10/7/2016 22:13

Bela Diri Campur yang Memikat para Dewi

Dua sarung boxing sudah dikenakan di kedua tangan Inandya Citra. Tak lama berselang, sekitar 10 menit waktu dihabiskannya untuk melakukan pemanasan. Selepas itu, perempuan yang akrab disapa Citra ini memulai latihan tarung melawan seorang rekan pria. Meski mereka berbeda gender, pertarungan itu tampak diperlunak untuk Citra.

Pukulan demi pukulan bersarang ke kepala ataupun tubuh Citra. Begitu pun sebaliknya, ia mantap menyerang lawan.

Di sisi arena tarung, sang pelatih berteriak memberi instruksi. "Jab, huk, huk, jab!".

Citra memang tidak tanggung-tanggung bertarung karena itu telah menjadi profesinya. Perempuan berusia 27 tahun itu merupakan seorang petarung (fighter) mixed martial arts (MMA). Sesuai namanya, olahraga beladiri itu terdiri atas beberapa bela diri, yaitu muaythai, tinju (boxing), dan jiu jitsu.

"Menjadi seorang fighter bagi saya tidak hanya pukul-memukul, tetapi harus ada hati untuk bisa seperti ini. Apa pun hal yang dilakukan setengah hati itu tidak akan bisa berjalan maksimal," ungkap Citra kepada Media Indonesia, Rabu (29/6), di Jakarta Muaythai MMA di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Berpenampilan tomboi, Citra mengaku menyukai latihan fisik dan bela diri sejak masih kecil. Namun, karena mendapat larangan orangtua, ia baru menekuni serius ketika telah remaja.

Keseriusan Citra dibuktikan dengan sederet prestasi di ajang MMA. Sekitar sebulan lalu ia meraih medali di Southeast Asian Submission Grappling Medalist (2016), kemudian di Super Grappler (2015) dan menjadi juara di Indonesian Pro Muaythai Flyweight (2014). Karena melihat pretasi Citra, kedua orangtuanya pun lalu mendukung pilihan profesinya.

Selain menjadi jalan hidup, Citra berpendapat sebenarnya seni bela diri juga harus dilatih kaum perempuan. Pasalnya tubuh akan menjadi sehat dan bisa menjaga diri.

Orang kantoran

Pendapat Citra juga diyakini banyak perempuan lain yang berlatih di tempat tersebut. Hari itu, peserta perempuan memang tampak cukup banyak.

Salah satunya Adina Layarda yang bersemangat menghunjamkan tinjunya ke samsak. Perempuan 23 tahun itu lebih banyak melakukan bela diri Muaythai ketimbang bela diri yang lainnya.

Telah lima tahun ia menekuni MMA. Awalnya demi kebugaran, tapi kemudian menjadi hobi.

Tubuh memar sudah hal biasa baginya. Di sisi lain, dengan disiplin pada teknik, ia mengaku tidak pernah cedera serius.

"Semua tergantung diri masing-masing, bagaimana bisa membatasi porsi latihan agar tidak cedera. Aku memilih muaythai ini, selain untuk menjaga diri, juga untuk cardio supaya badan tetap bugar," ungkap Adina yang mengaku belum pernah cedera akibat berlatih muaythai.

kenikmatan menekuni muaythai juga dirasakan Louise Stephanie. "Dulu itu saya enggak bisa push up, tapi sekarang sudah lancar banget. Dulu juga saya tidak begitu kuat melakukan sit up. Sekarang setelah disuruh terus push up dan sit up sama pelatih, semuanya terasa gampang," tutur perempuan 26 tahun itu.

Dalam kelas muaythai, selain melakukan beberapa gerakan dan latihan fisik, pelatih memang juga kerap mengharuskan peserta untuk melakukan push up dan sit up setelah melakukan beberapa gerakan. Peserta diharuskan melakukan 12 kali push up dan 12 kali sit up sebanyak dua set.

Dari latihan intens, Louise mengaku banyak bagian tubuhnya yang mengalami perubahan bentuk. Bagian tangan, perut, kaki, dan pahanya menjadi lebih padat dan berotot.

Menurutnya, olahraga seperti ini sangatlah direkomendasikan bagi kaum perempuan, apalagi yang kesehariannya bekerja di kantoran yang harus duduk selama 8 jam bahkan 10 jam sehari di depan meja komputer. Dengan mengikuti muaythai, dijamin tubuh yang tidak produktif selama bekerja bisa tergantikan.

"Aku ini kerja kantoran, setiap hari sudah pasti duduk 8 jam di depan komputer. Pas ikut kelas muaythai ini terasa banget semua badan bergerak, dari atas kepala sampai ujung kaki," tukasnya. (M-3)

Baca Juga

Video Lainnya