Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
USANG, berdebu, dan membosankan. Mungkin kata-kata tersebut yang tersirat di sebagian pikiran masyarakat jika ditanya soal museum. Kondisi museum di Indonesia sendiri memang dapat dikatakan kurang menarik untuk dikunjungi, bahkan ada yang kondisinya kurang terawat. Namun, kesan tersebut tidak Anda temukan jika mengunjungi Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) yang terletak di kawasan Jakarta Barat.
Museum anyar yang baru dibuka pada akhir 2017 lalu tersebut memberikan penyuguhan karya seni yang berbeda dan langsung menjadi lokasi populer masyarakat untuk berswafoto dan memajangnya di media sosial. Museum itu memang berbeda dengan museum lainnya di Indonesia pada umumnya, baik dari konsep, koleksi, maupun kegiatan yang ada di dalamnya. Bagaimana museum tersebut bisa langsung menjadi pusat perhatian masyarakat? Berikut petikan wawancara Media Indonesia dengan Fenessa Adikoesoemo, Chairwoman of Yayasan Musem MACAN, beberapa waktu lalu.
Meski baru diresmikan pada akhir tahun lalu, museum ini langsung ramai menjadi perbincangan publik, baik di media asing maupun di dalam negeri sendiri. Apa alasan didirikannya museum ini, serta konsep apa yang mau dibawa dan diperkenalkan pada publik?
Museum ini sebetulnya didirikan karena ayah saya adalah seorang kolektor. Beliau sudah mulai mengoleksi sejak 1990-an. Jadi, dari 1990-an sampai sekarang beliau sudah mengoleksi sekitar 800 karya seni yang dikoleksinya. Lalu di awal 2000-an beliau merasa membutuhkan sebuah metode untuk dapat berkontribusi ke masyarakat Indonesia dan karena kita sebagai keluarga maupun perusahaan juga sudah fokus pada dunia pendidikan, muncul ide untuk mengolaborasikan antara koleksi karya seni dan misi pendidikan melalui sebuah yayasan, dan akhirnya membuat museum ini.
Jadi, konsep inisiatifnya adalah impian ayah saya untuk membuat (museum) ini dan misi kita sekarang adalah fokus pada pendidikan seni dan apresiasi seni di Indonesia.
Apa yang membedakan museum ini dengan museum lainnya di Indonesia? Ada berapa banyak koleksi karya seni yang dipamerkan?
Di Indonesia belum ada museum yang tidak hanya fokus pada karya seniman nasional dan internasional, baik dari Asia, Eropa, maupun Amerika. Total koleksi karya seni yang kita miliki ada sekitar 800 karya, tapi kalau untuk yang dipamerkan sendiri, sekarang sekitar 90 karya yang berbeda dari 70 seniman, baik dari Indonesia, Asia Tenggara, Jepang, Korea, Amerika, maupun Eropa.
Semua koleksi yang ada di sini saat ini itu dari kita sendiri (koleksi pribadi), tetapi ke depannya program kita tidak hanya akan memamerkan koleksi pribadi, tetapi misalnya pada ekshibisi selanjutnya di Mei akan ada tema pameran baru, yaitu Travelling exhibition. Jadi, karya yang akan dipamerkan nantinya juga pinjaman dari museum lain maupun kolektor lain.
Sesuai dengan namanya, Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN). Apa alasannya hanya fokus pada koleksi-koleksi modern dan komtemporer yang dipamerkan di tempat ini?
Sebetulnya seni modern itu dimulai dari 1870 ke atas dan kontemporer itu 1970 ke atas, kenapa kita fokus pada era ini? Karena pertama sebagai negara Indonesia termasuk negara yang masih muda dan sejarah seni di Indonesia sendiri mulai dari periode tahun tersebut. Makanya kenapa kita memilih karya-karya seni yang ditampilkan itu modern dan kontemporer karena hal tersebut. Selain itu, banyak juga sejarah Indonesia yang direfleksikan pada kesenian modern 1940, 1960, 1970, maupun sejak dari era perjuangan sampai kemerdekaan dan kami merasa masyarakat (ingin) juga memahaminya. Kesenian kontemporer adalah kesenian yang relevan dengan apa yang terjadi pada hari ini, entah itu dalam bentuk pesan-pesan politik, bentuk baru dari media, maupun teknologi.
Dalam waktu singkat museum ini menjadi populer di masyarakat karena dianggap sebagai tempat yang Instagramable. Bagaimana Anda melihat fenomena masyarakat tersebut?
Menurut saya tidak masalah, di zaman media sosial sekarang siapa sih orang yang tidak punya Instagram, Facebook, atau Twitter? Jadi, kita memang tidak bisa menolak bahwa media sosial itu adalah bagian dari (kehidupan) masyarakat. Ini (media sosial) secara tidak langsung mempromosikan museum ini dan hal itu yang membuat masyarakat datang lagi.
Bagaimana Museum MACAN melihat perkembangan seni modern dan kontemporer itu sendiri di Indonesia saat ini?
Sebetulnya sekarang seni di Indonesia itu sedang tumbuh dengan pesat. Jadi, semakin terlihat seniman-seniman muda yang sudah mendapatkan penghargaan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Internet, televisi, maupun media sosial saat ini lebih mudah membuat mereka (para seniman muda) untuk terekspos oleh publik di dalam negeri maupun luar negeri. Mereka juga bisa lebih banyak belajar mengenai tren global kekinian yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada pandangan dan persepsi mereka soal seni. Jadi, kesenian benar-benar sedang berkembang di Indonesia. Hal itu juga tampak dari acara-acara seni yang akan digelar. Banyak anak muda yang juga tertarik untuk mempelajari seni dan (fenomena tersebut) tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Thailand dan Filipina. Kita sama-sama bisa saling membantu untuk menunjukkan eksistensi kita secara global.
Bagaimana dengan Anda sendiri sebagai generasi muda dalam melihat kondisi perkembangan seni modern dan kontemporer di Indonesia secara personal?
Sebenarnya trennya di generasi saya sebetulnya sudah lebih banyak orang yang tertarik (ke seni), banyak anak seumuran saya yang sudah bisa sekolah ke luar negeri, travelling ke luar negeri, dan mereka membawa ide-ide dari luar itu ke sini dan akhirnya juga akan membantu perkembangan kesenian di dalam negeri. Kita juga punya Badan Ekonomi Kreatif yang mendukung perkembangan kesenian di dalam negeri. Jadi, menurut pendapat saya, memang sedang sangat berkembang.
Generasi muda juga mengembangkan sebuah kebutuhan baru yang mungkin berbeda dengan generasi ayah saya yang dulu sangat selektif dalam memilih apa yang mau dikoleksinya, dan karena negara kita juga sedang bertumbuh dan punya fokus yang lebih pada industri yang berbasis kebudayaan, sangat (berpengaruh) dalam mengubah persepsi para generasi muda di sekitar kita.
Menurut Anda, apa manfaat seni itu sendiri bagi dunia di tengah kondisi dunia yang begitu dinamis? Bagaimana agar kesenian tersebut dapat tetap eksis?
Ini pertanyaan yang sulit karena seni akan terus berubah dan tumbuh, tapi satu hal yang bagus dari kesenian adalah kesenian akan dapat tetap relevan dengan masyarakat karena dunia begitu sangat dinamis. Jadi, apa yang orang inginkan besok maka kesenian akan mengikutinya.
Ke depannya Museum MACAN akan dikembangkan seperti apa? Ada program-program apalagi yang akan dibuat untuk menarik masyarakat lebih mengenal kesenian? Apa yang diharapkan dari masyarakat terhadap kesenian?
Jadi, program kita ke depannya adalah merotasi ekshibisi. Setiap 3-4 bulan ekshibisi pasti ganti dan itu kami lakukan rutin agar masyarakat tetap tertarik dan tetap datang kembali. Jadi, ini cara kita membangun program kita untuk membuat museum ini semakin menarik di mata masyarakat.
Lewat museum ini kita ingin membantu para profesional untuk membangun pengetahuan dan skill mereka di bidang ini dan tidak hanya secara lokal di Indonesia, tapi juga dapat mengirim mereka ke museum di luar negeri dan apa yang mereka pelajari di luar negeri tersebut dapat dibawa pulang ke Indonesia. Harapannya kedua adalah untuk kita dapat mempromosikan seni dari dunia internasional maupun lokal. Jadi, artis lokal Indonesia juga bisa belajar dari artis luar negeri dan itu juga cara kita untuk membawa seniman dari luar negeri ke Indonesia untuk dapat saling memahami kesenian secara global. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved