Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Konsumsi Kacang sejak Umur 3 Bulan Kurangi Risiko Alergi

Suryani Wandari Putri Pertiwi
06/12/2019 07:25
Konsumsi Kacang sejak Umur 3 Bulan Kurangi Risiko Alergi
Konsumsi makanan alergen sejak dini diklaim bisa menekan risiko alergi.(Unsplash/Isai Dzib)

Bayi memang belum memiliki gigi yang kuat untuk menggigit makanan keras. Pencernaan mereka pun belum sempurna. Bahkan, pedoman WHO menyatakan bayi sebaiknya hanya mengonsumsi ASI sampai usianya 6 bulan. Selewat itu, barulah bayi mulai diperkenalkan dengan makanan solid alias MPASI.

Meski begitu, para peneliti di King's College London dan St George's mengatakan secara teori, ada baiknya makanan yang umumnya berisiko menimbulkan alergi --seperti kacang-- dikenalkan sejak bayi usia 3 bulan. Pengenalan dini itu dianggap justru dapat menurunkan potensi alergi.

Dilansir dari Daily Mail, lebih dari 1.300 bayi berusia tiga bulan dari Inggris dan Wales terlibat dalam penelitian ini. Mereka dilacak selama tiga tahun. Dalam uji coba terkontrol, bayi diuji alergi dengn dibagi menjadi dua kelompok secara acak.

Kelompok Early Introduction Group (EIG) diminta untuk memperkenalkan enam makanan alergen sejak usia tiga bulan bersamaan dengan pemberian ASI yang berkelanjutan. Makanan tersebut adalah telur, kacang dan ikan, yang merupakan alergi makanan paling umum, bersama dengan susu, gandum, dan wijen.

Kelompok kedua, Standard Introduction Group (SIG), mengikuti saran standar pemerintah Inggris untuk menyusui secara eksklusif selama sekitar enam bulan.  

Kedua kelompok kemudian dilacak untuk melihat apakah mereka mengembangkan alergi jangka panjang terhadap makanan tersebut antara usia satu dan tiga tahun.

Hasilnya, hanya 19,2% bayi berisiko tinggi alergi kacang mengembangkan kondisi tersebut di EIG. Sementara di kelompok SIG, persentase bayi yang mengembangkan kondisi alergi mencapai 33,3%.

Di antara mereka yang peka terhadap telur, 20% pada kelompok EIG mengalami alergi dibandingkan dengan 48,7% pada SIG.

Dr Michael Perkin, penulis bersama, dari St Georges, mengatakan: "Penelitian kami menambah bukti bahwa pengenalan awal makanan alergi dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan epidemi alergi."

Inggris memiliki beberapa tingkat prevalensi tertinggi dari kondisi alergi di dunia, dengan lebih dari 20%  populasi yang terkena, menurut Allergy UK.

Dalam 20 tahun berjalan hingga 2012 ada peningkatan 615% dalam tingkat penerimaan pasien anafilaksis --reaksi alergi yang serius-- di rumah sakit. Ada sekitar sepuluh kematian terkait alergi makanan di Inggris dan Wales setiap tahun, menurut NHS.

Penelitian terbaru menunjukkan pedoman MPASI saat ini untuk bayi yang berisiko alergi mungkin perlu diubah, kata para peneliti. Menyusui eksklusif atau susu formula bayi dianjurkan untuk sekitar enam bulan pertama kehidupan, dengan sejumlah kecil makanan padat diperkenalkan setelah itu.

Amena Warner, dari Allergy UK, mengatakan: 'Pengecualian akan terjadi jika bayi bereaksi terhadap makanan, maka mereka akan mengecualikan makanan ini sampai diselidiki."

"Karena tidak ada panduan khusus saat ini tentang memperkenalkan makanan alergi, orang tua sering memperkenalkan jenis makanan ini (alergen) yang terakhir."

Penelitian ini disebutnya menginformasikan bahwa tindakan itu justru bisa dianggap terlambat, karena bayi mungkin telah mengembangkan kepekaan terhadap makanan itu dan memiliki reaksi alergi karena memakannya.

Nah, namun tentu saja sebelum mencekoki bayi dengan makanan macam kacang, ada baiknya para orang tua berkonsultasi dulu dengan dokter anak guna memutuskan siap tidaknya bayi mereka mengonsumsi makanan solid sebelum usia 6 bulan. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik