Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Didin Nuruddin Hidayat Mimpi Pedagang Kaki Lima

Fetry Wuryasti
26/10/2019 05:20
Didin Nuruddin Hidayat Mimpi Pedagang Kaki Lima
Didin Nuruddin Hidayat(MI/PIUS ERLANGGA)

Pendidikan dipercaya menjadi salah satu cara agar terbebas dari kemiskinan. Sayangnya, pendidikan juga tidak mudah dijangkau bagi sebagian orang sehingga perlu diperjuangkan melalui beasiswa.

KEHIDUPAN Didin berubah karena beasiswa. Sejak semasa muda dia mengaku kehidupannya sedikit kacau. Sebagai anak SMA, dia sempat menjadi anak berandal yang 'dipindahkan' akibat berantem dengan teman sekolahnya.

Menikah muda di usia 19,5 tahun ketika lulus sekolah, dia tidak menyerah. Dia melanjutkan pendidikan. Pikiran out of the box itu muncul. Dia memulai menjadi dagang kaki lima daerah Ciputat sambil memulai kuliah. Meski bukan berasal dari keluarga tidak mampu, dia memutuskan ketika telah berkeluarga harus bertanggung jawab.

Sebagian teman kuliah tahu dirinya berjualan kaki lima untuk menghidupi keluarga. Dari jalanan dia belajar banyak hal yang tidak didapat dari universitas. Salah satunya belajar arti ketekunan, kesabaran, kesetiakawanan, tenggang rasa, dan menghargai orang yang kecil.

Kampus terbaik

Tahun 2002 dia menonton acara yang menampilkan kampus-kampus paling bagus di dunia. Ada scene salah satunya suatu kampus di Queensland. Dia membayangkan dirinya suatu saat berkuliah di sana. Meskipun istrinya mengatakan jangan mimpi, tetapi dia berhasil mewujudkannya.

"Di sela berjualan kaki lima, saya mahasiswa kupu-kupu atau kuliah pulang kuliah pulang kemudian mencari uang. Momen mendapat beasiswa tahun 2006 setelah mencoba kedua kali. Yang saya pelajari ketika kita gagal yang perlu kita yakini bahwa kita kita satu langkah lebih dekat menuju ke keberhasilan," cerita Didin. Dia pun lulus S-1 menjadi lulusan terbaik dengan IPK 3,56.

Ketika mengalami gagal, seseorang harus lupakan evaluasi eksternal dan lebih ke internal. Dahulu Didin hanya fokus pada kemampuan bahasa Inggris. "Saya melupakan persiapan akademik. Jadi IELTS tinggi tapi kemampuan akademik lain pas diwawancara tidak mencukupi."

Pendidikan S-3 Didin juga dijalani di Australia, dengan beasiswa 5.000 doktor angkatan pertama Kementerian Agama. Kini dirinya dipercaya menjadi koordinator beasiswa 5.000 calon doktor untuk wilayah Amerika Utara, Australia, dan Eropa.

"Tips untuk bisa meraih beasiswa secara umum, satu hal yang paling penting adalah tidak hanya kemampuan akademik, tetapi juga nonakademik seperti semangat, pantang menyerah, dan positif mindset, serta menganggap mendapatkan beasiswa sebagai investasi waktu tenaga dan uang," tukas Didin. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik