Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Menuju Amerika untuk Pemrograman

Fathurrozak
15/6/2019 23:40
Menuju Amerika untuk Pemrograman
Reza Juliandri(Dok. Pribadi)

BERMULA dari bermain gim flash dan tidak sengaja menekan tombol Ctrl+U yang menampilkan view source, biasanya digunakan untuk menampilkan hasil HTML dari suatu situs. Awalnya ia mengira kode itu untuk membuat gim, ternyata membuat situs dan ia pun tertarik mempelajarinya. 
Reza Juliandri, salah satu siswa SMK di Tangerang, menjadi pemenang kompetisi Google Code-in. Sebagai pemenang ia berhak jalan-jalan ke Amerika Serikat untuk menjalani mentoring. 
Berikut petikan wawancara Muda dengan Reza, pekan lalu, terkait perjalanannya me­ngenal dunia pemrograman hingga saat ini.

Bagaimana perkembangan yang kamu alami?
Perkembangannya sangat drastis. Ketika SD saya hanya mengetahui dasar di dunia co­ding. Lalu di SMP saya belajar banyak dalam pembuatan situs menggunakan pemrograman PHP. Saat SMK saya dilatih pelatih dari ekstrakurikuler ITCommunity sehingga bisa lebih mendalami. Kalau untuk belajar, awalnya autodidak, hanya mengandalkan mesin pencari dan juga grup yang ada di Facebook. Namun, saat ini sudah ada pelatih dalam mengembangkan skill saya.

Seperti apa sih perjalanan kamu hingga kompetisi Google Code-in?
Sebelum Google Code-in, saya sering mengikuti kompetisi yang bernama Lomba Kompetensi Siswa (LKS). Pencapaian saat ini mungkin tidak pernah disangka sebelumnya. Saya awalnya hanya ingin menguji sejauh mana skill yang saya miliki, ternyata memenangi kompetisi ini. 
Di Google Code-in, banyak hal yang dilakukan. Saat pertama kali saya diberikan tugas training, seperti pemrograman Python, framework Django, dan version control git. Setelah dirasa sudah cukup, saya melanjutkan untuk menambahkan fitur di aplikasi yang sudah ada. 
Lalu saya diminta membuat alat yang dinamakan Commit Message Style Check untuk pengecekan commit message dan lxdock-openwisp2 untuk melakukan instalasi OpenWISP dengan bantuan LXDock. Sisanya lebih ke pengembangan aplikasi yang ada. 
Program Commit Message Style Check merupakan program yang terbilang sulit, program ini digunakan di semua repository pada organisasi ini. Ini sangat berdampak dalam siklus organisasi ini. Saya juga banyak mengerjakan tugas yang sangat sulit sehingga juga menjadi nilai tambah untuk saya. Di Google Code-in, perlombaan hanya dilakukan sekali, dan jika memenanginya tidak ada perlombaan selanjutnya. Jadi, bisa dibilang perlombaan ini langsung secara global dan tidak ada tingkatannya.

Apa yang kamu dapatkan dari kompetisi ini?
Pemenang Google Code-in mendapatkan trip ke Amerika Serikat selama empat hari. Di AS, kami akan bertemu dengan mentor dari organisasi open source yang selama perlombaan membimbing dalam mengerjakan tugas, serta bertemu dengan pemenang lainnya. Akomodasi seperti hotel, tiket pesawat, dan visa ditanggung Google. Di Google Code-in memberikan reward, seperti sertifikat jika berhasil mengerjakan satu tugas, terakhir trip ke Mountain View jika berhasil menjadi pemenang Google Code-in.

Tahap apa yang paling tersulit dalam pemrograman?
Saat ini lebih ke cara penyelesaian masalahnya. Karena untuk menyelesaikan suatu masalah, kita harus memisahkannya menjadi bagian-bagian terkecil lalu menyusun algoritma yang digunakan menyelesaikan masalah tersebut. Kalau yang baru memulai mungkin akan sangat sulit mempelajarinya. Dibutuhkan kesabaran, ketekunan, dan tidak mudah putus asa karena akan menghadapi banyak error. Seiring berjalannya waktu, akan terasa mudah ada pengalaman.
Proses membuat program dimulai dari mendefinisikan masalah, lalu melakukan perencanaan terhadap masalah yang akan di­hadapi. Jika sudah siap, baru membuat ke dalam sebuah program. Setelah membuat prog­­ram, tidak lupa untuk membuat dokumentasi agar programmer lain bisa mengetahui maksud dari kode program yang kita kerjakan. Jika program sudah jadi, tinggal dilakukan testing untuk mencari kesalahan program/error serta melakukan pemeliharaan sistem secara berkala. Untuk ditujukan sederhananya untuk membuat program/sistem/teknologi yang dapat membantu pekerjaan manusia.

Apa yang perlu menjadi pemahaman terkait pemrograman?
Perlu diketahui, coding itu pada dasarnya menuliskan kode untuk membuat program, perangkat lunak, atau sistem. Program yang diciptakan dari coding ini ada yang bertujuan baik maupun buruk.
Misalnya, bertujuan baik berupa membuat aplikasi untuk membantu menganalisis penyakit, membuat laman situs bersosialisasi antarkomunitas atau membuat kecerdasan buatan. Yang bertujuan buruk, membantu meretas laman situs dan membajak sistem operasi. 
Namanya anak muda ya masih masa-masa semangatnya, ada yang senang jadi jahat, ada yang senang juga jadi baik. Kalau masalah iseng meretas, itu hanya stereotype aja sih, mereka menganggap kalau bisa meretas laman atau aplikasi itu keren. Jadi, saya juga enggak setuju kalau ada yang menyamakan keisengan saya belajar membangun program, disamakan dengan mereka yang meretas. 

Menurut kamu bagaimana perkembang­an dunia coding di Indonesia ke depan?
Bisa dibilang saat ini sangat pesat. Sudah banyak startup yang tumbuh di Indonesia dan banyak startup besar memberikan training, terlebih kepada anak muda yang ingin mendalami dunia ini. Perlu pembaruan dari kurikulum sekolah maupun kuliah untuk menghadapi perkembangan teknologi yang sangat pesat ini sehingga anak muda di Indonesia bisa bersaing hingga kancah internasional.

Apa rencanamu dalam pemrograman?
Rencana jangka pendek, lebih ke pengembangan skill agar tidak tertinggal dengan teknologi saat ini. Jangka panjangnya, saya lebih ingin melakukan pengembangan di dunia kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Saat ini saya bersama Kredibel menjadi freelance backend web developer. Tugas saya membuat sistem di beberapa halaman Kredibel. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik