Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Kenalin Kite nih Abang dan None Kecil

Suryani Wandari
14/7/2018 23:40
Kenalin Kite nih Abang dan None Kecil
(MI/Seno)

MEMAKAI kebaya encim khas Betawi yang dipengaruhi kebudayaan Tiongkok, Portugis, Arab, dan Jawa berwarna biru, dengan kerudung merah dipakai di kepala, Sakira Zahra keluar dari salah satu ruangan rumahnya sambil menyapa Medi, Kamis (28/6), di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Berselendang hitam dengan tulisan Bassura None Cilik 2018, Sakira--begitu panggilan akrabnya--memang tampil seperti saat pemilihan Abang None Cilik Mal Bassura, Jakarta Timur, 27 dan 29 Mei 2018, nih. Abang dan None adalah panggilan untuk pemuda dan pemudi Betawi yang kemudian digunakan sebagai simbol untuk duta muda Jakarta dalam pariwisata dan kebudayaan. Abang ditujukan untuk laki-laki, sedangkan none ditujukan untuk perempuan.

Namun, bagaimana ya perjuangan Sakira dan juga Bagas Artha Pratama yang juga menang sebagai Abang? Yuk, kenalan dengan mereka!


Tambah wawasan

Pasti sobat Medi sudah tahu sedikit banyak tentang Abang None Jakarta, kan! Iya, ajang ini bermula untuk mencari sosok yang bisa menjadi identitas dari Jakarta. Acara ini pun sudah diadakan sejak 1971 dengan pemenang pertama kali Kak Hamid Alwi dan Kak Tjike Soegiarto.

Acara itu pun kini terus berlangsung setiap tahun, lo. Menjadi sosok mencerminkan betawi, para peserta pun dituntut mempunyai wawasan luas mengenai budaya betawi, baik makanan khas, kesenian, maupun pariwisata karena tugasnya berkewajiban untuk berkontribusi aktif di masyarakat dalam tugas melestarikan dan mempromosikan potensi pariwisata.

“Saya lahir dan tumbuh di Jakarta. Senang saja bisa menjadi bagian dari Betawi. Dengan beberapa tes kami pun berusaha mencari lebih jauh tentang Jakarta, jadi nambah wawasan,” kata Sakira.


Orangtua perantau

Berbeda dengan Sakira, Bagas yang terpilih menjadi abang ini punya cerita sendiri. Kedua orangtuanya bukan berasal dari Betawi. Ayahnya dari Magetan, Jawa Timur, sedangkan ibunya dari Wonogiri, Jawa Tengah, lo. “Tapi, aku dari kecil tinggal di Jakarta. Dengan ikut ini kan kita bisa mengenal dan memperdalam wawasan tentang budaya yang lain, bukan hanya Jawa,” kata Bagas yang diwawancarai, Selasa (3/7).

Ya, benar sobat, kita tinggal di Indonesia yang mempunyai banyak budaya. Dengan mengenal budaya lain, kita juga bisa lebih menghargai dan peduli sehingga terjadi saling toleransi, bukan? Panitia penyelenggara pun membolehkan peserta dari luar Jakarta lo sobat asal putra dan putri Indonesia.


Tes dan unjuk bakat

Untuk terpilih menjadi abang dan none yang masingmasing hanya satu pemenang, para peserta ini harus bersaing dalam hal wawasan terhadap kota Jakarta. Audisi ini pun tak dapat terlupakan oleh Sakira karena audisi yang berlangsung saat Ramadan ini ia harus menghafal naskah yang diberikan ibundanya selepas sahur dan tak kembali tidur, lo. Ia harus bersaing dengan peserta kurang lebih 60 anak yang lolos babak audisi.

Ibunda Sakira sengaja mengumpulkan bahanbahan yang diperlukan Sakira untuk tes tulis mengenai wawasannya tentang Jakarta dan bahan public speaking mengenai Kota Jakarta. “Aku sempat enggak tidur habis sahur karena harus hafalin. Untuk public speaking aku ngambil tentang pariwisata di Jakarta yang tak kalah dengan kota bahkan negara lainnya. Ada Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, dan Monumen Nasional yang jadi ikon Kota Jakarta,” kata Sakira. Setelah tersaring menjadi 25 finalis, calon abang none pun kembali diadu lo, yakni dengan menunjukkan minat dan bakatnya. Sakira dan Bagas memilih bernyanyi karena keduanya memang sering mengikuti kompetisi bernyanyi. “Aku sering mengikuti kompetisi bernyanyi untuk nambah pengalaman karena memang aku ikut les vokal, biola,” kata Bagas.

Selain bernyanyi, Sakira punya kegiatan sosial lo sobat. ia aktif menjalankan tugas sebagai duta kecil bersih narkoba Badan Narkotika Nasional (BNN). Kegiatannya, berkampanye mengenai bahaya narkoba kepada anak-anak maupun orang dewasa. Biasanya dilakukan saat car free day dan acara lainnya yang memudahkan banyak orang untuk mendengarkan kampanyenya.

“Bahaya narkoba salah satunya dari merokok karena di dalam rokok terdapat nikotin yang efeknya sama seperti narkoba. Rokok menjadi pintu masuk orang mengkonsumsi narkoba,” kata Sakira.


Harapan untuk Jakarta

Menjadi Abang None Jakarta tentunya harus mengemban tugas pula selama satu tahun jabatan untuk mendampingi para pejabat dalam menghadiri kegiatan pemerintahan yang bersifat seremonial. Tidak hanya itu, dengan segala kemampuan dan bakat yang dimiliki, ia harus melestarikan dan mempromosikan potensi pariwisata dan budaya DKI Jakarta.

Itulah juga yang ingin dilakukan Sakira dan Bagas nantinya. Kondisi Jakarta tergolong cukup maju dengan teknologinya, tapi di mata Bagas warga Jakarta pun memiliki perilaku kurang baik seperti tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah ke Sungai, atau banyak pelanggar lalu lintas. “Aku ingin mengubah perilaku mereka, agar Jakarta makin bersih dan maju seperti kota-kota lain di luar negeri,” kata Bagas.

Senada dengan Bagas, Sakira pun punya harapan besar untuk Jakarta. “Aku berharap Jakarta maju dan saling bertoleransi karena warga Jakarta juga berasal dari banyak daerah,” ucap Sakira. Semoga harapan mereka terkabul, ya, sobat. Kalau kamu berharap dan melakukan apa untuk Kota Jakarta, sobat? (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik