Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Satu Klik, Petani Ikan dan Investor Bertemu

Dwi Safitri Mahasiswi jurusan Sastra Indonesia Universitas Jambi
22/10/2017 00:16
Satu Klik, Petani Ikan dan Investor Bertemu
(GROWPAL.CO.ID)

PENGALAMAN sebagai petani ikan melatari tekad Paundra Noorbaskoro, lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, merintis Growpal, startup yang mempertemukan petani ikan, nelayan, pasar, termasuk para eksportir serta para investor. Para investor itu meliputi pula peserta urunan alias crowdfunding.

Ceritakan dong tentang Growpal?

Growpal itu platform yang menghubungkan pemilik lahan yang tidak digunakan, lahan mati, dengan petani ikan serta dengan investor. Kami mempertemukan mereka dalam satu platform.

Investor yang tidak memiliki waktu, lahan, dan keterampilan budi daya ikan, yang kebanyakan orang-orang urban di kota bisa berkontribusi memaksimalkan potensi perikanan cukup besar.

Investor bisa berkolaborasi dengan pemilik lahan dan petani. Ada petani yang hanya mempunyai lahan, skill, dan ada juga yang punya lahan sekaligus dia mempunyai skill.

Semua dilakukan realtime melalui web, termasuk seluruh transaksinya. Nantinya user atau investor mendapat return bagi hasil setelah panen. Akhirnya share ekonomi terjadi. Growpal fokus di pendanaan aquaculture-nya, mempercepat, karena modal untuk perikanan cukup besar meskipun potensi return-nya juga besar. Growpal baru sembilan bulan berdirinya, sejak Desember 2016.

Bagaimana proses merintis Growpal?

Awal mulanya, Growpal terbentuk dari pengalaman kita 2 tahun sebelumnya, saat itu kami petani biasa budi daya ikan kerapu di Situbondo, Jawa Timur.

Komunitas kami mengalami masalah permodalan, padahal permintaan ikan kerapu dan udang putih sangat besar. Akhirnya saya berdiskusi dengan teman-teman komunitas peternak, menyurvei, hingga akhirnya memutuskan go online.

Sekarang sudah banyak user-nya, investor sudah merasakan hasil panen, return-nya, mendapat top up langsung di saldo digitalnya.

Di mana saja Growpal beroperasi?

Kami sudah ada di Pacitan, Situbondo, dan Karimunjawa untuk komoditas udang putih dan ikan kerapu, tidak menutup kemungkinan untuk komoditas lain.

Bagaimana Growpal bekerja?

Tinggal masuk ke website, registrasi, memasukkan e-mail dan seterusnya, kemudian mendapatkan akun sekaligus dashboard profil.

Setelah itu, pilih komoditas, lalu pilih juga investasinya, crowd atau premium investment.

Crowd investing artinya satu kolam atau satu petak tambak didanai banyak orang, investasi mulai Rp 100 ribu. Premium investment, dana yang dibutuhkan lebih besar dan bisa dikuasai hanya satu investor.

Jika kebutuhan dana sudah terpenuhi, saat itu juga diaplikasikan, start aktivitas budi daya.

Ada kontrak-kontrak periode, pada hari keberapa produk terjual dan kapan investor menikmati bagi hasil. Juga ada detail alokasi dana, mulai penebaran benih, panen, hingga berapa terjual dan harganya setelah tercatat realtime di dashboard website.

Bagaimana dengan budi dayanya?

Pada waktu modal terkumpul, saat itu juga kami langsung budi daya, menyiapkan kolam dan benih, tebar dan diberi makan. Ikan kerapu membutuhkan waktu 6 bulan, sedangkan udang putih 4 bulan untuk bisa dijual.

Sistem penjualannya?

Kami jual melalui website, sebelum budi daya sudah mengamankan persetujuan para pembeli.

Pembelinya banyak, pabrik pengolahan ikan, eksportir.

Ketika panen, kami langsung beri notifikasi sehingga bisa langsung mengangkut produk dan bayar cash. Untuk penentuan harga itu harga nasional, ada patokan harganya. Untuk udang dan kerapu cenderung stabil naik karena jumlah petani ikan di Indonesia belum banyak.

Sudah berapa besar dana yang diterima dari investor serta volume produksinya?

Sejak awal 2017 sudah menerima kisaran Rp3 miliar dengan rerata ekspor kerapu 400 ton dan udang 50 ton per bulan. Investasi awal kerapu Rp20 juta dan udang Rp200 juta. Selama ini sudah 16 hektare tanah kami kelola untuk udang dan kerapu 400 petak.

Jumlah investor dan petani yang bergabung?

Ada sekitar 500 investor dengan latar belakang berbeda-beda, ada pegawai negeri, senior manager, perusahaan BUMN, karyawan yang menjelang pensiun, kepolisian, para wirausaha bahkan mahasiswa. Mereka dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Malaysia dan Singapura.

Tim Growpal 20 orang dan petaninya 95, tersebar di wilayah Situbondo, Pacitan, dan Karimunjawa.

Bagaimana cara kalian memperkenalkan Growpal?

Selama ini kami masih organik, juga lewat media sosial seperti Facebook dan Instagram walau tidak terlalu aktif.

Kami juga menjalin komunikasi yang baik dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Yang paling penting, user kami yang puas akan melakukan promosi dari mulut ke mulut. Nanti ada saatnya kami memanfaatkan media sosial lebih jauh lagi.

Tantangan yang harus kalian atasi?

Dari sisi investor, kami selalu harus mengedukasi masyarakat urban, khususnya untuk memahami potensi ekspor komoditas perikanan laut yang besar dan profitable. Untuk para petani, kami harus lebih memberikan pemahaman pentingnya teknologi untuk membantu agar tetap growth dan scaleable.

Terobosan baru Growpal adalah mengemas niche market perikanan dengan mengedukasi masyarakat tentang potensi laut negara kita. Bantuan teknologi digital dapat menjadikan sektor perikanan bukan hanya bisnis, melainkan tumbuh dengan percepatan.

Berapa besar keuntungan yang bisa dihasilkan Growpal?

Secara return, dari setiap investasi, investor akan mendapatkan return 25% sampai 50%. Kelebihan Growpal lainnya, investor bisa mengawasi lokasi budi dayanya, penggunaan uang, keadaan ikan, standar prosedur yang bisa terjaga atau tidak. Growpal menempatkan satu agen sebagai penengah antara petani dan investor untuk memastikan sistem berjalan. Bahkan, jika investor ingin mengunjungi lokasi budi daya, kami fasilitasi.

Kalian menang di G-Startup Worldwide, apa agenda pascakompetisi ini?

Kami ingin meningkatkan skill karena sekarang masih berkutat di Jawa. Di Jawa sendiri, masih banyak yang ingin dikembangkan. Masih ada Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan yang lebih penting, di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, seperti Sumatra, Sulawesi, Maluku. Semuanya punya potensi laut yang bagus. Di Jawa kami terkendala permodalan, apalagi wilayah lain.

Saya rasa Growpal juga selaras dengan visi pemerintahan, untuk memeratakan pembangunan. Uang yang kami kumpulkan melaui platform langsung terserap untuk biaya kerja petani-petani ikan yang wilayahnya tersebar.

Kami mempunyai data, banyak sekali wilayah Indonesia memiliki potensi budi daya kerapu maupun udang sehingga program ini mendukung ketahanan pangan, meningkatkan produksi perikanan, serta memacu ekspor.

Apa kunci kesuksesan kalian untuk menyakinkan juri?

Kami hanya menjelaskan riil, pendanaan buat para pelaku-pelaku di lapangan, seperti petani ikan dan nelayan, belum optimal. Kita juga tunjukkan Growpal di Jawa, 9 bulan sudah bisa mengelola 16 hektare dan itu dengan pendekatan marketing yang organik.

Indonesia itu ada di nomor dua negara dengan garis besar pantai teranjang setelah Kanada, tapi kenapa penduduk miskin Indonesia mencapai 15% yang sebanyak 15%-nya orang-orang pesisir. Growpal ingin benar-benar menjadi pemecah solusi. Dengan mengikuti kompetisi ini sebenarnya sekaligus ingin publikasi. Yang terpenting, ingin tahu riilnya, pengetahuan untuk mengembangkan startup yang bagus dan mendapatkan relasi bisnis. (M-1)

Profil:

Nama lengkap: Paundra Noorbaskoro

Tempat, tanggal lahir: Pacitan, 11 Mei 1993

Pendidikan: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

Jabatan: Pendiri Growpal



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya