Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Tayuban dalam Ritual Sedekah Bumi

Rohmat Djoko Prakoso
07/6/2020 01:15
Tayuban dalam Ritual Sedekah Bumi
Tayuban dalam Ritual Sedekah Bumi(Dok Rohmat Djoko Prakoso)

RITUAL sedekah bumi merupakan tradsi yang menggambarkan kesuburan alam serta merefleksikan kemakmuran masyarakat desa. Masyarakat Jawa yang hidup dari mengolah ladang dan sawah menyelenggarakan ritual ini untuk mengucapkan rasa syukur atas keberlimpahan hasil bumi mereka.

Mereka memberikan sebagian hasil panen untuk diolah menjadi berbagai macam penganan, kemudian dihidangkan dalam ritual manganan. Ritual ini diselenggarakan di makam para pepunden desa sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.

Dalam rangkaian ritual sedekah bumi terdapat tiga acara pokok. Pertama, nyekar dan berdoa untuk para leluhur. Kedua, kenduri dan makan bersama. Ketiga, tradisi nayub, yaitu menari bersama berpasangan untuk membangun kebersamaan dan kerukunan. Dalam rangkaian ritual ini masyarakat secara serempak mendatangi makam desa, yang di tengah-tengahnya terdapat makam lain, yakni persemayam an dhangyang atau pepunden warga desa.

Pemuliaan terhadap leluhur dan alam merupakan gambaran keutuhan kosmik kehidupan masyarakat desa yang sebagian besar hidup sebagai petani. Mereka memercayai mitos ‘bapa angkasa ibu pertiwi’, ‘kaki-dhanyang’ dan ‘nini dhanyang’, serta ‘mbok sri’ sebagai bagian dari kemakmuran wulu wetu.

Bahwa hasil bumi merupakan perwujudan kemakmuran masyarakat desa. Kosmis besar yang menaungi kehidupan masyarakat petani di perdesaan diungkapkan dalam bahasa simbol kesuburan alam bertemunya oposisi biner bapa angkasa ibu pertiwi. Hujan dari angkasa membasahi ibu pertiwi, menumbuhkan semua tanaman. Hujan ialah harapan besar bagi para petani memberikan kesuburan bagi sawah
ladang yang mereka garap. Adapun  padi (mbok sri) merupakan penanda bagi tercukupinya kebutuhan pangan, yang menandakan kemakmuran hidup masyarakat petani.

Ketersedian ladang, sawah, dan desa yang nyaman-damai tidak pernah lepas dari jasa para leluhur yang telah merintis keberadaan desa. Diyakini masyarakat bahwa dhangyang ialah orang yang pertama kali membuka hutan dan menciptakan desa sebagai tempat tinggal masyarakat saat ini. 

Dhangyang, mbah buyut, dan para leluhur mereka yang telah hidup di alam kekal ‘kelanggengan’ pantas dimuliakan karena jasa besar mereka mewariskan desa yang subur makmur.

Dalam ritual manganan, dua ekor kambing disembelih. Para lelaki memasak daging kambing tersebut di punden untuk Mbah Buyut (leluhur). Masakan itu nantinya disuguhkan untuk anak cucu yang mbesa atau menari di punden. Memasak menjadi kegiatan simbolis ‘buyut’ yang merawat anak cucunya, memberikan jaminan kemakmuran bagi kehidupan anak cucunya.


Joget pedhanyangan

Tibalah saatnya acara tayuban atau nayub. Tradisi ini merupakan tradisi tari yang berakar dari semangat kebersamaan dan kerukunan hidup. Tayub mataya kanthi guyub adalah menari yang dipandu semangat guyub rukun berkumpul sebagai sedulur. Tarian ini diawali dengan satu tarian sakral yang disajikan sindhir (para penari), khusus untuk para leluhur.

Joget ini disebut dengan istilah joget pedhanyangan. Sebelumnya, sindhir nyekar (tabur bunga) terlebih dahulu di punden, dibimbing juru kunci. Nyekar ini sebagai bentuk kesanggupannya menjalani tugasnya sebagai  sindhir dalam rangkaian sedekah bumi. Sindhir biasanya mengucapkan salam, kemudian menaburkan bunga di situs punden.

Joget pedhanyangan didahului dengan melantunkan Gending Eling-Eling. Makna dari Gending Eling-Eling ialah terbukanya kesadaran hidup manusia yang diciptakan di dunia untuk hidup berdampingan dengan alam, lingkungan, keluarga, ayah, ibu, saudara, serta hidup bersama masyarakat luas (bebrayan agung).

Setelah melantunkan Gending Eling-Eling, sindhir menarikan joget pedhayangan.  Tarian ini didahului dengan gending sampak, yang mengisyaratkan sindhir untuk memasuki ruang besa (ruang menari). Pada ruang besa inilah sindhir mulai menyajikan tarian inti dengan diringi gending bendrong, yakni ragam tarian yang disajikan sangat mirip dengam joget Gambyong pada umunya.

Joget ini diakhiri pula dengan gending sampak sebagai isyarat bahwa tarian tersebut telah selesai. Saat berjoget, arah hadap utama ialah situs punden. Dalam tradisi sakral ini, tabu apabila penari membelakangi situs punden.

Joget pedhanyangan telah usai. Segera dimulailah gedog pertama, yaitu bagian awal para pejabat desa dan dusun memulai besa, menari berpasangan dengan pejabat yang hadir. Penari berdiri memulai tariannya untuk menghantarkan sampur pada lurah/kepala desa. Selanjutnya, sindhir menghampiri mereka dengan mengambil talam sampur dan duduk di samping lurah. Beberapa petugas menyiap kan mikrofon untuk sindhir.

Gedog pertama ini sering disebut ndarandara karena khusus diperuntukkan bagi para pejabat dan tamu kehormatan. Sindhir mulai melantunkan tembang Sinom untuk memulai ngungrum. Lurah segera mengambil dompet dan mengeluarkan uang Rp50.000-an dua lembar, diberikan pada tiap-tiap sindhir.

Seusai ndara-ndara, para pejabat berdiri berjajar membawa sampur masing-masing dan berdiri dengan jarak yang teratur satu sama lain. Pramugari pun berdiri mengedarkan talam. Tiap-tiap pejabat yang telah mengalungkan sampurnya itu lantas meletakkan sejumlah uang di atas talam. Uang talam tersebut oleh penari diserahkan pada petugas untuk dihitung dan dimasukkan ke sebuah tempat yang terbuat dari periuk tanah yang cukup besar yang ditutup dengan kain putih.

Para pemain gamelan dipandu seorang penari memulai gedog pertama. Para pejabat desa berdiri berhadapan, mengalungkan sampur di bahu dan kedua tangan ngapurancang. Para sindhir telah berdiri di tengah, siap melantunkan Gending Ibu Pertiwi. Gending Ibu Pertiwi merupakan gending yang dimainkan untuk mengiringi para pejabat desa yang mbesa (menari) untuk leluhur dan para pepunden desa. Syair Gending Ibu Pertiwi berisi tentang pemuliaan terhadap ibu pertiwi yang telah memberikan papan, sandang, dan pangan yang bermanfaat untuk masyarakat desa. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya