Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Five Feet Apart, Roman Remaja Penyandang CF

Hilda Julaika
25/3/2019 08:50
Five Feet Apart, Roman Remaja Penyandang CF
(Poster Five Feet Apart)

Stella Grant, seorang pengidap Cystic Fibrosis (CF), sebelumnya tak pernah benar-benar menyadari bahwa sentuhan memiliki makna mendalam bagi manusia. Rasa takut, khawatir, bahagia, antusias dapat tercurahkan melalui sentuhan yang bermakna. Tanpa itu, hidup manusia akan hampa karena perasaan tak bisa dibagikan dengan leluasa. Sampai suatu saat, muncul pasien CF yang akan melakukan perawatan di rumah sakit yang sama dengannya, Will Newman. Kisah mereka mengantarkan Stella memahami makna sentuhan.

Cystic Fibrosis merupakan penyakit genetik (bawaan) yang membuat tubuh memproduksi banyak lendir yang kental. Penyakit ini bisa merusak paru-paru dan sistem pencernaan dalam tubuh. Tak hanya itu, para penderita CF harus berinteraksi dengan menjaga jarak minimal 6 kaki (six feet). Hal ini merupakan aturan kesehatan yang bertujuan untuk menghindari penyebaran virus ke sesama pengidap CF.

Karakter Stella sendiri merupakan sosok pengidap CF yang sangat ceria dan optimis. Ia sangat disiplin dalam melakukan perawatan yang terjadwal dengan ketat dan dipaksa untuk menelan bermacam jenis obat. Stella merasa bertanggung jawab untuk terus hidup. Terlebih saat salah satu orang yang dicintainya, kakak perempuannya meninggal dunia sementara dirinya tak bisa berada di sampingnya karena harus menjalankan perawatan ketat. Ia merasa sangat terpuruk dan harus hidup untuk sang kakak.  

Tak hanya itu, Stella juga kerap membagikan video kesehariannya mengenai penyakit CF dan perawatan yang ia lakukan di rumah sakit lewat kanal Youtube. Dirinya memiliki misi untuk membagikan informasi mengenai penyakit yang sangat langka ditemui pada masyarakat. Pesan di dalam video tersebut membagikan kisah humanis perjuangan para pengidap CF dengan berbagai perawatan yang harus dilakukan.

Namun, meski penderitaan beserta segala kesedihan ada di dalam hatinya, Stella selalu menunjukkan keceriaan dan antusiasme di hadapan orang banyak. 

Situasi berbanding terbalik pada Will yang merupakan pasien CF plus dengan virus mematikan. Sosok pria remaja ini justru tidak tertarik untuk mengikuti perawatan dengan teratur. Baginya tidak ada penderita CF yang bisa selamat dengan perawatan di rumah sakit. Ia berpikir hanya akan menyia-nyiakan sisa waktu hidup hanya dengan bertekuk lutut pada obat. Will menginginkan kehidupan yang bebas dengan menghirup udara luar tanpa harus terus menerus terkungkung di dalam ruangan yang penuh dengan obat dan selang infus. 

Kedua karakter yang berbeda ini dalam memandang hidup membuat mereka terlibat banyak obrolan dengan ego masing-masing. Sampai suatu saat mereka semakin dekat dan Will menyetujui tawaran Stella untuk melakukan perawatan bersama. Sebagai gantinya  Stella memperbolehkan Will yang berbakat dalam melukis untuk melukisnya. Kedekatan mereka dalam film ini pun diwarnai oleh tokoh bernama Poe. Sahabat Stella sejak kecil inipun merupakan pengidap CF yang melakukan  perawatan bersama. Dirinya pun menyadari ada sebuah hubungan yang tercipta antara Stella dan Will. Mereka saling jatuh cinta dan tentunya fakta ini memicu bahaya bagi mereka. 

Hubungan mereka juga sempat tercium oleh perawat mereka, Barb. Barb bahkan dengan frontal mengatakan pada Will agar berwaspada bila tidak ingin mati dengan mudah karena bersentuhan dengan sesama CF.

Di lain sisi, bukannya ketakutan Stella justru memperpendek satu langkah jarak antara mereka sehingga menjadi lebih dekat. Bagi Stella satu langkah untuk lebih dekat dengan orang terkasih, ia memberanikan diri.

Beberapa kejadian tak terduga sempat membuat film ini mengagetkan penonton. Terutama saat kematian menyapa salah satu teman terdekat mereka. Keduanya mengalami kegetiran, kebingungan, hingga luka yang dilalui bersama.  

Film ini secara garis besar mengisahkan romansa yang terjalin antara dua penderita CF namun dibatasi hanya dengan lima langkah kaki. Perasaan bergejolak antara mereka yang hanya bisa tersampaikan lewat kata-kata dan tatapan memiliki daya tarik tersendiri bagi penonton. Meski sempat diwarnai dengan tarik ulur egoisme dan keyakinan diri mereka memutuskan untuk menikmati waktu bersama dengan terpisah sepanjang lima langkah.

Perjalanan selanjutnya, penonton akan dibawa pada situasi yang lebih dalam mengenai makna kasih sayang dan cinta terhadap orang yang penting dalam hidup. Hubungan yang Stella dan Will miliki ini, membuat mereka berdua terlibat banyak obrolan mendalam mengenai kehidupan. Bagi kita yang hidup dengan kesehatan fisik dan mental yang baik mungkin tak terlalu menggusarkan perihal ini. Namun, tidak dengan kedua insan manusia itu. 

Will berpandangan bahwa setelah kehidupan pada seorang manusia berakhir maka kematian adalah tanda segalanya lenyap, tak tersisa. Berbeda dengan Stella, dirinya justru berpandangan kematian sebagai awal kehidupan yang baru. Baginya tidak mungkin kehidupan manusia berakhir begitu saja. Melainkan akan ada kehidupan yang baru menyapa. 

Film yang disutradarai oleh Justin Baldoni ini berusaha menceritakan roman remaja yang sama-sama memiliki batas hidup karena penyakit yang mereka derita. Ide cerita ini pun sekilas mirip dengan kisah dalam film The Fault in Our Stars. Meski begitu, Five Feet Apart terhitung cukup berhasil memanfaatkan sudut-sudut rumah sakit dan menghasilkan sebuah cerita yang menarik bagi penonton yang belum mengenal penyakit CF ini. 

Secara jalan cerita, film ini tidak jauh berbeda dengan film romantis pada umumnya. Namun, tak dapat dipungkiri chemistry  antara tokoh Stella dan Will terbangun dengan baik.  Penonton pun akan diajak maju-mundur dalam memahami karakter pemain beserta latar belakang permasalahan personal mereka.

Yang menjadi keindahan dalam film ini adalah bagaimana story mengenai penyakit Cystic Fibrosis bisa dikisahkan dengan sisi humanis yang cukup tinggi. Bagaimana perjuangan seorang Stella untuk tetap hidup dengan segala beban yang dimilikinya, bahkan beban yang ia bangun sendiri dalam pikirannya. Sekaligus ikut  memberikan informasi mengenai adanya penyakit yang terhitung langka ini. 

Satu-satunya hal yang membingungkan dari film ini mengenai keputusan Stella untuk memperpendek jarak yang seharusnya 6 langkah kaki menjadi lima langkah kaki. Sebab dalam aturan manual CF para penderita harus berada di luar jarak enam kaki (1,8 m). Secara  logika harusnya terdapat kemungkinan lain dari aktivitas bersinggungan antara mereka meskipun dalam skala yang kecil. Artinya, bentuk toleransi sebanyak satu langkah tersebut tidak dijelaskan secara medis. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya