Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
TARI Kombang Pandan ialah tari berkelompok. Tarian ini berasal dari suku Dayak Tomun di Desa Pedongatan, Kecamatan Bulik Timur, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut penuturan warga setempat, tari itu diciptakan seorang ibu bernama Buhau, di masa penjajahan kolonial Belanda. Kala itu, masa berladang yang berpindah-pindah berakhir dan keluarga Buhau pun menetap di suatu desa, yang kini bernama Desa Pedongatan.
Pengalaman Buhau ketika berada di hutan, menjumpai berbagai jenis tumbuhan--di antaranya pandan--memberi ia inspirasi untuk membuat tarian. Kini, tari Kombang Pandan menjadi identitas Desa Pedongatan karena tarian ini dianggap orisinal atau asli hanya ada di Desa Pedongatan.
Terciptanya tari Kombang Pandan diawali dengan rayah (semacam nyanyian). Saat itu, Buhau memiliki anak laki-laki yang masih bayi dan anak ini sering menangis. Berbagai cara dilakukan untuk membuat anaknya tenang, dengan membuat ayunan, menggendongnya, hingga memberinya susu. Akan tetapi, setelah itu ia menangis kembali.
Pada suatu saat, ketika anaknya sedang menangis di atas ayunan dari kain, Ibu Buhau melantunkan rayah yang diciptakan sebisanya. Entah kenapa dengan rayah anak itu menjadi terdiam dari tangisnya dan merasa tenang. Beberapa hari kemudian, agar anaknya tidak hanya tenang, tetapi juga bergembira, Ibu Buhau melantunkan rayah sambil menari.
Gerakan tari dilakukan sebisanya berdasarkan pengalamannya ketika berjalan menuju hutan untuk mencari kembang pandan (Pandanus amaryllifolius). Dari kebiasaan untuk anaknya ini, Buhau akhirnya menciptakan tari Kombang Pandan yang saat itu digunakan sebagai sarana penghibur keluarga dan tetangganya.
Berdasarkan jenisnya, tarian ini termasuk domain seni tradisional dan tradisi lisan. Tarian tradisional ini diperkuat karakter pertunjukannya oleh tradisi lisan yang berupa rayah. Bentuk lirik rayah tidak baku dan bisa berkembang sesuai kreativitas penarinya yang sekaligus pelantun rayah.
Posisi penari Kombang Pandan yang terdiri atas dua orang biasanya berdiri berbaris atau beriringan. Hal ini menggambarkan formasi perjalanan para perempuan dalam mencari kembang pandan di hutan. Seperti juga ketika mereka berbaris menaiki atau di atas perahu dan berbaris ketika berjalan memasuki semak di sekitar hutan.
Gerakan tangan penarinya juga seperti orang yang sedang mendayung--mengayuh dari depan ke belakang dengan telapak tangan yang terbuka dan merapat. Selain itu, ada juga gerakan tangan yang seperti menyibak semak untuk mencari pandan dan kemudian memetiknya ketika menemukan bunga pandan yang dicarinya. Gerakan ini disebut dengan perception of artists yang mendalami aesthetic value dari sebuah benda, baik alamiah maupun buatan, yang akhirnya menciptakan dan menginspirasi suatu karya seni.
Menyambut tamu
Tari Kombang Pandan mengomunikasikan suatu (pengalaman) kenyataan (Ibu Buhau) dengan menggunakan gerakan seluruh tubuh untuk menggambarkan insiden atau peristiwa tertentu-–dengan peralihan (memindahkan) dari konteks yang satu ke konteks yang lainnya. Dari sini makna diciptakan melalui sistem simbol yang terdapat pada gerakan tari. Pemahaman audiensi tari akan makna gerakan tari tersebut dapat dipahami apabila mereka memiliki pengetahuan budaya yang sama.
Secara keseluruhan, makna dari tari Kombang Pandan ialah ‘harum’. Maksudnya, perempuan harus ‘harum’ dalam penampilan dan tindakan kesehariannya. Harum dalam penampilan di sini berarti berpenampilan yang baik dan sopan. Sementara itu, harum dalam tindakan keseharian berarti berbuat baik kepada keluarga, berbuat baik kepada sesamanya, tidak melanggar pantangan, baik yang ada di dalam keluarga maupun masyarakat.
Oleh karena itu, tari Kombang Pandan umumnya digunakan untuk menyambut tamu yang terhormat dan terpandang. Untuk menyambut tamu terhormat dan terpandang tersebut dibutuhkan penampilan dan tindakan yang ‘harum’ demi menjaga nama baik keluarga, masyarakat, dan desanya.
Selain menyambut tamu kehormatan, fungsi tari Kombang Pandan juga untuk memberangkatkan jenazah. Biasanya jika ada permintaan dari pihak keluarga yang meninggal. Alasannya, sebelum meninggal, orang tersebut berpesan bahwa nanti jika ia wafat, keberangkatannya ke makam harus diiringi (dilepas) dengan tari Kombang Pandan. Maka, para ahli waris wajib menyanggupi amanat dari yang sudah meninggal. Kejadian ini pernah berlangsung antara 1997–1998.
Prosesnya, sebelum jenazah dibawa dari rumah untuk menuju ke makam, dipertunjukkan tari kombang pandan (lengkap dengan rayahnya). Tempat menarinya di halaman depan rumah duka. Setelah tari Kombang Pandan selesai, jenazah baru dibawa ke pemakaman tanpa diiringi tari Kombang Pandan lagi. Dalam hal ini, tari Kombang Pandan dijadikan sebagai ‘tari perpisahan terakhir’.
Untuk melakukan pertunjukan tari Kombang Pandan diperlukan dua atribut dasar, yaitu seperangkat alat musik dan kostum. Seperangkat alat musik tradisional yang terdiri atas gong (1 buah), kelinang (1 set), gendang (1 buah), dan kansi (1 buah). Dengan segala keterbatasan dan kesederhanaannya karena kelompok tari ini tidak memiliki sanggar dan seperangkat alat musik, semuanya meminjam dari inventaris desa. Latihannya di rumah keturunan Ibu Buhau, di tempat yang seadanya.
Tidak ada lagu lain untuk mengiringi tari Kombang Pandan. Hanya satu judul, yaitu Kombang Pandan. Pukulannya (tobah) juga hanya satu dengan nama Kombang Pandan. Pakem ini yang hanya diketahui para penerus tari Kombang Pandan dengan segala keterbatasannya. Keterbatasan fasilitas dan keterbatasan sumber dayanya.
Keterbatasan sumber daya di sini maksudnya tingkat pendidikan dasar dan tingkat pemahaman akan bermusik yang dimiliki para pengiring tari Kombang Pandan cukup terbatas. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved