Menggapai Dunia setelah Melepas Zona Nyaman

Suryani Wandari
18/4/2019 01:00
Menggapai Dunia setelah Melepas Zona Nyaman
Penulis sekaligus travel blogger Alexander Thian(MI/VICKY GUSTIAWAN)

UNGGAHAN foto travel ke berbagai tempat di dunia, kini memang bukanlah hal yang asing. Bukan hanya dari mereka yang serius di dunia travel blogger, unggahan seperti itu juga banyak mewarnai akun media sosial orang biasa.

Sekilas tidak ada yang terlalu istimewa dari unggahan di akun Instagram @Amrazing. Akun milik Alexander Thian itu penuh dengan foto-foto cantik di penjuru bumi, di antaranya foto langit dengan aurora di Norwegia, keindahan milky way di Sumba, hingga padang pasir di Oman.

Meski memukau, nyatanya bukan foto cantik yang terasa istimewa dari akun itu. Keunikan dan keistimewaan justru menonjol dengan penuturan ceplas-ceplos yang dituangkan dalam caption foto oleh pria yang akrab disapa Alex itu.

Di balik foto indah sebuah pesawat kecil yang baru lepas landas ke langit Wanaka, Selandia Baru, misalnya. Alex tidak ragu mengaku jika kurang tidur karena harus mengejar penerbangan. Di foto lainnya, ia menyebut es krim sebagai 'esgrim' yang mengingatkan akan logat kedaerahan kita. Ada pula foto ketika ia berbagi dengan detail soal trik menangkap pesona milky way.

Bisa jadi kelugasannya dalam bertutur itu pula yang membuat akunnya memiliki lebih dari 415 ribu pengikut. Dengan nama yang kian populer, tampak pula Alex cukup banyak mendapat endorsement untuk perjalanannya atau dalam bentuk produk. Tidak hanya berbagi lewat akun Instagram, pria berkacamata itu juga berbagi kisah perjalanan maupun catatan unik seputar keseharian melalui amrazing.com.

Meski begitu, siapa sangka jika perjalanan suksesnya cukup berliku. Pria berusia 37 tahun itu sempat bekerja di konter ponsel selepas SMA.

"Itu perjalanan berharga, dari naik-turunnya itu yang membentuk karakterku. Istilahnya seperti diingatkan jangan songong jadi orang, dulu pernah di bawah," kata Alex, membuka percakapannya dengan Media Indonesia, Rabu (20/2), di kediamannya, di Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Selama menjadi penjaga konter milik pamannya itu, Alex tidak mengubur kegemarannya menulis. Pria kelahiran Pontianak itu memang menyukai menulis semenjak remaja dan tidak ragu untuk memamerkan hasil tulisan kepada teman-temannya di bangku SMA.

Saat blog dan media sosial mulai marak, Alex ikut menyalurkan hobinya lewat platform itu. Dari situ pula kemampuannya makin menyebar hingga akhirnya mendapat tawaran ikut menulis skenario sinetron.

Ia beruntung kemudian mendapatkan ilmu dari penulis terkenal. "Belajar skenario itu diajari langsung oleh Hilman Hariwijaya," ujar Alex, merujuk kepada penulis cerita Lupus yang terbit di majalah Hai tersebut.

Zona nyaman berbahaya
Profesi kedua ini memberikan cukup kemapanan bagi Alex. Meski begitu, lambat laun profesi itu menjemukannya. Terlebih, dengan lingkungan kerja yang menurutnya sangat mengukung kreativitas. Alex terjebak dengan cerita-cerita yang cenderung picisan dan tidak bisa membuat alur lain karena tuntutan industri.

Kejenuhannya makin menjadi setelah mendapat kritik soal skenario yang dibuatnya. Ia merasa ditampar karena dikatakan tidak bisa membuat skenario setara dengan standar Hollywood.

Kekesalannya pun dituangkan di Twitter. Tidak hanya itu, Alex juga menulis soal kehidupan di balik industri sinetron, termasuk kelakuan artis yang doyan ngaret.

"aku ngomel-ngomel di Twitter tentang di balik kehidupan para penulis skenario, kelakuan artis yang ngaretnya minta ampun, dan sebagainya. Mungkin orang-orang pada kepo, terus jadi viral, waktu itu sehari bisa nambah 3.000 followers,” kata Alex.

Tidak hanya ingin berkeluh, Alex pun menyadari harus membuat perubahan karena pekerjaan tersebut membuatnya tidak berkembang.

"Aku berani berhenti dan jadi penulis senario yang memang jomplang pendapatannya. Ya, aku segila itu," lanjut Alex. "Nyaman itu berbahaya lo, ketika orang merasa punya semuanya dan tidak mau belajar, itu akan menghambat perkembangannya," tambahnya.

Alex kemudian belajar teknik fotografi dan memperdalam kemampuan menulis. Dari situ nyatanya terbentang jalan menjadi travel blogger.

Tidak hanya melalui media sosial, ia pun menerbitkan tulisannya ke dalam buku. Sudah ada beberapa buku yang ditulisnya, baik bersama penulis lain maupun solo. Dua buku solonya ialah The not-so-Amazing Life of @aMrazing dan buku novel Somewhere only We Know yang telah dibaca Presiden Joko Widodo.

Sebentar lagi, Alex akan meluncurkan buku barunya berjudul Let Me Tell a Story yang bercerita mengenai kisahya mengelilingi dunia. "Itu  sebuah hastag yang sering banget aku pakai untuk bercerita di media sosial karena media sosial bukan hanya menjadi ajang pamer, melainkan juga harus memberikan sesuatu untuk pembaca, berbagi info perjalanan, dan pengalaman ke masyarakat. Jadi, enggak selfie doang," tuturnya.

Isu sampah menjadi perhatian
Mengunjungi beberapa negara memang menjadi kebanggaan bagi beberapa orang, apalagi dengan paspor yang penuh dengan cap imigrasi puluhan negara. Namun, Alex mengaku, jumlah negara yang dikunjungi bukanlah ukuran suksesnya.

“Aku balik lagi ke negara yang sama karena lebih mengejar pengalamannya. Aku terus ingin mengeksplorasi pengalaman, nemu hal baru, seperti keindahan alam, budaya, hingga karakter masyarakat, karena setiap kali datang pasti berbeda pengalaman," tuturnya. Prinsip memperkaya pengalaman itu pula yang membuatnya mengaku tidak ingat jumlah negara yang sudah dikunjungi.

Meski begitu, Alex juga dengan cepat bisa menjawab negara destinasi favoritnya. "Aku paling banyak dan cinta Jepang," katanya.

Pengalaman mengunjungi ‘Negara Matahari Terbit’ itu yang membuat dirinya sangat tertarik dengan isu kebersihan. Alex mengaku kagum dengan budaya displin Jepang dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Alex sebenarnya tak mau membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lainnya. Ia sadar tiap negara memiliki karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda.

Di sisi lain, menurutnya, bangsa kita juga harus mau belajar dari kelebihan bangsa lain. Ia pun berharap, dengan masyarakat Indonesia yang kian banyak bepergian ke luar negeri, dapat ikut belajar budaya positif negara lain. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya