Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
SEDERHANA ialah kata yang tepat untuk menggambarkan Indartato.
Pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 27 September 1954, itu tumbuh dalam keluarga yang sederhana.
"Saat masih kecil saya tidak pernah menyentuh atau bahkan memakan beras putih. Keluarga kami cuma mampu makan singkong atau di tempat kami itu disebutnya tiwul," kenang Indartato ketika dirinya masih berumur belia.
Dia bisa menikmati makan nasi putih apabila di masjid ada acara mulud atau hari besar keagamaan lainnya.
"Sehabis peringatan itu, kami dikasih nasi putih dibungkus daun jati. Makan nasi yang kedua itu kalau tetangga saya mengadakan bancakan untuk memperingati kelahiran anak tetangga saya," aku Indartato.
Saat beranjak dewasa, Indar--panggilan akrab Indartato--tidak memiliki cita-cita setinggi langit.
Ia hanya berharap bisa mewujudkan impiannya menjadi sopir.
Kala itu Indar yang tinggal di Pacitan melihat sopir merupakan pekerjaan yang menjanjikan dan simbol kemakmuran.
Menurutnya, bisa menjadi seorang sopir atau pengemudi mobil itu keren.
Ia sering melihat para sopir itu jika sedang istirahat dan makan di warung lauknya enak, pakai ayam goreng dan ikan, bahkan bisa mendapatkan istri dengan paras yang cantik.
"Itu motivasi saya jadi sopir. Saya tidak bisa makan enak, padahal orangtua saya camat waktu itu," ungkap Indartato.
Bermodal selembar kertas ijazah SMA, Indar mengikuti jejak sang ayah yang pernah menjadi seorang pembantu bupati.
Di Kantor Pemerintah Daerah Pacitan, Indar mengabdi menjadi sopir Muhammad Kusman yang kala itu menjabat sebagai Bupati Pacitan, Jawa Timur.
Tidak hanya itu, Indartato muda juga mendapat tugas sebagai pelayan di rumah pendopo bupati.
Ia bertugas melayani dan menyediakan makanan serta minuman bagi para tamu bupati yang sedang berkunjung ke rumah dinasnya.
"Pak Indartato seorang yang sangat jujur, teliti, dan juga sangat rajin. Jadi, kalau diperintah apa pun, selalu siap. Saat menjadi sopir dulu, waktu dipanggil bupati untuk mengantar putra atau keluarganya, dirinya pasti siap," ujar Soesilo, teman Indartato.
Pengalaman menjadi sopir dan pramusaji di rumah dinas bupati membuat Indar berani bermimpi.
Indar tidak menginginkan terus-menerus untuk menjalani hidup sebagai seorang sopir.
Kembali Sekolah
Pada 1978, ayah tiga anak itu melanjutkan studi ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri dan lulus 1981.
Namun bukan perkara mudah. Ia harus meminta izin kepada sang bupati.
Sempat beberapa kali ditolak, Indar akhirnya diizinkan melanjutkan studi.
"Setelah diizinkan sekolah, saya tes di APDN dan diterima. Yang bayar sekolahnya pemda (pemerintah daerah) karena pada 1979 saya sudah PNS. Selama tiga tahun setengah saya lakukan tugas belajar," ujarnya.
Waktu terus berlalu dan kehidupan terus berputar hingga Indartato kini bisa menempati jabatan puncak di Pemda Pacitan, yaitu sebagai seorang bupati.
Tidak ada yang pernah menyangka jika mantan seorang sopir dan pramusaji Bupati Pacitan itu kini menjadi orang nomor satu di Pemerintahan Daerah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
"Dulu waktu saya menjadi seorang sopir, saya selalu melaksanakan segala tugas dan perintah dari atasan. Saya tidak pernah menentang atau bahkan melawan," ungkapnya.
Kejujuran dan ketulusan dirinya dalam bekerja lantas membuat Indar mulai merangsek ke jabatan penting setelah dirinya berhasil melanjutkan pendidikan dan menjadi seorang PNS di lingkungan Pemda Pacitan.
Jabatan penting itu dimulai dari dirinya menjadi seorang camat, kepala pembangunan, kepala dinas kelautan dan perikanan, dan lainnya.
Kariernya di pemerintahan berjalan sangat mulus hingga akhirnya pada 2008 ia dipercaya memangku jabatan sebagai seorang Bupati Pacitan.
Bahkan, posisi sebagai bupati itu disandang dirinya selama dua periode berturut-turut.
Indartato kembali memenangi pilkada serentak yang dilakukan Desember 2015 sehingga jabatan itu kembali dipegangnya hingga 2021.
Walau Indar sudah menjadi orang nomor satu di Kabupaten Pacitan, kesederhanaan tetap melekat pada dirinya.
Ia terus berusaha dekat dan berbuat yang terbaik untuk warganya. (M-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved