Hari Radio Nasional: Tiga Perbedaan Radio dan Siniar

Galih Agus Saputra
11/9/2020 14:00
Hari Radio Nasional: Tiga Perbedaan Radio dan Siniar
Siniar dan radio tetap memiliki penggemarnya masing-masing.(Unsplash/ Jonathan Velasquez)

TEPAT pukul 17.00 WIB, pada 11 September 1945, delapan orang yang pernah bekerja di radio Hosu Kyoku yakni Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi mengadakan pertemuan bersama pemerintah di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon, Jakarta.

Sebagaimana diberitakan Antara, Jumat (11/9), pertemuan itu selanjutnya menghasilkan beberapa kesimpulan, salah satunya adalah pembentukan Persatuan Radio Republik Indonesia, termasuk mempersembahkan Radio Republik Indonesia (RRI) kepada Presiden dan Pemerintah RI. Orang-orang yang pada masa sebelum dan setelah kemerdekaan aktif di radio menyadari, alat komunikasi tersebut sangat penting kehadirannya di tengah-tengah masyarakat dan pemerintah.

Teknologi komunikasi di tanah air lantas semakin berkembang. 75 tahun berselang, perangkat komunikasi semakin beragam mulai dari yang sifatnya tradisional, konvensional, hingga digital.  Salah satu yang tidak kalah populer di era digital adalah siniar (podcast). 

Lantas, seperti apa perbedaan dari dua bentuk media siaran audio itu?Berikut adalah tiga perbedaan mendasar antara radio dan siniar:

1. Terjadwal VS Tergantung Permintaan (On-Demand)
Perbedaan utama pertama antara radio dan siniar berhubungan dengan jadwal dan kebiasaan pendengar. Untuk mendengarkan suatu program siaran di sebuah stasiun radio, seseorang harus mengetahui jadwal siaran program yang diminati. Jika tidak, siaran itu tentunya akan terlewat. Penyiar radio biasanya juga dituntut untuk memperkenalkan diri, program, dan topik pembahasan, termasuk menjelaskan unsur 5W+1H jika konten yang disiarkan berupa berita aktual.

Lain halnya dalam siniar, pendengar tidak perlu khawatir ketinggalan program. Ia dapat mengunduh konten siaran kapan dan dimana saja, seturut dengan pembahasan atau episode yang disuka. Ia juga tidak akan terkendala frekuensi. Berapa lama seseorang akan mendengar siaran pilihannya, semua tergantung kuota internet yang tersedia. Sejumlah podcaster tanah air kini juga sudah berinovasi dengan format siarannya, seperti, menayangkan podcast dalam bentuk audio-visual, sehingga audien tidak hanya dapat mendengar tetapi juga dapat melihat ekspresi maupun jalannya dialog interaktif.


2. Sasaran Pendengar: Massal VS Tersegmen
Perbedaan siaran radio dan siniar juga berhubungan dengan sasaran pendengar. Stasiun radio biasanya akan berusaha menarik khalayak sebanyak dan seluas-luasnya dengan berbagai topik yang bersifat publik. Sebabnya, tak jarang stasiun radio menyiarkan informasi seperti arus lalu lintas, bahkan ada pula stasiun radio di tanah air yang menyinergikan masyarakat atau pengguna gawai di suatu wilayah tertentu, untuk membantu menangkap pencuri. Format seperti ini biasanya dikenal dengan sebutan jurnalisme warga (Citizen Journalism).

Sementara itu, siniar cenderung membatasi diri pada topik tertentu. Beberapa pembawa siniar Tanah Air, ada yang populer dengan pembahasan seputar hewan peliharaan, kesehatan, otomotif, film, dan buku. Ada juga yang dikenal dengan ceramaah keagamaan, hingga berbagai macam hal yang lekat dengan 'tongkrongan', meski tak menutup kemungkinan tema seperti itu juga dibahas oleh stasiun radio konvensional yang lebih mengedepankan tema seputar gaya hidup.

3. Siaran: Langsung VS Tunda

Perbedaan lain yang cukup nyata adalah jenis siaran. Radio erat kaitannya dengan siaran langsung (live). Awak stasiun radio biasanya juga dituntut untuk membuat plot siaran. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi tabrakan antara program satu dan yang lain, termasuk untul memberikan jeda saat menayangkan iklan. 

Meski stasiun radio juga dapat menayangkan siaran yang berasal dari sebuah rekaman, akan tetapi siaran yang ditayangkan secara langsung biasanya bersifat lebih krusial karena tidak dapat disunting atau direka ulang.

Lain halnya dengan siniar, seorang pembawa siniar dapat merekam konten sebanyak yang dibutuhkan. Ia juga dapat menyusun dan menggunting konten yang direkam sebelum akhirnya diunggah ke saluran yang biasa dipakai untuk menyiarkan program. Ia juga bisa menambahkan berbagai unsur kreatif yang diambil dari efek suara karena memiliki cukup banyak waktu jika dibandingkan dengan siaran langsung. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya