Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEHIDUPAN bungsu dari sembilan bersaudara itu tidaklah mudah.
Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana, anggota TNI, dipensiunkan dini pada usia 28 tahun akibat sakit terkena racun mata-mata tentara kolonial Belanda.
Ibunya, Karsiti, aktivis Palang Merah Indonesia, berperan menjadi tulang punggung keluarga.
Dedi Mulyadi kecil harus ikut membantu sang ibu bekerja serabutan. Ia sempat menjadi penggembala kambing, berjualan es, menjadi kuli pencabut kacang, bahkan menjual layangan.
Meski harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya, Dedi tetap bersekolah.
Ketika ia duduk di bangku SMA, kemiskinan keluarganya membuat Dedi harus menyambi menjadi tukang ojek dan menjadi pemotong dan pengumpul rumput untuk makanan ternak orang lain.
Dia mengaku makan sehari-hari hanya bisa menyantap nasi putih dengan garam.
Untuk lauk, pria berusia 44 tahun itu harus mencari keong di sawah.
Selain itu, saat kecil suami Anne Ratna Mustika itu ingin mencicipi es mambo yang kerap disantap banyak orang, tetapi tidak bisa.
Untuk merasakan nikmatnya es itu, ia harus berjualan es mambo agar bisa merasakannya.
"Jadi waktu itu saya mau tidak mau harus menjual es mambo kalau mau makan. Karena setiap berjualan 50 itu saya dapat lima es yang boleh dimakan sendiri. Namun, lagi-lagi justru saya tidak makan, karena saya pilih untuk diuangkan semuanya," kenang Dedi.
Lebih awal
Tak hanya itu, berpenampilan sederhana membuat Dedi terlihat seperti orang kebanyakan.
Mungkin bagi banyak orang yang tidak mengetahui siapa pria 44 tahun itu tak akan pernah menyangka jika dirinya adalah bupati.
Dedi yang sehari-hari selalu berpenampilan ala Sunda itu membuat dirinya tidak berbeda dengan warga lainnya.
Ia sangat dekat dengan warga lainnya, terutama warga miskin yang ada di Purwakarta.
"Berawal dari berjualan beras. Punya sedikit modal lalu saya mencalonkan jadi anggota DPRD dan alhamdulillah menang. Saat saya menjadi anggota DPRD, pukul 05.00 saya sudah berada di kantor untuk membuat konsep dan gagasan untuk diterapkan di pemerintah daerah," ungkap Dedi.
Bahkan sejak mahasiswa, ia aktif menjadi seorang aktivis dan mengikuti banyak organisasi baik itu di dalam maupun luar lingkungan kampus. Itulah yang membuat dirinya tertarik di dunia politik.
"Saya senang politik karena dengan itu saya bisa ikut serta membuat sebuah kebijakan yang dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat banyak," tegasnya.
Saat ini, Dedi bekerja melayani masyarakat dengan segala kesederhanaan. Caranya yang unik banyak menyentuh dan disukai masyarakat Purwakarta.
Bagi Dedi, kesuksesan yang sudah diraih sampai detik ini bukanlah tanpa pengorbanan yang sedikit, melainkan harus melalui perjuangan hidup yang berat dan pengorbanan yang besar untuk meraih segala cita-cita hidupnya. (Rio/M-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved