Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Proyek Mewujudkan Mimpi

Gregorius Gelino Universitas Bina Nusantara [email protected]
21/5/2017 03:34
Proyek Mewujudkan Mimpi
(DOKPRIBADI)

ANAK-ANAK kuliah berbagi pada anak SMA tentang kiat memilih jurusan, juga menguatkan pen­tingnya pendidikan tinggi. Bahkan, ketika mereka memutuskan untuk bekerja dahulu, niat untuk tetap berkuliah sembari mencari uang juga ditanamkan. Muda mewawancarai Brigita Maria Natasha sang pendiri Dream.It Project. Simak ya kiatnya merangkul tim inti komunitas dan 24 mentor!

Ceritakan dong tentang Dream.It Project?
Dream.It Project pada dasarnya didirikan untuk memberikan pengalaman, ilmu, serta motivasi dan inspirasi bagi siswa SMA sede­rajat. Tujuannya, mereka mengenal dirinya agar sukses mencapai cita-cita berdasarkan minat dan bakat. Selain itu, menumbuhkan mindset mereka harus sukses, bukan sekadar berkelimpahan uang dan punya jabatan tinggi, melainkan mampu mencapai cita-cita dan bermanfaat bagi orang banyak.
Kami juga ingin teman-teman peserta menyadari pentingnya pendidikan, tidak hanya dari institusi formal, tapi ilmu itu sendiri.

Bagaimana kamu menjalankannya?
Dream.It Project mengadakan pelatihan ke sekolah-sekolah, masing-masing tiga kali pertemuan. Di pertemuan pertama, ada pemberian motivasi dan self-assessment.
Pertemuan kedua lebih ke arah informasi tentang beasiswa, jurusan-jurusan di perguruan tinggi, kemudian sharing session tentang keuntungan dan tantangan yang akan dihadapi. Juga ada testimoni tentang cerita menjalani kuliah sambil bekerja, bekerja sebelum berkuliah, serta bekerja setelah lulus SMA.
Pertemuan ketiga lebih ke arah pendefinisian cita-cita dan pembuatan rencana hidup. Rencana hidup disesuaikan dengan cita-cita dan keadaan mereka saat ini, lalu dibuat batu loncatan-batu loncatan, di antaranya, agar lebih terarah dan bisa dijalani efektif dan bermanfaat.

Bagaimana memastikan anak-anak ini memahami apa yang kalian ajarkan
Karena jarak antarpertemuan di sekolah satu bulan, diadakan pula mentoring. Setiap mentor, yaitu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung akan punya satu hingga dua siswa SMA yang menjadi adik asuhnya. Mentor ini memastikan ketersampaian materi selama pertemuan serta memberikan motivasi dan informasi kepada adik-adiknya. Mereka membangkitkan motivasi siswa SMA dalam menentukan cita-citanya dan merencanakan jalan menuju kesuksesannya. Posisi mentor ini merupakan ujung tombak keseluruhan proyek. Pada dasarnya, keseluruhan kegiatan ini mengacu pada teori orien­tasi masa depan.

Kapan Dream.It Project dibentuk?
Sejak Desember 2016, tahun ini kegiatan di sekolah dimulai sejak Februari, tapi persiapannya dilakukan sejak Desember. Selama Desember, secara garis besar, pencarian sekolah, penyusunan materi dan metode, serta merekrut mentor-mentor yang terdiri atas mahasiswa dari perguruan tinggi di Ban­dung.

Sekolah yang sudah jadi sasaran kalian?
Sejauh ini baru ke SMA Darul Fatwa, Ja­tiroke, Jatinangor.

Berapa anggota komunitas kalian?
Board of Director terdiri atas 5 orang, mereka mahasiswa ITB, dan ada 24 mentor yang direkrut dari beberapa universitas, seperti ITB, Universitas Padjadjaran, Universitas Komputer dan Universitas Islam Bandung.

Dibayar enggak?
Proyek ini bersifat volunteering. Jadi, enggak ada bayaran sama sekali dan tidak didukung lembaga resmi apapun. Dana yang digunakan berasal dari pribadi saya, yang sebenarnya merupakan beasiswa kuliah tapi akhirnya dimanfaatkan untuk proyek sosial ini.

Apa yang memotivasi kamu untuk menjalankan kegiatan ini?
Dream.It Project merupakan bentuk usaha memenuhi kewajiban saya sebagai penerus bangsa untuk mengabdi bagi masyarakat. Selain itu, proyek ini merupakan salah satu batu loncatan dalam mewujudkan cita-cita saya meningkatkan dan menyeratakan kua­litas pendidikan di seluruh Indonesia. Saya percaya ucapan Nelson Mandela, “Education is the greatest weapon which you can use to change the world.”

Apa yang mau kamu capai dari kegiatan ini?
Semakin banyak yang merasakan manfaat, tidak hanya anak-anak SMA yang menemukan jalan yang diinginkannya, tapi juga semakin banyak mahasiswa yang termotivasi untuk give back to society. Bagi saya pribadi, semoga ini menjadi tempat belajar dan menjadi pintu menuju cita-cita membangun sebuah LSM di bidang pendidikan dan pengembangan generasi muda demi Indonesia yang lebih baik.

Pembelajaran yang kamu dapat?
Secara pribadi, saya merasa mendapat banyak pembelajaran untuk bekal saya mewujudkan cita-cita membangun LSM pendidikan, cara membangun relasi yang baik dengan sekolah dan semua SDM, agar semua orang merasakan manfaat. Saya juga belajar menentukan materi dan metode tepat sasaran bagi siswanya. Dari kegiatan ini, saya dan tim semakin sadar, ternyata masih banyak siswa SMA yang masih berpikiran pendek untuk sekadar langsung kerja menjadi buruh pabrik setelah lulus sekolah.
Banyak dari mereka terkendala ekonomi sehingga tidak pernah memikirkan apa sebenarnya mimpi mereka, bahkan memilih menyerah terhadap mimpinya. Saya juga belajar, ternyata kalau para mahasiswa mau sejenak saja membuka telinga dan mau mengangkat kepala dari buku-bukunya, akan semakin banyak yang sadar banyaknya orang di sekitar yang membutuhkan pertolongan. Juga, seberapa besar peran yang dapat dilakukan generasi muda untuk bisa menolong.
Dari proyek ini, saya maupun tim dan mentor ikut belajar memikirkan cita-cita sebenarnya dalam hidup ini, apakah berkuliah sudah tepat, dan apa saja langkah menuju sukses dalam versi masing-masing.

Bagaimana bentuk organisasi?
Bersifat volunteering, terdiri atas lima orang, saya Brigita Maria Natasha, sebagai ketua sekaligus bidang eksternal, mengurus kontak dengan sekolah dan pembicara, terus ada wakil yang juga membantu logistik, namanya Rafid Arsalan. Selain itu, ada Lintang Kusuma di divisi materi dan metode, Aisha Kemala di human resource, dan Asri Ifani di bidang kreatif.
Keempat orang ini bergabung tidak hanya sebagai kepala divisi, tapi juga sebagai cofounder. Jadi, pada dasarnya Dream.it ini milik kami berlima, walaupun gagasan awalnya dari saya. Di luar kami berlima, ada 24 mahasiswa sebagai mentor yang dipilih melalui tahap wawancara. Dari sekitar 50 pendaftar, akhir­nya hanya dipilih 24, menyesuaikan kebutuhan siswa SMA Darul Fatwa.

Teknis kalian melakukan bimbingan?
Bimbingan selama kunjungan sekolah dilakukan melalui pemberian motivasi, informasi, pengisian self-assessment, perencanaan hidup, dan sharing session dengan pembicara melalui sistem talkshow. Selain itu, saat kunjungan sekolah selalu ada sesi curhat dan diskusi antara mentor dan siswa, baik dalam grup besar maupun personal. Mentoring di luar kunjungan sekolah dilakukan dengan berbagai cara sesuai persetujuan antarmentor dan siswa masing-masing, ada yang memilih mengobrol lewat SMS ataupun media sosial. Ada juga yang ketemu langsung, terutama untuk siswa di pondok pesantren.
Untuk mengontrol mentoring ini, akan selalu ada laporan bulanan berkaitan dengan mentoring dan pemahaman siswa mengenai materi selama kunjungan sekolah. Ada juga evaluasi mentoring yang dilakukan bersamaan dengan briefing materi untuk mentor, sebelum kunjungan sekolah, karena mentor juga berperan sebagai fasilitator selama kunjungan sekolah berlangsung. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya