Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Memenangkan Diksi

Farhatun Nurfitriani, Staf Bahasa Media Indonesia
07/10/2018 00:40
Memenangkan Diksi
(Dok. MI)

Diksi memegang peranan penting dalam komunikasi. Dengan diksi, pesan yang disampaikan akan mudah dipahami. Bagaimana bila diksi tidak digunakan secara cermat dan tepat? Tentulah kebingungan yang didapat. Sebagai contoh, kata yang dapat saya kemukakan ialah antara perhitungan dan penghitungan.

Beberapa media massa tertukar saat menggunakan kata penghitungan dan perhitungan. Misalnya, berita berjudul KPU: Angka 0 tidak Pengaruhi Hasil Perhitungan Suara Pilpres (Berita Satu, 26/9), Ini Isi Laporan Perhitungan Suara Ulang Pilbup TTS dari KPU dan Bawaslu Kabupaten TTS (Tribun News, 11/9), dan KPU Diminta Perbaiki Aturan soal Metode Perhitungan Suara Pileg 2019 (Kumparan, 15/8).

Sebagai ilustrasi, kata penghitungan dan perhitungan sama-sama diturunkan dari kata dasar hitung, dengan pembentuk nomina peng-/-an dan per-/-an. Dalam tuturan sehari-hari, keduanya terlihat sama dalam pembentukan, tetapi berbeda dalam penggunaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penghitungan bermakna 'proses, cara, atau perbuatan menghitung'. Sebaliknya, perhitungan merupakan 'perbuatan memperhitungkan, hasil memperhitungkan, keterangan dan perincian mengenai keluar masuk uang, atau pertimbangan mengenai sesuatu'. Jadi, dalam memberitakan jumlah suara, baik dalam pileg, pilkada, maupun pilpres hendaknya menggunakan diksi 'penghitungan suara'.

Kebingungan penggunaan diksi di atas serupa dengan menggunakan diksi memenangkan dan memenangi. Hal ini terlihat dalam judul berita Aktris Lee Bo-young Memenangkan Penghargaan Aktris Terbaik Drama Korea (Tribun News, 5/9), Arsenal Lupa Cara Memenangkan Pertandingan (Bolabol.com, 25/9), dan Filosofi Inilah yang Digunakan Prabowo Guna Memenangkan Pilpres (Pos Kota News, 28/9).

Kata memenangkan dan memenangi tampaknya digunakan sembarangan. Dalam KBBI, memenangkan menyebabkan (menjadikan) si objek menang, yakni menjadikan diri sebagai yang menang atau menganggap (memutuskan) satu pihak menang. Sementara itu, memenangi menyatakan si subjek yang menang dalam perkara atau mengalahkan pihak lain.

Selain kata-kata itu, ternyata ada lagi kata penaikan dan kenaikan yang juga serupa, tetapi sesungguhnya tidaklah sama, seperti judul berita Rupiah Melemah, Ini Kata Pertamina Soal Kenaikan Harga BBM (Kompas, 9/9). Kata yang tepat dalam laras itu ialah penaikan karena menyatakan 'proses, cara, atau perbuatan menaikkan, yang berarti pula ada campur tangan dari pemerintah perihal menaikkan harga BBM itu.

Lain halnya dengan kata kenaikan. Kata ini menyiratkan perihal naik, peningkatan, atau penambahan. Kata kenaikan berarti merujuk pada hukum pasar dan tidak ada campur tangan pemerintah atau pihak mana pun.

Dari uraian di atas, jelas sudah bahwa diksi yang tepat akan mengantarkan makna yang tepat pula kepada pembaca atau pendengar. Ini berarti pula jangan sampai penutur atau penulis salah memilih diksi saat berbahasa, baik lisan maupun tulisan.

Sudah sepatutnya kita memperhatikan penggunaan kata dengan cermat dan tepat, terutama di ruang publik. Jika masyarakat bahasa tidak memiliki kemampuan menyeleksi diksi, tentu masalah arti tidak mudah dipahami. Justru sebaliknya, miskomunikasi akan sering terjadi.

Bila ini terus terjadi, kita bisa terombang-ambing dalam urusan salah arti. Bukankah selama ini urusan diksi memegang peranan penting dalam komunikasi. Kata-kata yang terlalu abstrak tentu saja tidak diminati karena menjauh dari referensi. Sebaliknya, kata konkret menekan persepsi sehingga mudah dimengerti. Nah, unggulkan diksi yang tepat untuk mewakili arti.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya