Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
Indonesia, dengan keragaman alamnya, memiliki potensi amat besar dalam hal wisata petualangan. Jika dimaksimalkan, hal itu akan membantu target pemerintah untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai motor utama pemasukan devisa negara.
Pariwisata petualangan yang sebagian besar mengandalkan alam sebagai daya tarik wisatanya merupakan salah satu bentuk pembangunan kepariwisataan berkelanjutan. Untuk mengembangkan jenis pariwisata tersebut, pemerintah melihat pentingnya pembuatan kode keselamatan (safety code) dan SOP pelaksanaan wisata petualangan.
"Safety code sangat penting untuk keberlangsungan industri wisata petualangan mengingat tingginya faktor risiko dalam kegiatan wisata petualangan. Harapan kami, safety code ini dapat menjadi panduan untuk para pelaku industri wisata petualangan dalam meminimalisir resiko sehingga dapat terwujud kegiatan wisata petualangan yang aman, selamat dan nyaman bagi wisatawan," urai Asisten Deputi Wisata Alam dan Buatan Kementerian Pariwisata, Alexander Reyaan, dalam kegiatan focus group discussion (FGD) di Jakarta, Selasa (12/3)
Dalam kesempatan FGD ini, Rahman Mukhlis, Wakil Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Petualangan, mengemukakan, rasio peningkatan jumlah wisatawan berbanding lurus dengan kecelakaan yang terjadi dalam wisata petualangan. Oleh sebab itu, ia berharap semua pihak bisa bersinergi untuk melakukan pembenahan. "Terkait keselamatan kita bisa perkuat melalui regulasi, program edukasi peningkatan sdm dan adanya safety code ini," ujarnya.
Adapun FGD tersebut menghasilkan tiga rancangan safety code yaitu pertama wisata petualangan pendakian gunung yang disebut “Good Plan, Good Action, Go To The Peak.” Maknanya, setiap pemandu dan wisatawan pendakian gunung harus merencanakan perjalanannya dengan baik dan matang serta melaksanakannya dengan disiplin dan tanggung jawab demi mencapai tujuan kegiatan wisata pendakian gunung yang aman, selamat dan nyaman.
Berikutnya, dihasilkan rancangan safety code wisata petualangan penelusuruan gua dengan istilah KARST yang terdiri dari 5 aspek yaitu aspek pelaku, alam dan konservasi, manajemen dan keselamatan , pelayanan serta hukum dan sosial.
Yang ketiga ialah rancangan safety code wisata pemanjatan tebing dan aktivitas tali temali dengan istilah akronim CLIMB yang berarti Competence, Location, Information, Management and Behaviourism.
Hasil rancangan ini, menurut Rahman, akan dimatangkan kembali dengan juklak serta juknis pelaksanaannya sehingga dapat menjadi panduan bagi para praktisi pariwisata petualangan. (RO/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved