Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

28/2/2019 14:37

Perempuan Penggerak Bank Sampah

BANK sampah ini berada di lahan kebun seluas 400 meter persegi di Kelurahan Poris Plawad, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Penggeraknya ialah tiga ibu-ibu yang juga anggota Kelompok Tani Wanita.
Peran perempuan menjadi inspirasi dalam pembentukan bank sampah ini. Menurut Direktur Bank Sampah Poris Plawad Ceria, Teti Sri Dayanti, kaum ibu-ibu menjadi penting dalam menggerakkan kegiatan pengurangan sampah di lingkungan tersebut. Mereka memiliki kesadaran lebih tinggi dalam menjaga lingkungan.
Meski awalnya tidak mudah menyakinkan warga untuk mau memilah sampah, kini aktivitas bank sampah tergolong ramai. Setiap harinya, ada saja warga yang menyetorkan sampah.
"Dulu susah awalnya mengajak warga. Mereka bilang ngapain kumpulin sampah, ribet. Kita lalu sosialisasi ke ibu rumah tangga yang ada dan sekarang lumayan banyak nasabahnya" kata Teti.
Sejak berdiri Februari 2018, bank sampah yang menjaring sampah dari warga lingkup RW 03 Kelurahan Poris Plawad ini sudah membukukan omzet Rp45 juta. Nasabahnya mencapai 101 kepala keluarga.
"Dulu pernah dijadwal seminggu sekali untuk penimbangan sampah tapi sedikit yang datang. Kalau dibuka setiap hari banyak yang datang meski kita kewalahan kadang-kadang karena tenaganya di sini sedikit. Kita terus melayani lah," ujar Teti.
Setelah setahun berjalan, lingkungan RW kini terlihat jauh lebih bersih. Tidak lagi terlihat sampah berceceran karena warga mulai sadar sampah bisa menjadi berkah. Baik itu nilai secara ekonomi maupun manfaat kebersihan lingkungan.
"Dulu kampung ini kotor karena sampah berserakan. Sekarang jadi lebih bersih. Yang paling penting warga semua sekarang bisa  memilah sampah dan dapat uang."
Bank sampah ini menerima berbagai sampah anorganik, seperti botol plastik, dupleks, boncos, beling, hingga besi. Untuk harga beli, bank sampah memberi harga yang kompetitif demi menarik minat warga. Sampah juga dijual dengan harga yang tidak terlalu tinggi dari harga beli dengan selisih Rp100-Rp500 rupiah. Rata-rata pengurangan sampahnya mencapai sekitar 800 kilogram per bulan. "Kita tidak ambil untung besar karena mau menarik warga memilah sampahnya dan menjadi nasabah bank sampah," ujar Teti. (Dhk/S1-25)

Baca Juga

Video Lainnya