Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Musisi Jalanan Ialah Inspirasi

Tosiani
23/6/2019 01:50
Musisi Jalanan Ialah Inspirasi
Musikus Glenn Fredly(DOK MI/ATET DWI PRAMADIA)

MUSIKUS Glenn Fredly, 43, saat ini bergabung dengan Institut Musik Jalanan (IMJ) sebagai salah seorang mentor. Glenn amat senang menjadi bagian dari institusi tersebut. Hal itu lantaran IMJ membuat sebuah sistem yang inklu­sif dan menawarkan perubahan. 

Glenn juga menjadikan musisi jalanan sebagai inspirasi untuk mengubah tata kelola industri musik Indonesia. Berikut ini wawancara Media Indonesia dengan musisi Glenn Fredly.

Mengapa Anda berkenan bergabung menjadi mentor Institut Musik Jalanan?
Institut Musik Jalanan (IMJ) ini bukan cuma nama, melainkan juga mereka membuat sistem. Saya senang bagaimana mereka mengubah paradigma dengan menggunakan musik jadi alat yang positif. Memberikan satu impresi bahwa musik yang mereka mainkan benar-benar menjadi alat perubahan buat mereka pergunakan sebaik mungkin. 

Apa yang sekiranya bisa Anda dapatkan dari keberadaan institusi tersebut?
Buat saya IMJ ini memberikan inspi­rasi yang mengubah tatanan bahwa dalam konteks musik Indonesia yang harus dibenahi ekosistemnya, ternyata inspirasi itu datangnya bukan dari musisi yang atas-atas, melainkan dari musisi jalanan. 
Itu yang saya kagum dari awal dengan pemikiran mereka sebagai sebuah ekosistem. Awalnya mereka berharap ada tata kelola industri musik Indonesia yang baik karena itu berdampak buat mereka. Sampai akhirnya merasa bahwa mereka punya sistem sendiri, dan yang paling bagus sistem yang mereka bangun itu tidak ekslusif, tapi terbuka. 

Konkretnya sistem seperti apa?
Ya, buktinya begitu mereka menyampaikan ide ini untuk bekerja sama dengan sebuah literasi keuangan Go-Pay, saya merasa revolusi ini sebuah cara baru industri musik Indonesia yang inspirasinya datang dari musisi yang kualitasnya datang dari jalanan.

Perubahan apa yang Anda harapkan bisa dibuat lewat institusi ini? 
Ini menunjukkan bahwa dari bermusik mereka bisa hidup. Bicara tentang ekosistem ini kan ujung mata rantainya tentang ekonomi. Artinya, kesejahtera­an jadi yang utama bahwa dari musik yang datang dari pelaku musik jalanan mereka bertanggung jawab dengan apa yang mereka mainkan nantinya dan juga apresiasi datang dengan bentuk yang langsung dari masyarakat. Ekosistem yang berkualitas, yang sistemnya terga­rap dengan baik ditambah teknologi akhir­nya jadi model bisnis baru. Menurut saya ini sebuah jalan baru dalam membenahi mata rantai di industri musik Indonesia ke depan.

Seberapa penting peran musisi jalanan terhadap dunia musik maupun sosial budaya kita?
Oh, penting banget. Ini mengubah paradigma bahwa klasifikasi sudah tidak ada. Antara Glenn Fredly dan mereka itu sama. Artinya, yang dibutuhkan sama, kata kuncinya yang dibutuhkan itu apresiasi. 

Terkait dengan RUU permusikan yang sudah ditarik dari prolegnas, pela­jaran terbesar apa yang Anda lihat bisa diambil masyarakat permusikan kita maupun bangsa ini dari hal tersebut?
Saya sih ingin harus ada jalan baru. Menyambut baik keputusan itu ditarik. Karena itu kan inisiatifnya datang dari legislatif. Jadi, saya bilang mungkin ini jalan barunya ada di sini, di teman-teman.

Adakah rencana para musikus melakukan pembahasan untuk mengatasi masalah di industri musik setelah RUU permusikan ditarik?
Tahun ini akan ada konferensi musik yang kedua. Jadi, kolaborasi dan kerja sama itu akan tertuang dalam Konferensi Musik Indonesia yang kedua nantinya. Sudah ada pembicaraan, tadinya agenda musyawarah untuk membahas RUU permusikan ini, tapi begitu RUU ditarik akhirnya harus ada rencana dan jalan baru. Karena masalah tidak selesai sampai disitu. Sistem industri musik Indonesia kan bukan berarti setelah RUU dicabut lalu masalahnya jadi beres. Yang diperlukan adalah duduk bersama, dibuat jalan baru untuk membicarakan pembenahan tata kelola industri musik Indonesia. 

Pembenahan seperti apa yang harus­nya dilakukan untuk industri permusikan kita agar mendukung iklim kreatif, tapi juga melindungi royalti?
Makanya, saya bilang jalan baru itu penting. Artinya cara berpikir, harus ada new box untuk bisa membuat ini bisa sustain, ujungnya bicara tentang kesejahteraan pelakunya. Sebenarnya musik punya nature, punya potensi yang sangat besar untuk memberikan kontribusi terutama kepada dunia kreatif kita maupun kepada negara itu sendiri. Karena selama ini musik belum bisa di-’valuasi’. 
Melihat hari ini kerja sama Go-Pay dengan IMJ adalah satu cara yang konkret dalam memvaluasi musik, yang dimulai dari pelakunya yang paling bawah, yakni musisi jalanan. Ini alternatif jalan baru yang diinisiasi teman-teman yang datangnya dari musisi jalanan. Lebih maju ke depan dari lingkaran setan yang menjadi problem yang selama ini dibicarakan di dalam industri musik. 
Saya bangga sekali melihat bukti konkret kerja sama musisi jalanan denga literasi keuangan Go-Pay. Kalau ini jalan baru harapannya ini bisa bermanfaat buat semua, buat ekosistemnya. Kita mulai dari IMJ yang didukung Go-Pay.

Setelah kerja sama IMJ dengan Go-Pay, ke depan apa yang Anda harapkan?
Kalau sudah dari Jakarta, habis itu ke Indonesia bagian timur deh. Bukan karena saya datang dari sana, melainkan karena akses keuangan, permodalan sangat dibutuhkan oleh talent-talent yang begitu banyak di sana. Jangan dimonopoli oleh kota-kota besar, tapi kota-kota lain juga. Karena teknologi semua dan siapa pun bisa mendapat akses itu. Ini terobosan dan sejarah baru untuk membenahi industri musik Indonesia yang dimulai dari jalanan. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya