Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
EGAR Putra Bahtera boleh saja hobi berkaus oblong dan bersandal jepit. Namun, merek fesyennya, Chevalier & Cannes, sukses meraih omzet Rp2,5 miliar pada 2014. Produk Egar itu berwujud sepatu bot lokal yang kini sukses merebut perhatian desainer Priyo Oktaviano, grup musik Yovie & Nuno, aktris Kirana Larasati, aktor Yayan Ruhiyana, serta penyanyi Pongki Barata.
Hebatnya, meskipun bersaing di kancah internasional dan mengimpor bahan sepatu langsung dari Chicago, Amerika Serikat, Egar tetap menggunakan perajin Indonesia. Inilah skala bisnis Egar. Harga produknya Rp800 ribu-Rp2 juta dengan jumlah produksi 100 per bulan, di luar penjualan daring.
Egar, sang Chief Executive Officer of Chevalier & Cannes, alumnus Institut Teknik Bandung yang lulus pada 2013, berjumpa dengan Muda di apartemen yang ia beli dari hasil usahanya di Jalan Sangkuriang, Bandung, Jawa Barat, Jumat (11/3).
Halo Egar, bagaimana ceritanya kamu membangun Chevalier?
Awalnya saya jual beli pre-order baju di situs jual beli online untuk mencari modal. Dapatnya sekitar 10 juta. Saya start 2011 karena saya ngeliat belum banyak merek lokal yang berani menjual mahal. Saya berani karena saya mengedepankan kualitas daripada kuantitas. Harganya bisa mencapai Rp2 jutaan, paling murah sekitar Rp800.000. Cannes, merek second liner saya, sekitar Rp500.000.
Kenapa sepatu?
Karena saya hobi beli sepatu. Daripada terus-terusan membuang fulus beli, saya milih investasi di Chevalier. Terus juga pasti ada kesenangan tersendiri saat teman-teman make sepatu buatan saya. Sekitar sembilan bulan saya habiskan untuk riset, mempreteli sepatu-sepatu mahal dunia yang dibeli seharga Rp3 juta-Rp5 juta. Saya lalu pergi ke perajin sepatu, memesan sepatu dengan konsep yang terinspirasi dari hasil peretelan tersebut. Lahirlah Chevalier pada 25 April 2011, kata dari bahasa Prancis yang artinya kesatria.
Tantangan yang kamu hadapi?
Saya harus meyakinkan masyarakat untuk mau beli, lalu memotivasi perajin. Namun, saya makin kuat untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik. Pada 2011, sangat sulit membuat masyarakat percaya bahwa produk lokal memiliki kualitas. Mengubahnya jadi tugas besar saya dan teman-teman owner brand lokal lainnya. Sekarang kepercayaan masyarakat sudah tumbuh, saya sangat bangga.
Chevalier mampu bersaing baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.
Kenapa harus bahan baku impor?
Saya ingin memperkenalkan perajin lokal bahwa mereka mampu mengolah dan menggunakan material terbaik kelas dunia untuk dijadikan sepatu buatan lokal yang berkelas tinggi. Komposisi Chevalier, kulit dari Chicago serta sol dari Australia. Saya juga lagi membangun kerja sama dengan pabrik kulit di Prancis yang menyuplai Hermes.
Sepatu mahal itu banyak penggemarnya ya di sini?
Spending power bangsa ini sangat besar. Buktinya ada yang membeli tas Hermes Rp50 juta dan yang punya Lamborghini juga enggak sedikit. Kita harus memastikan dalam harga ada kerja keras dan ketulusan dari produk tersebut. Saya ingin menginspirasi orang bukan dari nominal pencapaian finansial, tapi dari bagaimana sebuah mimpi di-deliver dengan baik melalui kerja keras.
Strategi branding Chevalier?
Merek yang baik menjual sisi emosional. Coca-cola berani menjadi sponsor piala dunia agar bisa menanamkan mereknya. Terbukti sekarang rasanya kurang kalau nonton bola tanpa ada minuman Coca-cola.
Orang-orang yang membeli Chevalier memang harus menabung sebelum bisa menikmati produk ini. Kalo lu pake sepatu mahal, pasti akan diperhatikan, akan senang dan bangga. Di sini Chevalier menjual sisi emosionalnya.
Bagaimana kamu merintis penjualan?
Awal-awal saya menawarkan pada teman-teman almamater melalui mulut ke mulut, tidak keluar fulus, juga cepat laku.
Kami yakin bahwa setiap merek pasti memiliki kekurangan, tapi hal tersebut terus memacu kami untuk bisa belajar. Bagi kami, selling happiness is more serious business than selling the boots.
Chevalier sudah menjangkau negara mana saja?
Kami sudah menjangkau semua benua, kecuali Afrika dan Antarktika, untuk pengiriman individual dan sempat bekerja sama dengan beberapa store internasional. Kang Yayan Ruhian pernah memakai sepatu kami untuk menghadiri acara bergengsi Festival Film Cannes di Prancis. Menurut saya, ada tiga hal untuk membuat seseorang sukses. Kerja keras membuat lu sukses, smart mempermudahnya, dan sedekah mempercepatnya.
Pernah digandeng pemerintah juga ya?
Pada Agustus 2014, Chevalier terpilih jadi satu dari 22 label lokal yang diajak Kementerian Perdagangan ikut pameran fesyen terbesar di Amerika Serikat, Sourcing at Magic Show.
Kami di sana belajar banyak dari pasar internasional. Bagaimana mempresentasikan sebuah produk dan bagaimana memaksimalkan sebuah pameran.
Kami berusaha untuk mengangkat Indonesia di dunia internasional bahwa produk lokal kita mampu memiliki kualitas yang sangat baik. Dengan kualitas premium dan harga kompetitif, saya yakin merek kita bisa berkompetisi dengan label terkenal dunia lainnya. Bahkan, Presiden Footwear Distributors and Retailers of America sempat mengunjungi dan memuji produk kami.
Rencana ke depan untuk Chevalier maupun Cannes?
Menginspirasi lebih banyak orang. Saya ingin fokus untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang, dengan campaign #sharinghappiness. Saya sadar bahwa inspirasi adalah senjata terbaik untuk membuat dunia lebih baik.
Ke depannya juga saya ingin membangun sebuah kantor dengan yang nyaman dan cozy seperti Google dan Facebook. Saya akan mengumpulkan orang-orang yang kreatif dan hebat untuk membicarakan masa depan Chevalier di sana. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved