Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Sebuah Gerak untuk Kemanusiaan

(Abdillah M marzuqi/M-2)
21/5/2017 06:31
Sebuah Gerak untuk Kemanusiaan
(Valentine Nagata Ramos beraksi dalam gelaran tari kontemporer dengan lakon Sadako pada 16 Mei di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta. MI/ABDILLAH M MARZUQI)

INI kisah Sadako, gadis kecil harus menderita akibat perang yang bukan maunya. Namun, sama saja, perang tak pandang usia. Hiroshima dan Nagasaki menjadi saksi ke­biadaban seteru umat manusia. Itulah gelaran tari kontemporer dengan lakon Sadako pada 16 Mei di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta. Lakon yang dimainkan Valentine Nagata Ramos itu digelar Institut Prancis di Indonesia (IFI).

Sadako diadaptasi dari kisah nyata gadis kecil di Jepang. Sadako Sasaki menjadi korban paparan bom atom di Hiroshima pada masa Perang Dunia II. Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal. Namun, pada usia 12 tahun ia divonis menderita leukemia yang saat itu dikenal sebagai ‘penyakit bom atom’.

Sebuah legenda di Jepang mengatakan siapa pun yang membuat 1.000 origami burung bangau, permintaannya akan dikabulkan. Didorong keinginan untuk sembuh, mendengar legenda tersebut, Sadako berniat membuat 1.000 origami burung bangau. Ia meninggal beberapa bulan kemudian saat baru berhasil membuat 644 bangau. Teman-teman sekolahnya melanjutkan pembuatan origaminya. Seribu lipatan kertas berbentuk burung bangau itu dikuburkan bersama jenazahnya. Origami burung ba­ngau menjadi simbol perdamaian.

Mengenai pentas tari Sadako, Valentine memadukan tarian hip hop dengan butoh (buto dance) dengan seni lipat kertas Origami. Valentine Nagata Ramos menyajikan perpaduan tari hip hop, iringan musik genderang tradisional ‘Negeri Sakura’ dan seni lipat origami dalam pertunjukan. Ia mengisahkan cerita klasik Jepang Sadako melalui seni tari dan seni visual. Menurut Valentine, ketika membaca kisah Sadako, ia menemukan apa yang ingin ditampilkan di atas panggung. Bangau besar dari kertas mewakili apa yang Sadako buat. Tarian Butoh ialah reaksi masyarakat sekitar setelah ledakan bom di Hiroshima sekaligus mewakili sakit yang diderita Sadako. “­Keahlian saya, yaitu break dance, ialah bahasa yang saya pakai untuk menceritakan kisah Sadako, gadis kecil yang tumbuh dengan penyakit yang tak hanya hadir di dalam tubuhnya tetapi juga di benaknya,” terang Valentine.

Kolaborasi
Pada pertunjukan pembuka, Valentine Nagata Ramos berkolaborasi dengan 5 penari multitalenta asal Indonesia dan mementaskan pentas berjudul Aku Adalah Kau. Mereka Michael Halim, Dheidra Fadhillah, Mario Avner Francis, Eriza Trihapsari, dan Steven Russel. Seluruh penari mengikuti sanggar kerja pada 13-15 Mei di Salihara dan tampil di Teater kecil TIM Jakarta pada 16 Mei, di Bandung 18 Mei dan Yogyakarta 20 Mei.

Kelima penari itu punya latar yang berbeda. Michael Halim misalnya ia penari lulusan ujian tertinggi balet dari Royal Academy of Dance (RAD) London. Sama halnya dengan Dheidra Fadhillah yang juga menekuni balet. Mario Avner Francis yang belakangan ini mengolah konsep baru di dunia tari Indonesia, lyrical dance. Ia mengombinasikan gerak ta­ngan dan bahasa tubuh menjadi gerakan tari yang memaknai bait demi bait sebuah lagu. Lirik lagu yang puitis ia terjemahkan dalam bahasa isyarat dan gerakan tubuh yang harmonis. Sementara itu, Steven Russel tergabung dalam grup tari United Dance Works. Lalu Eriza Trihapsari punya basis tari tradisional Bali.

Berputar dan berkelindan, mereka tidak meninggalkan bentuk asli tanpa menanggalkan ciri khas masing-masing. Itu menjadi menarik ketika semua berputar pada sumbu yang sama. Semua mengalami tarik menarik tanpa batas. Berpadu dalam gerak estetis yang harmonis. Seolah setiap seorang adalah bayangan bagi yang lain.
“Semua tari bisa memukau di panggung,” pungkas Valentine. Melalui pentas ini, ia berharap penonton Indonesia dapat mengapresiasi tari dan mempertanyakan banyak hal tentang kemanusiaan itu sendiri. (Abdillah M marzuqi/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya