Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Yuk Cegah Kebakaran!

Iis Zatnika
26/11/2017 10:53
Yuk Cegah Kebakaran!
(MI/Iis Zatnika)

API, api, kebakaran, kebakaran! Kalimat itu mungkin pernah kamu dengar ketika menonton berita televisi atau film. Atau, mungkin, sebagian dari kamu pernah melihat atau mengalaminya langsung!

Sobat Medi tentu pernah mendengar, api kecil menjadi sahabat, tetapi ketika besar dan tidak terkendali, api dapat mendatangkan musibah.

Nah, buat mencari tahu lebih dalam tentang api, kiat menyelamatkan diri serta berbagai peralatan yang dibutuhkan, Medi mengunjungi kantor Gunnebo, perusahaan penyedia aneka alat pemadam kebakaran, baik untuk rumah tangga, perkebunan, gedung hingga industri, di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, Senin (13/11).

Di sana, Medi menjumpai aneka peralatan pemadam kebakaran, mulai yang berukuran 5 kilogram berisi busa hingga pipa penyalur air yang panjangnya bisa mencapai 1 kilometer. Ada pula baju pemadam yang tahan api hingga 1.000 derajat celsius.

Pak Handoko, Technical Support Manager Gunnebo, yang menjumpai Medi, menuturkan mengetahui aneka peralatan untuk memadamkan kebakaran memang penting, tetapi jauh lebih penting untuk mengetahui kiat-kiat mencegahnya. Simak, ya, Sobat Medi!

Mencegah paling utama
- Hindari bermain-main dengan api, baik itu di kompor, menggunakan korek api atau kembang api, jika kamu tidak didampingi orang dewasa.

- Pastikan di rumah atau sekolah, dua tempat yang paling sering kamu tempati, tersedia peralatan pemadam kebakaran.

"Lebih baik memiliki peralatan pemadam kebakaran, biasanya berisi busa, karena lebih efektif untuk memadamkan, pastikan letaknya terjangkau dan minta orangtuamu mengajari cara menggunakannya. Oh ya, pastikan juga isi di dalamnya tidak kedaluwarsa, ya, dan jangan sampai dimainkan, ya, sehingga dalam kondisi darurat, dipastikan bisa digunakan," ujar Pak Handoko.

- Saat berkunjung ke mal, rumah sakit, atau tempat yang baru pertama kamu kunjungi, pastikan kamu mengetahui lokasi pintu darurat serta jalur untuk mencapainya. Ingatkan orangtuamu, ya!

"Kondisi darurat bisa datang kapan pun, hanya perlu waktu beberapa menit saja untuk mengetahui lokasi dan jalur menuju pintu darurat, tapi dari situ kita menyelamatkan diri dan orang di sekitar kita," ujar Pak Handoko. Lazimnya, kata Pak Handoko, jalur menuju pintu darurat ditandai dengan simbol orang berlari berwarna hijau, dalam kondisi gelap pun, tanda itu bisa menyala.

Pada gedung bertingkat, jalur darurat biasanya berupa tangga. "Jangan gunakan lift saat terjadi kebakaran, ya, carilah tangga darurat yang biasanya juga dilengkapi pintu besi yang kukuh sehingga mampu menahan masuknya api jika kebakaran telah menyala," ujar Handoko.

-Pemilik atau pengelola bangunan, kata Pak Handoko, termasuk sekolah, wajib melakukan fire drill atau latihan simulasi kebakaran enam bulan sekali. "Latihan ini penting dan jangan dianggap sepele, ikuti dengan baik, ya," kata Pak Handoko yang bersama timnya beberapa kali melakukan fire drill di beberapa bangunan, termasuk sekolah.

- Jika kamu sering melihat tulisan titik berkumpul, biasanya di halaman gedung, penentuan lokasi tersebut juga dibutuhkan sekolah atau rumah. Lazimnya, berjarak 6 meter dari bangunan. "Titik berkumpul ini harus diketahui seluruh penghuni untuk rumah mungkin tidak perlu ada tulisan tertentu, tapi cukup kesepakatan."Dengan adanya lokasi itu, kata Pak Handoko, bisa diketahui penghuni rumah mana yang masih tertinggal sehingga perlu diselamatkan.

Jika kondisi darurat terjadi?
Inilah kiat yang dibagikan Pak Handoko jika telah terjadi situasi darurat:
- Jika ukuran api masih bisa dipadamkan dengan busa pemadam kebakaran, maka semprotan akan lansung melenyapkan api. Jika tabung pemadam tidak tersedia, maka kain yang dibasahi juga bisa digunakan.

- Namun, jika kebakaran telah terjadi sehingga kita harus menyelamatkan diri, gunakan selimut penyelamat atau safety blanket tahan api. "Seharusnya setiap rumah, sekolah atau kantor memiliki safety blanket. Jika tidak ada, kain tebal yang dibasahi dapat mengurangi risiko dari api," kata Pak Handoko.

- Saat menyelamatkan diri, usahakan menempatkan tubuh serendah mungkin, misalnya dengan merunduk untuk menghindari asap karbinmonoksida atau CO. "Sebanyak 80% korban jatuh akibat kasus kebakaran, karena menghirup asap, sehingga mengalami kerusakan jaringan tubuh. Selain itu, asap juga menyebabkan rasa pusing sehingga salah mengambil keputusan, salah mengambil rute penyelamatan."

- Saat berada di ruangan terkunci, misalnya di rumah, semua penghuni, termasuk Sobat Medi harus mengetahui lokasi anak kunci diletakkan, sehingga bisa segera membuka pintu dan menyelamatkan diri ketika kebakaran terjadi.

Yang keliru soal kebakaran
Dalam berita televisi, sering dikabarkan bahwa listrik menjadi penyebab kebakaran. Penyebab terbanyaknya, kata Pak Handoko, satu colokan listrik digunakan untuk menyalakan lebih dari satu alat elektronik, misalnya menggunakan pemanjang kabel yang menyediakan lebih dari satu colokan. "Harusnya satu colokan hanya untuk satu alat, sehingga arus listriknya seimbang."

Anggapan yang keliru lainnya, kata Pak Handoko, tabung gas menjadi penyebab kebakaran. Padahal yang terjadi, kompor dibiarkan menyala tanpa pengawasan sehingga minyak atau alat bakarnya terbakar, lalu api yang muncul menyebar melalui selangnya, hingga akhirnya memicu ledakan. Jadi, saat belajar memasak, jangan tinggalkan wajan atau panci tanpa pengawasan ya, dan jangan lupa, minta orangtua atau orang dewasa mendampingi. (*/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya