Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
BERAWAL dari keinginannya berwirausaha dan gemar berbisnis daring, membuat Ayu Zulia Shafi ra nekat membuka kafe. Perempuan yang kini berusia 24 tahun, sudah memiliki 17 cabang bisnis kuliner yang dikenal dikalangan anak muda, dengan nama What's Up Cafe. Baginya, berbisnis tidak hanya meraup keuntungan, tetapi juga membantu orang lain dengan memberikan lapangan pekerjaan.
Sejak kapan mendirikan bisnis kuliner What's Up Cafe ini?
Awalnya saya mendirikan What's Up ini Mei 2018. Waktu itu sebetulnya saya sedang skripsi jurusan Teknik Informatika di Binus University.
Sebelumnya, saya ada bisnis IT juga, tetapi strugling banget. Karena saya memiliki mindset berbisnis, saya memutuskan untuk bisnis kuliner karena didorong seniornya yang bernama Ivan. Ivan sudah memiliki
bisnis kuliner dan membantu saya mendirikan What's Up Cafe dan sekaligus menjadi partner saya. Saya ingin bikin tempat anak muda, yang kalau dia masuk kafe bisa menciptakan ideide baru. Nama kafe yang terpikirkan saat
itu ilah Idea Cafe. Makanannya terinspirasi dari warung mi instan yang ada di dekat kampus. Saya melihat mi instan ini makanan sejuta umat dan semua anak-anak kampus makan ini.
Mi ini diolah dengan cara menaikkan kelas, seperti membuat mi instan carbonara, mi instan black pepper hingga mi instan oseng merecon. Kita menggunakan bumbu khas sendiri tanpa menggunakan bumbu yang ada
di kemasan.
Setelah dipikir lagi, nama Idea Cafe itu terlalu kaku, sedangkan kita pengen bikin tempat nongkrong buat anak muda. Akhirnya karena keseringan mendengarkan mahasiswa lakilaki di kampus sering bilang 'what's up bro'.
Jadi kenapa tidak namanya What's Up Cafe karena kece juga namanya. Konsepnya juga sedikit kita ubah, tetap ingin bisa jadi tempat yang memberikan ide bagi pengunjung, tetapi di dinding kafe kita berikan kutipan dan desain mural. Kami pertama buka di Depok dengan kapasitas awal 50 kursi.
Bagaimana dengan modal awal dan omzet saat ini?
Modal awal itu sekitar Rp400 juta, itu hasil patungan saya dengan Ivan. Selain itu, saya juga didukung dana ayah saya, tetapi secara profesional. Kami balik modal dalam waktu 4 bulan karena antusias lagi tinggi sekali. Setelah balik modal, uangnya kita lakukan untuk ekspansi.
Sekarang ini sudah ada 17 cabang, ada di Jabodetabek, Pontianak, Manado, dan Semarang. Kita akan on going buka di Bali, Belitung, dan Medan. Omzet dari satu cabang yang berkapasitas 150 kursi, bisa mencapai
Rp400juta. Untuk yang di luar kota dengan kapasitas kursi antara 250 dan 400 kursi, omzetnya bisa sampai Rp800 juta per bulannya.
Fasilitas apa yang diberikan untuk anak muda?
Kami sediakan wi-fi hingga ruang dengan AC. Kami juga ada fasilitas ruang meeting untuk anak-anak kampus, misalnya, kerja kelompok atau acara-acara komunitas. Kami mencoba menyediakan apa yang dibutuhkan.
Jadi, kalau mereka butuh sound system atau microphone, kami bisa pinjamkan secara gratis. Pada waktu weekend pun ada live music yang meramaikan kafe.
Apa tantangan mengelola bisnis kuliner untuk anak muda?
Selama ini kendala di pengelolaan sumber daya manusia (SDM) karena karyawan saya saat ini total 400 orang dan manajamen mereka tidaklah mudah. Mereka bukan robot kan, mereka punya hati dan perasaan.
Kalau pesaing sebetulnya bukan masalah besar. Apabila internal kita sudah kuat, pelayanan yang diberikan pun bisa maksimal. Kalau bagus, customer pun akan kembali. Sebenarnya saya menganggap proses saya saat
ini sebagai proses belajar. Saya percaya selalu akan ada jalan keluarnya kok, kalau tidak ada jalan keluar, itu berarti belum ditemukan saja.
Tantangan itu balik lagi ke diri sendiri.
Bagaimana bisa termotivasi untuk berbisnis?
Dahulu, sebelum kuliah suka ada gap sampai tiga bulan. Daripada sedih, dari situ saya berusaha mencari aktivitas dengan mencoba untuk jualan daring. Saya biasa mengambil barang dari Tanah Abang, lalu dimasukkan ke
toko daring untuk dipromosikan dan dijual. Dari jualan itu, ternyata saya mendapatkan customer dari seluruh Indonesia. Saat itu pas Lebaran, saya bisa memperoleh untung Rp30 juta-Rp40 juta. Saya juga kaget dengan
hasilnya. Saya merasa dengan menjual barang orang lain saja untungnya sudah seperti ini, apalagi punya produk sendiri. Akhirnya, saat kuliah di Bina Nusantara (Binus) Univeristy, saya mengikuti komunitas bisnis dan saya mencoba mempelajarinya. Lewat berbisnis, saya bisa membantu orang lain dengan membuka lapangan pekerjaan. Meskipun awalnya saya kurang didukung keluarga karena cenderung mengarahkan menjadi pekerja. Maka dari itu, butuh sekali wadah tepat yang bisa mendukung keinginan
kita untuk berbisnis. Kalau saya salah satunya dengan bergabung di komunitas bisnis dan memiliki mentor juga.
Apa yang harus diperhatikan sebagai founder bisnis kuliner?
Sebagai founder, kita harus memiliki visi ke depan yang besar. Saat awal merintis saya belum memiliki visi yang besar tentang bisnis saya. Namun, saat bisnis semakin berkembang, saya harus merencanakan visi yang
lebih baik dan besar. Harus punya grand design beberapa tahun yang akan datang What's Up ini mau dibawa ke mana. Tentunya, kita harus memiliki target, misalnya, kafe What's Up memiliki 50 cabang di seluruh Indonesia. Kita harus menyiapkan sistem dan cara untuk mencapai target-target tersebut.
Apa yang harus diperhatikan saat merintis bisnis kuliner?
Pertama, harus ada idenya lalu konsepnya sudah matang, kita melakukan tes terhadap pasar. Misalnya, waktu saya membuat mi instan carbonara, kita tes lewat mengundang teman-teman saya di Universitas Indonesia
(UI) dan Universitas Gunadarma (Gundar) untuk mencoba dan mengisi kuesioner. Dari situ, kita bisa lihat kelayakan menunya. Begitu
kita sudah yakin, kita merilisnya. Kita juga harus memikirkan target dari bisnis kita. Kalau targetnya milenial, kita menggunakan gimmick yang berkaitan dengan milenial. Misalnya, dulu boleh bayar menggunakan foto selfi e. Daripada menggunakan iklan, saya lebih suka menggunakan
free product kepada customer. Kalau mereka suka, pasti akan balik lagi.
AYU ZULIA SHAFIRA
Tempat, tanggal lahir
Jakarta, 17 Mei 1994
Pendidikan: S-1 Ilmu Komputer,
Bina Nusantara (Binus) University
Posisi: Founder What's Up Cafe
Kiat Bangun Bisnis Kuliner
1 Mindset. Coba mencari alasan kenapa kita harus berbisnis. Alasan
itu memengaruhi perjuangan kita dalam bisnis ini.
2 Mental. Mulai bergaul dengan pebisnis, bertukar informasi, dan pengalaman.
3 Passion. Temukan minat kita yang sebenarnya. Lewat passion,bisnis
menjadi proses belajar yang menyenangkan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved