Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
"BU, disuntik itu sakit tidak?" tanya Fa'aiz Dzaky Al-Fakhri, Kelas 5 SD Bani Saleh di sesi pertanyaan. "Tergantung, jika ototnya tebal maka enggak terasa sakit, tapi kalau ototnya kecil pasti sakit," kata Bu Sumiyati.
Beragam pertanyaan mengenai kesehatan dan profesi dokter pun muncul saat pelatihan Dokter Kecil SD Bani Saleh 1 Bekasi, Jawa Barat, Kamis (11/2).
SD Bani Saleh 1 memang sedang merintis program Dokter Kecil (Dokcil), sobat. "Ini baru tahun pertama Dokter Cilik ada di sekolah kami," kata Dra R Siti Maarufah atau yang sering disapa Bu UUf.
Dalam kegiatan pertamanya ini, Sekolah Bani Saleh 1 mengadakan Pelatihan dan Pelantikan dokcil selama tiga hari, yakni pada 10, 11, dan 18 Februari. Untuk menjadi dokter kecil, sekolah ini mempunyai syarat sobat, yaitu hanya diikuti seluruh siswa kelas 4 dan 5, serta perwakilan pada tiap-tiap kelas 1, 2, dan 3. "Anggota inti dari dokter kecil ini adalah semua siswa kelas 4 dan 5, sedangkan kelas 1 sampai 3 hanya pengaderan atau pengenalan saja," kata Bu UUf. Kalian tahu mengapa kelas 6 tidak diperkenankan menjadi dokter kecil? Ya, mereka harus fokus pada Ujian Nasional.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pada pelatihan yang sudah diadakan dua kali itu, para dokcil diberikan pemahaman profesi dokter dan perilaku menjaga kebersihan untuk bisa terus sehat.
Salah satunya materi yang diterangkan dr Riri Mega, dokter umum, adalah kiat menjaga kesehatan tubuh kita di sekolah. "Karena sekolah selain menjadi tempat pembelajaran, juga menjadi ancaman kesehatan dengan banyaknya kuman dan bakteri," ujar dr Riri.
Dr Riri mengungkapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang bisa dilakukan di sekolah itu ada delapan, yakni jajan di warung atau kantin sekolah, mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, membuang air kecil dan besar di jamban sekolah, mengikuti kegiatan olahraga, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok, membersihkan kuku, hingga membuang sampah pada tempatnya. "Jika kedelapan perilaku itu dilakukan, maka kamu dan sekolahmu akan sehat, prestasi pun meningkat," kata Bu Riri.
Motivasi untuk dokcil
Tak hanya diberikan pelatihan lo sobat, para dokcil ini pun di berikan motivasi untuk bisa menjadi dokter sungguhan. Bu Uuf sengaja mendatangkan orang-orang inspiratif di bidang kesehatan.
Ada dr Sumiyati, orangtua siswa yang sudah 15 tahun menjadi dokter, ada pula dua orang alumni SD Bani Saleh 1 yang sudah menjadi dokter umum di Bekasi, dr Arimas Bramantyo dan Yolanda yang sedang menempuh kuliah kedokteran dan sebentar lagi akan menjadi dokter spesialis kandungan. Wah, keren-keren ya?
"Jika ingin menjadi dokter, kalian harus terus belajar," kata kak Yolanda. Ya, rajin menjadi modal utama untuk menjadi seorang dokter lo sobat, hal itu pun disetujui oleh Bu Sumiyati, "Kunci untuk menjadi dokter itu harus rajin, rajin belajar, rajin berdoa, rajin menolong orang, dan sebagainya," kata bu Sumiyati.
Cita-cita favorit
"Siapa yang ingin jadi dokter?" tanya dr Arimas Bramantyo, dokter umum alumnus SD Bani Saleh 1. Serentak siswa-siswi mengangkat tangannya, kompak. "Aku, aku, aku," seru mereka. Pasti sobat Medi pun ada yang ingin jadi dokter kan?
Profesi dokter ini memang menjadi kegemaran semua anak ya. Tugasnya yang mulia untuk menolong orang menjadi alasan utama memilih profesi ini. "cita-citaku ingin menjadi dokter biar bisa menolong dan nyembuhin orang, terutama keluargaku," kata Nadine, kelas 1. Hal yang sama pun diungkapkan hampir semua dokter kecil lo sobat. Menurut Bu Uuf, saat diumumkan akan ada dokcil di sekolah, semua siswa sangat antusias untuk mengikutinya. "Saat pertama kali ide itu muncul, semua siswa ingin menjadi dokcil," kata Bu Uuf.
Mainan dokter-dokteran
Cita-cita menjadi dokter itu bukan hanya angan-angan lo sobat. mereka mengaku siap untuk menjadi dokter sungguhan lo. "Kita siap jadi dokter," kata dokcil kelas 1 hampir berbarengan. Mereka tidak takut pada apa pun, apalagi suntikan lo, yang ada di benaknya mereka akan menyembuhkan orang, siapa pun itu. Jika di rumah, misalnya mereka mengaku berperan menjadi dokter bagi keluarganya. "Kalau ibuku sakit, aku suka mengingatkan ibuku untuk minum obat," kata Shafira, siswa kelas 1.
Bukan hanya itu, saat istirahat di sekolah pun mereka akan menjadi dokter untuk memeriksa kesehatan teman-temannya dengan alat mainan, hehehe. Ya, Chacha, siswa kelas 1 ini sudah termotivasi untuk menjadi seorang dokter, ia mempunyai mainan alat kedokteran seperti stetoskop, suntikan, hingga alat untuk memeriksa tulang yang digunakan bersama teman-temannya di sekolah. "Kamu duduk ya, aku periksa dulu," kata Chacha sambil menempelkan stetoskop di dada Davin yang menjadi pasiennya.
Menurut Bu Uuf, dengan mengikuti program dokcil ada manfaatnya lo. "Mereka akan lebih peduli dengan kesehatan dirinya bahkan menjadi cerminan teman-temannya berperilaku sehat seperti buang sampah pada tempatnya," kata Bu Uuf. Ya benar sekali sobat, para dokcil ini bahkan sudah mulai membantu orangtuanya untuk menjaga lingkungan seperti menyapu, mengepel, hingga mencuci lo. Nah, dengan menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan pun kita bisa menjadi dokter kan? (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved