Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Jawara berkat Strategi Penjualan Vaksin 

Galih Agus Saputra
20/9/2020 00:55
Jawara berkat Strategi Penjualan Vaksin 
Florentiana Yuwono(Dok. Pribadi)

PERHELATAN International Economics Olympiad (IEO) ke-3 baru saja selesai digelar di Kazakhstan pada 7 hingga 13 September lalu.

Dalam kompetisi global tingkat SMA itu, tim Indonesia boleh dibilang punya rekam jejak yang ciamik. Tahun lalu mereka di posisi keempat, sedangkan kali ini peringkatnya semakin meningkat. Indonesia di posisi kedua setelah Brasil.

Florentiana Yuwono ialah salah satu siswa asal SMA Darma Yudha, Pekanbaru, yang turut berkompetisi dalam ajang tersebut. 

Bersama rekan satu tim, yakni Muhammad Lutfi Maudi (SMA Taruna Nusantara, Magelang), Jessica Anabel Tio Prisca (SMA Negeri 8, Jakarta), Muhammad Zaky Nur Fajar (SMA Pesantren Unggul Al-Bayan, Sukabumi), dan Pranindiska Nurlistyo Naistana (SMA Negeri 1, Bumiayu), mereka berjuang menghadapi para siswa SMA dari 29 negara, mulai Tiongkok, Amerika Serikat, Rusia, Iran, India, hingga Kanada.

Florentiana bahkan juga meraih medali emas untuk kategori individu dalam perhelatan tersebut. Siswa kelas 12 yang hobi membaca dan menulis itu menceritakan kepada Muda perihal ketertarikannya ilmu ekonomi, hingga sukses di IEO yang dianggapnya sebagai pencapaian tertinggi ketika menempuh pendidikan di SMA. Berikut petikannya.

Bagaimana awal ketertarikanmu terhadap ilmu ekonomi?
Sebenarnya saya sudah sejak SD ikut lomba-lomba seperti itu, tapi waktu SD ikutnya matematika atau IPA. Kebetulan saat SMP, sering ada lomba ekonomi dari universitas-universitas di tingkat lokal. Jadi, saya coba ikut-ikut dulu juga, nah kebetulan suka dapat juara.

Lalu, waktu SMA, Olimpiade Sains Nasional (OSN)-nya kan mulai dibagi menjadi sembilan bidang, termasuk ekonomi. Saya coba lihat peluang dan persaingannya dan memilih OSN Ekonomi. Bersyukurnya waktu ikut lomba ekonomi waktu itu saya mendapat medali perunggu.

Seperti apa dukungan orangtua untuk ketertarikanmu ini?
Keluarga open, sejauh apa yang saya ikuti positif, mereka selalu mendukung. Apalagi selain kegiatan akademis, saya kan juga ikut kegiatan OSIS. 

Keluarga tidak masalah. Bilang ikuti saja semuanya, sejauh memiliki energi positif dan memberi dampak, tidak apa-apa. Dari matematika menyeberang ke ekonomi begitu juga tidak apa-apa. Apalagi matematika dan ekonomi itu semacam linier. Matematika ini berguna untuk berbagai bidang, apalagi untuk ekonomi mikro. Jadi, kalau mau mendalami ekonomi, memang matematikanya harus kuat.

Bagaimana perjalananmu dari tingkat OSK, OSP, hingga OSN?
Waktu kelas 10, saya pertama kali ikut OSK. Diambil 30 orang dan saya peringkat empat. Dari OSP ke OSN, kebetulan dari Riau ada tiga orang, nah saya peringkat ketiganya.

Di OSN ada tiga kategori medali, emas, perak, dan perunggu. Saya mendapat medali perunggu. Dari perunggu itu, ada 30 peraih medali yang lalu dikumpulkan lagi untuk pelatihan nasional (pelatnas), untuk seleksi ke internasional.

Di pelatnas 1, Juli 2019, diambil 15 orang. Pelatnas 2, di Juni atau Juli lalu, diseleksi lagi jadi 5 orang. Di situ saya peringkat ke-2. Masuklah saya ke timnas. Persiapan untuk IEO itu kurang lebih satu minggu sebelumnya. Kita latihan terus secara online.

Apa suka dan duka menjalani pelatnas dan PJJ?
Dari pelatnas 2 di Juli, sampai pelatnas 3 di September, kami satu tim berlima orang, tiap malam nge-Zoom bareng, sama dosen yang melatih kita juga.

Bahas materi, bahas soal. Jadi, seperti belajar bareng. Waktu itu saya sedang awalawal kelas 12, ya memang sedikit lebih sibuk. Jadi, harus lebih ekstra agar seimbang antara pelatnas dan PJJ. Saya atur waktunya, misalnya, sekolah dari pagi sampai sore. Kebetulan saat itu saya juga sudah tidak ada les lagi, kecuali untuk les IELTS. Jadi, kalau malam, saya Zoom call begitu sama mereka.

Boleh ceritakan tahapan IEO kemarin?
IEO ini ada tiga tahapan. Pertama, Financial Literacy Game. Kedua, Economic Test lalu, ketiga, ada Business Case. Business Case berlangsung dua hari. Di hari pertama, kita dikasih waktu 24 jam untuk menyiapkan presentasi berdasarkan case dari juri, baru setelahnya kita presentasi.

Kalian dapat kasus apa?
Jadi, inti case-nya, ada semacam perusahaan vaksin multinasional. Nah, katanya vaksinnya itu sudah teruji klinis, sudah mau dapat persetujuan pemerintah begitu untuk disebarkan. 

Jadi, kami diminta menyusun pricing strategy untuk memasarkan vaksinnya. Lalu, ya sudah, kami mulai riset, baca-baca, lalu strategi yang kita terapkan ialah price discrimination.

Apa itu?
Jadi, konsep dari strategi ini dibedakan menjadi dua. Berdasar ability to pay dari countries, dan jangka waktunya. Jadi, kalau mau bicara soal pricing dari sebuah vaksin, kan, pasti ada faktornya.

Ada faktor ekonomi, politik, lalu ada faktor etika dan sosial juga. Semua itu harus dipertimbangkan. Dari faktor ekonomi, kita harus hitung rata-rata dari satu dose vaksin itu berapa supaya bisa ditentukan, mereka mark up profit itu berapa. 

Dari faktor politik, kita juga harus gandeng pemerintah. Lalu untuk hubungan sosialnya itu seperti charge untuk tiap vaksin itu berbeda-beda ke tiap negara. Misalnya, charge untuk negara maju lebih tinggi karena mereka lebih mampu untuk membayarnya ketimbang negara berkembang dan negara miskin. Lalu harus ada faktor kemanusiaan karena kita juga mempertimbangkan nama baik perusahaan agar tidak jelek di mata konsumen.

Lalu bagaimana dengan pertimbangan berdasarkan jangka waktu?
Ini dibedakan menjadi tiga, yaitu short term, medium, dan long term. Nah kalau short term, kan pandemi ini diperkirakan sampai 2021, berarti urgensi dunia untuk mendapatkan vaksin ini juga tinggi kan, banyak orang yang butuh vaksin. 

Jadi, di short term, kalau bisa, harganya itu direndahin, begitu. Tapi, kalau di medium dan long term, yang mungkin pandeminya mereda, itu bisa di-mark up profitnya supaya tinggi karena urgensinya juga sudah berkurang. Jadi, semacam supaya bisa balik investasi juga, bisa mempersiapkan diri kalau ada pandemi selanjutnya.

Bagaimana kalian bisa merumuskan strategi itu?
Iya, kami belajar selama pelatnas 1 sampai 3. Kami diajari dosen-dosen, baik dari UI, ITB, ada juga dari Unibraw, lalu ada juga mahasiswa public policy lulusan Cambridge yang alumnus OSN juga. 

Selama pelatnas 3 kemarin kita lebih ditekankan ke business case-nya. Business case-nya itu juga bukan semacam kemampuan akademis. Kalau kemampuan akademis, kita kan bisa belajar, tapi kalau business case, kita harus bisa soft skill. 

Mulai cara risetnya, bagaimana ekstrak data, public speaking, hingga struktur penyampaian materinya bagaimana. Jadi, banyak sekali masukan dari dosen kita.

Prestasi Indonesia dalam IEO meningkat dari tahun ke tahun. Bagaimana peluang kita di masa selanjutnya?
Iya, pas tahun kedua itu kita posisi keempat dunia. Kali ini kita masuk peringkat kedua. Nah, waktu closing ceremony, dari Presiden IEO-nya juga kayak kasih komen ke kita, bilang, ‘Indonesia sepertinya progresif banget’. Mereka juga kasih hint-hint begitu.

‘Apakah Indonesia next year bisa juara umum?’ Nah, saya sendiri melihatnya, juara umum itu dua atau tiga tahun berturut-turut itu kan selalu Brasil. Dalam Business Case juga kemarin kita peringkat ketiga, mereka pertama. Tapi, kalau kita lihat dari komponen nilainya, di Financial Literacy Game, menang Indonesia. Di Economic Test, kita sepertinya juga masih menang. Jadi, memang di Business Casenya itu memang yang harus ditekankan.

Ada pesan khusus untuk generasi selanjutnya yang akan memegang tongkat estafet di kompetisi ini?
Lebih dimaksimalkan saja proses dari pelatnas 1, 2, dan 3. Jangan minder karena saya sendiri ketimbang menaruh perhatian pada goal-nya, lebih menikmati setiap proses learning and teaching bersama dosen-dosennya.

Jangan malu bertanya juga waktu pelatnas. Mentalnya harus dikuatkan karena pengalaman belajar bersama dosen-dosen itulah yang sangat berharga. Lebih baik bertanya dan jangan malu saat pelatnas ketimbang nanti waktu tes kita menyesal karena tidak bisa mengerjakan. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik