Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
'Setidaknya punya tujuh puluh tahun
Tak bisa melompat pun mahir berenang
Bahagia melihat kawanan betina
Berkumpul bersama sampai ajal'
Tentu Sobat Medi sudah akrab dong dengan penggalan lagu yang Medi tulis. Ya benar, lagu berjudul Gajah yang dinyanyikan penyanyi asal Bandung, Muhammad Tulus Rusydi atau yang akrab disapa Tulus.
Lagu ini sebenarnya mengisahkan tentang Kak Tulus yang berusaha melihat hal baik dari perundungan (bullying) yang dilakukan temannya sewaktu kecil. Ia pernah diejek dengan panggilan 'gajah' karena memiliki badan bongsor.
Namun, rupanya hewan besar ini mempunya fakta-fakta yang disebutkan Kak Tulus dalam lagunya. Ia pun punya cerita di balik pembuatan video musik lagu Gajah ini loh sobat. Mau tahu, yuk ikuti Medi!
Yongki yang Meninggal
Tahukah Sobat Medi, album kedua Kak Tulus berjudul Gajah ini mendapatkan penghargaan sebagai karya album terbaik dalam malam perhelatan Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2015. Hal itu juga berkat bantuan Yongki, gajah sumatra yang turut membantu dalam proses pembuatan video musik tersebut. Interaksi di antara mereka pun terjalin loh sobat.
"Gajah itu benar-benar besar, tapi sangat cantik, apalagi saat melihat kedipan matanya. Saat itu saya duduk di punggungnya, melihatnya mandi, dia benar-benar ramah," kata Kak Tulus dalam Temu Teman Gajah yang dilakukan bersama World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, lembaga yang aktif melakukan perlindungan lingkungan, pada Kamis (19/10) di Restoran Kembang Goela, Sudirman, Jakarta.
Tapi tahukah sobat, bersamaan dengan mendapatkan penghargaan itu, Kak Tulus juga mendapat kabar kematian Yongki loh. Ya, gajah jantan itu mati karena dibunuh dan diambil dagingnya loh. Kasihan ya, sobat!
Daftar merah spesies kritis
Kabar duka itu tentu membuat Kak Tulus terpukul. Ia kemudian berinsiatif bekerja sama dengan WWF Indonesia untuk berkontribusi pada konservasi gajah sumatra yang tersisa. Ia pun membentuk kampanye bertajuk #JanganBunuhGajah pada 2016.
Menurut Pak Wishnu Sukmantoro, Elephant Conservation Specialist Cordinator WWF Indonesia, populasi gajah sumatra memang terus berkurang. "Estimasi populasi pada 2007 antara 2.400 dan 2.800 individu. Namun, kini diperkirakan telah menurun hingga kurang dari 2.000 individu," kata Pak Wisnu.
Khusus untuk di wilayah Riau, dalam seperempat abad terakhir ini estimasi populasi gajah sumatra yang telah lama menjadi benteng populasi gajah menurun sebesar 84%, hingga tersisa sekitar 210 ekor saja pada 2007.
Hal itu disebabkan hilangnya habitat mereka akibat aktivitas penebangan hutan yang tidak berkelanjutan, perburuan dan perdagangan liar, juga konversi hutan alam untuk perkebunan (sawit dan kertas) skala besar. Kondisi gajah sumatra yang memperihatinkan ini akhirnya menjadikan gajah sumatra dimasukkan daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebagai spesies yang kritis.
Kalung untuk gajah
Karena itu, tahun ini Kak Tulus mengembangkan kampanye dengan tajuk #TemanGajah. Kampanye ini pun bekerja sama dengan 20 SD di area Jakarta untuk diberikan edukasi sejak dini agar dapat terlibat dalam pelestarian lingkungan di masa depan. Kak Tulus pun berkolaborasi pula dengan Kitabisa.com, portal penggalangan dana digital guna mengumpulkan dana untuk kalung gajah.
"Kalung yang beratnya mencapai 15 kg ini memiliki GPS untuk memantau keberadaan kolompok gajah sehingga ancaman yang membahayakan mereka dapat dikurangi," kata Kak Tulus.
Kak Tulus pun berharap kalung seharga Rp40 juta-Rp45 juta per buahnya ini dapat mencapai target hingga 20 buah yang akan dipasangkan pada 20 kelompok gajah.
"Kalungnya ini pakai baterai, dan dipakaikan pada gajah betina dewasa yakni pemimpin kelompok yang dapat berisi belasan gajah," kata Pak Wisnu. Nantinya kalung dapat bertahan 3-4 tahun, yang tentunya dapat membantu WWF untuk penelitian soal gajah.
Kampanye ini dimulai pada 19 Oktober 2017 dan berharap dalam 3 bulan mendatang dapat mencapai target sehingga masyarakat menjadi sadar untuk menyelamatkan gajah saat ini. "Jangan menunggu gajah terbunuh lagi untuk mulai berdonasi," kata Kak Alfatih Timur, CEO Kitabisa.com. Mulai dari Rp20 ribu kita bisa selamatkan gajah sumatra dari kepunahan. Yuk, selamatkan mereka!
CTY
Sifat gajah :
- Berkelompok.
- Saat gajah melahirkan, anaknya akan diasuh induknya selama 1-2 tahun.
- Setelah 2 tahun, diasuh bibinya sampai umur 8 tahun.
- Selalu makan berbagai tumbuhan seperti daun pada pohon, kulit kayu, dan sebagainya, tapi tidak meninggalkan sifat aslinya sebagai pemakan rumput.
- Makan 200 kg per hari.
- Selalu mandi setiap melihat ada air.
- Konsumsi garamnya tinggi.
- Gadingnya bisa tumbuh 1 meter lebih.
-----
Gajah juga hidup di Afrika, lalu apa ya bedanya dengan gajah sumatra?
Gajah Afrika
- Beratnya bisa sampai 5 ton.
- Gadingnya tumbuh pada betina maupun jantan.
- Warna tubuhnya abu-abu cenderung gelap.
- Telinganya lebih lebar.
- Jumlah kuku depan 5, kuku belakang 4.
- Bisa menjelajah 7.000-60.000 hektare.
-----
Gajah Sumatra
- Beratnya hanya 3 ton.
- Gading tumbuh pada jantan saja.
- Warna tubuhnya abu-abu.
- Telinga cenderung kecil.
- Jumlah kuku depan 5, kuku belakang 4.
- Bisa menjelajah 12.000 hektare.
Sumber: Wishnu Sukmantoro, Elephant Conservation Spesial Cordinator WWF Indonesia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved