative.

“Salah satu solusi untuk mengurangi ialah dengan menerapkan teknologi artificial intelligence (AI). Teknologi AI yang cukup efektif dalam memprediksi kanker payudara ialah random forest (RF) dan convolutional neural network (CNN),” tulis Sona dan Azizah dalam karya ilmiahnya.

Peraih NYIA dan LKIR lainnya ada pasangan Ginaris Sekar Arum Pinasti dan Almas Fauziyah, serta Muhammad Atpur Rafif. Sekar dan  Almas ialah dua remaja asal MAN 2 Kudus, Jawa Tengah. Mereka meraih juara dua NYIA dengan inovasi bernama Detective Pen atau lebih tepatnya pulpen multifungsi, yang dapat mendeteksi kandungan boraks, formalin, serta pewarna sintetis pada makanan.

Detective pen juga dibuat Sekar dan Almas untuk memberikan solusi terkait tingginya harga alat uji (test kit) bahan-bahan terkait. “Detective pen ini praktis dibawa, mudah digunakan, dan memiliki biaya produksi yang terjangkau sehingga sangat berpotensi untuk dikomersialkan,” tutur mereka dalam materi yang dipresentasikan di hadapan juri.

Sementara itu, Rafif yang merupakan siswa SMA Negeri 2 Depok mencoba menawarkan solusi untuk mengatasi daya ingat. Menurutnya, ingatan merupakan cara manusia untuk menyimpan informasi. Ingatan juga digunakan manusia untuk menentukan pilihan. Apabila lupa, ia terdapat kemungkinan dalam melakukan kesalahan dalam memilih. 

Melalui esai berjudul Aplikasi Visualisasi Ingatan dengan Open 3D Creation Software, ia lantas mencoba menawarkan sebuah perangkat lunak yang dapat membantu manusia untuk mengingat. “Produk ini memanfaatkan kecerdasan visual-spatial manusia untuk membentuk hubungan antar ingatan. Konsepnya seperti mindmap, tetapi menggunakan software 3D (3 dimensi),” jelas peraih juara dua LKIR LIPI 2020 itu.

Perhelatan ISE tahun ini terbilang cukup menarik karena diselenggarakan secara daring, lho, sobat Muda. Meski begitu, karya yang muncul dari para peserta tidak kalah inovatif, bahkan menginspi rasi para juri. Ketua Dewan Juri NYIA, Nurul Taufi qu Rochman bahkan mengatakan karya peserta tahun ini memiliki nilai hak kekayaan intelektual dan patentabilitas yang cukup tinggi untuk kategori teknologi.


Semangat

Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, melihat ide dari para peserta ini dapat menjadi contoh yang baik bagi kita, sebagai generasi ilmiah Indonesia. Ia selanjutnya berharap agar kalian selalu
berani mengekspresikan ide dan tak ragu-ragu untuk berkontribusi dalam memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi bangsa ini.

“Kita melihat bagaimana inovasi dan kreativitas menjadi penting untuk mengatasi pandemi. Pandemi ialah bencana, tetapi mari ambil hikmahnya. Di balik bencana selalu ada kesempatan. Ajang ini merupakan wadah yang menciptakan kesempatan untuk mengasah kapasitas dan kompetensi adik-adik untuk masa depan,” imbuhnya.

Menteri Riset dan Teknologi, Bambang PS Brodjonegoro, pada kesempatan ini juga sempat memberi kata sambutan, dalam acara Penganugerahan sekaligus Penutupan ISE 2020 yang disiarkan melalui kanal Youtube LIPI. Sama halnya Handoko, ia turut berharap agar temanteman selalu semangat, produktif, dan inovatif dalam menghasilkan riset untuk Indonesia dan dunia.

Menurut Bambang, dari sejarah, bangsa kita telah belajar bagaimana para pemuda menorehkan prestasi luar biasa dalam mengembangkan inovasi. Mereka mampu membangun dan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang ditandai dengan munculnya berbagai bisnis rintisan (start up) karya anak bangsa.

“Untuk itu diperlukan upaya mendorong pemuda agar menjadi inovatif melalui pengembangan sistem inovasi daerah dan technopreneur muda,” imbuh Bambang, yang juga Kepala Badan Riset
dan Inovasi Nasional itu.

NYIA dan LKIR sendiri merupakan bagian dari sekian banyak rangkaian acara ISE 2020. Selain itu, LIPI juga memberikan penganugrahan dalam kategori Young Scientist Award (LYSA). Tahun ini ada 41 finalis LKIR di bidang hayati, teknik, kebumian, dan sosial yang lolos tahap seleksi, sementara jumlah proyek yang lolos seleksi sebagai finalis NYIA mencapai 39 proyek. Adapun LYSA tahun ini diberikan kepada dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institute Teknologi Bandung, Afriyanti Sumboja. (M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya