Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
Buat menjemput panorama mandeh, gugusan pulau yang tersohor karena gugusan pulaunya, kami menempuh perjalanan laut dari Dermaga Bungus, tak begitu jauh dari Padang Kota. Kami melakukan perjalanan selama 2 jam menuju Mandeh. Ada pula pilihan jalur darat, dengan jarak tempuh tak berbeda jauh.
Semakin jauh dari dataran, kami sudah akrab dengan angin laut. Hanya puluhan kilometer saja jauh dari pinggir pelabuhan, bertemu dengan daratan yang kami pikir sebuah pulau, karena agak menjorok ke tengah laut. Namun, itu ternyata masih termasuk kawasan Padang, lokasi Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang alias Taman Siti Nurbaya.
Destinasi ini bukit kecil setinggi 400 meter dari permukaan air laut dan dipercaya sebagai lokasi makam Siti Nurbaya, ikon Minang. Kisah hidup perempuan ini diceritakan dalam novel karya Marah Rusli pada 1922, pun diangkat di layar kaca, diyakini nyata oleh sebagian masyarakat Minang.
Bahkan selain cerita rakyatnya yang melegenda dengan kisah cinta yang kandas karena perjodohan, Siti Nurbaya juga diabadikan sebagai nama salah satu jembatan di Kota Padang, tepatnya di daerah kota tuanya Padang. Jembatan ini menghubungkan daerah Muaro dengan Kampung seberang padang. Jembatan ini dihiasi lampu-lampu membentuk gadang sehingga terlihat cantik pada malam hari.
Melanjutkan perjalanan menggunakan kapal, memasuki Mandeh, saya menemukan dua buah pulau, Pisang Ketek (kecil) dan pulau Pisang Gadang (besar). Tak hentinya, rombongan Regional Investment Forum (RIF) 2017, domestik maupun luar negeri, memotret.
Dua destinasi terbaik
Saya bersama para jurnalis lainnya, mengikuti ekspedisi mereka, awal pekan ini, termasuk ketika mereka berjumpa Thomas Trikasih Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Ada delapan destinasi pariwisata yang ditawarkan dalam RIF 2017, enam di antaranya merupakan prioritas yang menyertakan Gunung Padang dan Kawasan Wisata Bahari Pantai Mandeh.
BKPM bersama Kementerian Pariwisata Indonesia menawarkan proyek pariwisata di destinasi prioritas senilai US$2,9 miliar atau setara dengan Rp39 triliun dalam RIF.
Air laut yang tenang membuat kami nyaman walau berdiri di atas kapal, tapi di sini tidak diperbolehkan snorkeling ataupun diving. "Di atas memang terlihat tenang, namun arus di dalam sangat kencang dan berbahaya," kata Hadi, 56, penduduk setempat.
Semakin jauh berlayar, kami dibuat terus terpukau dengan harmoni alam, laut, pulau, gunung, hingga langit. Kami pun melewati beberapa pulau kecil, termasuk Cubadak alias Cubadak Paradiso yang luasnya 40 km. Pulau ini telah dikembangkan investor Italia yang menandatangani kontrak pengelolaan dengan sang pemilik wilayah, Kabupaten Pesisir Selatan.
Seluncuran menuju laut
Terdapat 47 pulau kecil di kawasan wisata Mandeh ini, melingkupi 7 kampung di 3 nagari. Beberapa pulau kecil itu tidak berpenghuni, tetapi di beberapa pulau sudah dikembangkan hingga terdapat resor, penginapan, serta arena bermain air, bahkan di salah satu sisinya, terdapat perosotan yang meluncur menuju laut.
Di sisi utara Kawasan Mandeh terdapat beberapa pulau yang melingkar yaitu Pulau Bintangor, Pulau Pagang, Pulau Ular, dan Pulau Marak yang berdampingan dengan Pulau Sikuai. Di sepanjang pantai dari Kampung Sungai Pisang sampai ke Kampung Carocok kawasannya cukup landai dan berpasir putih dengan beberapa pohon pelindung, seperti pohon kelapa, pohon waru, pohon nangka, dan lain-lain.
Gugusan pulau-pulau kecil ini disebut-sebut mirip seperti Raja Ampat, Papua Barat. Namun, keberadaan pulau-pulau kecil ini menyebar agak jauh. Jika Raja Ampat berwujud karang yang menjulang, secara geografis, Mandeh merupakan teluk yang dikelilingi pulau yang hijau lengkap dengan pantainya.
Puncak Mandeh
Setelah 2 jam melihat keindahannya dari dekat, kami melanjutkan perjalanan untuk melihatnya dari kejauhan. Tak jauh dari kapal bersandar Dermaga Carocok Tarusan, yakni sekitar 10-15 menit menaiki jalanan yang menanjak menggunakan mobil, kami sampai di Puncak Mandeh.
Terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat, dan berbatasan langsung dari Kota Padang, lokasi ini sebenarnya masih memiliki infrastruktur yang kurang. Lantainya masih asli dengan tanah merah yang bisa saja licin jika terkena air hujan. Belum lagi tidak adanya pembatas seperti pagar di ujung puncak ini yang memperlihatkan keindahan di bawah sana membuat pengunjung harus berhati-hati saat berswafoto dengan latar belakang Kawasan Mandeh.
Namun, memang lokasi ini menyuguhkan pengalaman melihat gugusan pulau bernaung langit yang bersih. Di sisi bagian kanan, kita bisa melihat teluk yang melingkar dan membentuk mirip kepala Pulau Papua. Kita bisa melihat warna hijau yang indah dari pohon dan bukit daratan itu.
Di bagian tengah, kita pun bisa melihat laut yang tenang dengan kapal-kapal nelayan di tengahnya. Sementara itu, sebelah kiri, pemandangan yang didapat berupa permukiman warga. Ya, ini destinasi nan lengkap.
Menurut Kepala BKPM dan PPTSP Sumbar, Maswar Dedi, keindahan Mandeh mampu menarik sejumlah investor asing. "Sejumlah investor dari Australia menyatakan minat karena rata-rata yang hadir investor yang bergerak di sektor pariwisata," kata Maswar.
Rusia berminat
Salah seorang investor asal Rusia, Mack Sim, pun menyebutkan mengagumi keindahan objek wisata Kawasan Mandeh ini. Ia pun mengatakan meskipun datang jauh-jauh dari Rusia, hal itu sangat mengesankan dan sulit untuk dilupakan. "Objek wisatanya sangat terkenal, tapi belum dari segi para pebisnisnya. Dan masih sedikit yang berbisnis di bidang pariwisata. Kami ingin berinvestasi disini," ucapnya.
Sementara itu, Bupati Pesisir Selatan, H Hendrajoni, memberikan empat bonus kemudahan investasi pariwisata di Pesisir Selatan. "Bonus itu memudahkan pengurusan izin, pengurusan izin bisa dilakukan secara online, izin pun diterbitkan gratis kecuali izin mendirikan bangunan dan yang pasti bebas pajak selama lima tahun. Pessel memiliki setidaknya 42 pulau yang bisa dikembangkan menjadi lokasi potensial bagi pengembangan wisata bahari."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved