Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Menyebar Ilmu lewat Floating School

MI/Sumaryanto Bronto
30/9/2018 01:20
Menyebar Ilmu lewat Floating School
(MI/Sumaryanto Bronto)

DI teras-teras rumah, di dermaga bahkan di perahu-perahu yang berlayar di kepulauan itu tidak jarang terdapat pemandangan anak-anak yang tekun belajar. Beberapa ada pula yang asyik menggambar ataupun belajar soal pelestarian terumbu karang ditemani beberapa pendamping.

Itulah kegiatan Floating School Makassar di Kabupaten Pangkep. Sekolah nonformal yang didirikan Nur Al Marwah Asrul, Rahmat Hidayat, dan Rahmania Rahman berada di tiga pulau, yakni Pulau Satando, Saugi, dan Sapuli.

Mulai digagas pada 2016 dan beroperasi sejak setahun kemudian, sekolah apung itu mengemban visi meningkatkan kualitas pemuda di kepulauan melalui workshop kreatif berdasarkan minat dan bakat.

"Kami menyadari, kemampuan pemuda-pemuda banyak yang belum tergali dengan maksimal. Banyak bakat, talenta, dan passion yang belum terasah dari mereka," ungkap Rahmat Hidayat yang akrab dipanggil Mato. Pria ini rela meninggalkan pekerjaan dengan gaji tinggi demi mengurusi floating school.

Mereka sengaja memilih sekolah apung karena Kabupaten Pangkep memiliki sekitar 120 pulau dan 82 pulau yang di antaranya berpenghuni. "Floating schooli mulai digagas tahun 2016 dan resmi beroperasi pada 7 Januari 2017.”

Meski ada kemiripan nama dengan program serupa di beberapa negara, Floating School Makassar tidak ada kaitan dengan program serupa di negara lain," ujar Nur Al Marwah Asrul yang akrab disapa Nunu. Pria yang berprofesi sebagai dosen ini mengetahui program yang sama di luar negeri setelah menjalani Floating School Makassar berjalan.

Floating school di Kabupaten Pangkep lebih menekankan pada kreativitas. Nunu dan kedua temannya melihat kurikulum yang ada kurang mengakomodasi muatan lokal yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari anak didik.

Sebagai contoh, anak-anak di kepulauan harus belajar tentang kereta api. Padahal, akan lebih berguna jika mereka belajar tentang pembuatan perahu atau cara pelestarian terumbu karang.

Floating school menyediakan 7 kelas kreatif sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan para pemuda di daerah target, yakni kelas menulis, menggambar, fotografi, musik, menari, prakarya, dan kelas komputer. Di akhir program yang berlangsung 6 bulan itu para peserta menampilkan kemampuan dan karya mereka di pulau dan Kota Pangkajene. Hingga kini ada 70 peserta, sedangkan anak-anak di bawah usia 13 tahun tidak ikut kegiatan floating school dan diberi kegiatan membaca serta bercerita.

Kini program di tiga pulau itu sudah usai dan terlihat perubahan positif pada anak-anak di sana. Di antaranya mereka lebih berani mengemukakan pendapat, memiliki beragam keterampilan, dan termotivasi melanjutkan pendidikan lebih tinggi.

Tidak semata anak-anak, perubahan terjadi pada orangtua. Mereka memiliki kesadaran menyekolahkan anak ke jenjang tinggi. (M-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya