Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
DI tempat pemberhentian bus itu tampak satu keluarga menanti setia. Penampilan mereka sesederhana tempat tunggu yang berupa bangunan terbuka dari kayu.
Namun, bukan penampilan itu saja yang lama-lama mengundang keanehan. Berapa pun lama waktu berlalu, mereka akan tetap setia di tempat itu. Nyatanya, ‘keluarga’ itu hanyalah boneka. Tidak hanya di halte bus, boneka-boneka serupa juga ada di depan toko kelontong, di sekolah, di bangku pinggir jalan, dan berbagai tempat lainnya di Desa Nagaro, Shikoku, Jepang.
Meski berwajah ceria, boneka-boneka berbagai usia itu sebenarnya jeritan kesepian dari Tsukimi Ayano. Perempuan yang merupakan warga asli desa itu membuat boneka sejak 16 tahun lalu karena rindu akan suasana desa yang dulunya ‘hidup’.
Kini, desa yang terletak di perbukitan di barat daya Tokyo itu memang hanya tinggal berpenghuni 27 orang. “Sekarang tidak ada anak-anak. Warga termuda di sini berusia 55 tahun,” ujar Ayano. Meski sudah membuat boneka hingga sepuluh kali lipat manusia di sana (270 boneka), Ayano mengaku akan terus membuat lebih banyak demi menyemarakkan tempat itu.
Desa yang dahulu dihuni sekitar 300 orang itu mulai ditinggalkan penduduk sejak orang-orang muda pindah ke kota karena berburu pekerjaan. Namun, di luar sebab itu pun, sesungguhnya Nagaro ialah cermin depopulasi yang mendera Jepang. Beratnya tekanan pekerjaan dan budaya individualisme yang makin kuat membuat orang muda tidak lagi tertarik berkeluarga atau memiliki anak.
Laporan terakhir pemerintah menunjukkan, jika 27,7% dari populasi Jepang yang berjumlah 127 juta orang, merupakan orang berusia 65 tahun ke atas. Populasi orang usia lanjut ini diperkirakan bakal meningkat menjadi 37,7% pada 2050.
Jika terus begitu, Jepang akan menjadi negara manula pertama di dunia. Ini tentu bukan gambaran yang bagus sebab negara butuh lebih banyak orang di usia produktif untuk bisa terus maju dan berkembang.
Bukan itu saja, gambaran kehidupan sehari-hari pastinya tidak kalah muram. Bayangkan betapa nestapa jika kita harus hidup di antara boneka karena sudah tidak ada lagi orang di sekitar. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved