Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
DI layar kaca, sosok Maman Suherman yang namanya kian melambung lewat program televisi Indonesia Lawak Klub dikenal lihai bermain kata-kata. Sering kali, kata mutiara yang dipilihnya bernada satir
dan menyindir situasi sosial.
Namun, apa jadinya bila lelaki yang akrab dipanggil Kang Maman itu menulis buku tentang hijabers (pengguna hijab)?
Didorong rasa cinta kepada perempuan-perempuan berpengaruh dalam hidupnya, pria kelahiran Makassar itu menulis buku 99 Mutiara Hijabers yang tampak indah dilengkapi ilustrasi. Meski ada juga beberapa sindiran seperti soal ajang kecantikan bagi perempuan berhijab dan kelakuan muslimah yang gemar mencurahkan hati di media sosial, buku itu lebih banyak memuat kata-kata yang mengandung inspirasi.
Saat ditemui dalam acara bincang bukunya dalam rangkaian Islamic Book Fair 2016 di Senayan (5/3), Maman menceritakan soal almarhum
neneknya, sosok pertama yang mendorongnya menulis buku itu. Sore itu, sesekali matanya tampak berkaca-kaca.
Neneknya sembahyang tak pernah putus dan berupaya untuk tidak terlambat ke masjid. Hal itu bukan tanpa alasan, neneknya tidak hafal bacaan salat sehingga harus menjadi makmum yang tinggal mengikuti imam.
Itu setidaknya hingga nenek meminta Maman yang masih duduk di bangku kelas 2 SD mengajari bacaan salat. Neneknya menangis
bahagia ketika akhirnya bisa salat sendiri dengan benar. Ummi, demikian nama ne neknya, suatu hari divonis menderita kanker kandungan dan usianya tidak lama lagi. Dia tak pernah menangis dan tak membolehkan keluarganya menangis. “Sejak nenek bisa sembahyang, sudah hafal bacaannya, nenek sudah siap,” kisah Maman
menceritakan ke tegaran perempuan hebatnya.
Buku itu dipersembahkan Maman un tuk putri, saudari, istri,ibu, nenek, semua hijaber, dan calon-calon hijaber. Menariknya, takdir mempertemukan karya Maman itu dengan Asti Husain, seniman yang sudah dikenal di berbagai negara. Secara kebetulan tawaran untuk
membuat ilustrasi buku itu datang tak lama setelah Asti diuji dengan larangan mengenakan hijab dalam pameran di Afrika Selatan.
Mulanya dia diundang, tetapi batal karena enggan menanggalkan hijab. Sejak Tragedi 9/11, perempuan di berbagai negara memang banyak menjadi korban diskriminasi, buah persepsi yang salah. Maka selain makin menumbuhkan cinta kasih di sesama muslim, buku
ini selayaknya hadir untuk me nepis anggapan keliru soal hijab. Mengutip salah satu kalimat dalam buku tersebut, ‘I cover my hair not my brain (saya menutup rambut bukannya otak saya)’.
Demikianlah cara Maman dan Asti memahami hijab, mencintai Tuhan tak berarti pengekangan terhadap hak dan kecerdasan perempuan. (Hera Khaerani/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved