Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Jika ini Ramadan Terakhirmu

Fathurrozak
03/6/2018 12:20
Jika ini Ramadan Terakhirmu
Ustaz memberikan kajian bertema Jika ini Ramadan terakhirmu(MI/FATHURROZAK)

Dua lelaki bersama satu perempuan dengan padu melantunkan tembang pujian untuk Nabi Muhammad. Diiringi instrumen rebana, suasana sore itu menjadi lebih sejuk.

Di tepi danau Universitas Esa Unggul Jakarta Barat, beberapa mahasiswa dan mahasiswi berkumpul menunggu untuk berbuka puasa. Namun, sebelum berbuka, mereka mengisi kegiatan dengan kajian Islam yang diagendakan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IKMI Esa Unggul. Sore itu, (25/05) Ustaz Arfahruddin membahas tema Jika ini Ramadan terakhirmu.

"Apa yang akan kita lakukan, jika kita mengetahui ini adalah Ramadan terakhir kita? Menangis? Ibadah? Atau minta maaf kepada orangtua kita?" buka sang ustaz pada rangkaian kajian Islam di pekan kedua Ramadan ini.

Ia juga mengingatkan keberkahan hidup ialah dari orangtua sehingga ia berharap para mahasiswa yang hadir saat itu tidak membuat marah besar orangtua mereka. Tak hanya itu, ia juga menyinggung perihal meminta maaf kepada sesama dan meningkatkan ibadah di bulan suci ini.

Menurut Ketua LDK IKMI Esa Unggul Ahmad Natonis, kajian Islam merupakan salah satu dari 20 rangkaian kegiatan yang mereka lakukan selama puasa. Terbagi menjadi kegiatan rutin harian dan mingguan. Seperti berbagi kudapan berbuka dan salat berjemaah, termasuk Tarawih dan Subuh. Kajian masuk agenda mingguan dan dilaksanakan tiga kali.

"Dengan adanya kajian ini, kami bertujuan membangkitkan semangat bulan suci, dan mengadakan pendidikan khususnya kepada LDK, mahasiswa, dan masyarakat sekitar kampus. Kita juga ingin menjadikan kajian ini sebagai momentum untuk saling mengingatkan memperbaiki diri," ujar Ahmad Natonis.

Mahasiswa jurusan ilmu hukum ini juga terbuka bagi teman-teman di luar organisasinya untuk saling berkolaborasi. Baginya, bekerja sama ialah salah satu kunci menjalin persaudaraan, termasuk ketika saat kegiatan kajian, mereka juga menggandeng Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Band, untuk menjadi pengisi acara.

Toleransi dan Islam ramah

Tidak melulu belajar keagamaan, yang utama dalam mengikuti lembaga dakwah di antaranya memaknai hubungan antarsesama dan belajar kehidupan bersosial. Seperti Una Soraya, yang sudah tiga tahun menjalani Ramadan bersama LDK. Ia yang merupakan mahasiswi perantauan ini menemukan cara menyikapi kehidupan sehari-hari bergaul bersama teman-teman.

"Secara garis besar mungkin dapat pelajaran dari segi agama, tetapi saya juga dapat pelajaran hidup. Seperti bagaimana cara berbagi dan bersikap dengan orang lain. Di sini juga ada taman pendidikan Alquran (TPA), nah LDK memberi kesempatan buat dapat pengalaman ngajar. Jadi, pengalaman secara spiritual dan sosial bisa kita dapatkan."

Mahasiswi jurusan gizi ini juga bersyukur bisa merasakan momen Ramadan dengan mengikuti rangkaian kegiatan bersama LDK. Bukan cuma ikut kajian, melainkan menyiapkan kudapan berbuka untuk teman-teman lain dan tadarus ialah momen spesial yang tak dilewatkan selama puasa.

Refleksi diri

Sementara itu, bagi Rosita Dewi, mengikuti kegiatan kajian LDK ia maknai sebagai ajang berdiskusi. Bukan sekadar diskusi saat kajian, melainkan di luar kajian, dengan menerapkannya dalam kehidupan keseharian, dan mendiskusikan tema yang menjadi bahasan.

"Seperti tema Jika ini Ramadan terakhirmu, kita jadi muhasabah diri, apa yang akan kita lakukan. Kalau ada yang berdakwah dengan tidak baik, tentu itu akan menjadi bahan diskusi saya dan teman-teman, maksudnya apa? Kan kita tidak bisa artikan ayat secara gamblang, harus memperhatikan penafsiran dari para ulama, hadis, dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan kontemporer."

Keduanya sama-sama sepakat. Bergabung dengan LDK menjadi bekal untuk saling berbagi dengan sesama, mengajari toleransi, dan Islam ramah. "Di kampus, kan kita juga hidup berdampingan dengan UKM keagamaan yang lain. Kita terbuka dengan mereka, dan kita juga saling berkomunikasi, tidak menutup diri. Seperti saat mereka membutuhkan peralatan mikrofon, atau yang lain, tentu dengan senang hati kita mau meminjamkan ke UKM seperti Buddhis, atau OMG Kristen," terang Una. Menurutnya juga, Islam mengajarkan kebaikan dan sikap ramah untuk sesama sehingga tidak ada alasan menutup diri.

Opini Muda

Ahmad Natonis, Ketua LDK IKMI Universitas Esa Unggul

Islam mengajari kita semua, termasuk kegiatan sosial, politik, dan ekonomi. Dari kegiatan kajian, kita ingin memaknai sebagai proses berjemaah, ukhuwah, dan persaudaraan antarsesama. Tentu kita ingin memaknai bulan suci ini salah satunya dengan memberikan sarana pendidikan, selain sebagai cara untuk menyemarakkan Ramadan.

Una Soraya, Mahasiswi jurusan Gizi 2015 Universitas Esa Unggul

Dengan kajian itu bakal tahu, kita belajar dari guru yang memang sudah tahu tentang Islam yang sesungguhnya. Ustaz yang kita panggil dari yayasan yang dari dulu sudah kita percaya, materi yang diajarkan tidak kita terima secara mentah, dari materi kita bisa tahu, mana yang harusnya dipelajari dan saring. Dengan demikian, ini menjadi cara agar kita tidak memilih ustaz yang memiliki tema bahasan sensitif dan intoleran.

Rosita Dewi, Mahasiswi Perencanaan Tata Kota dan Wilayah 2015 Universitas Esa Unggul

Melalui LDK saya juga belajar cara berkomunikasi. Sebelumnya saya takut dengan orang-orang yang belum saya kenal. Namun, sekarang alhamdulillah saya belajar bagaimana lebih terbuka dengan teman-teman yang belum saya kenal, dan belajar ramah, karena Islam memang rahmatan lil alamin.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya