Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

21/12/2017 03:19

Berbagi Pengalaman Lewat Graber

Zen

SEKITAR 10 orang terlihat asyik menggenggam sebongkah lilin mainan berwarna warni di teras belakang rumah. Ada yang menggulung-gulungnya di lantai, ada juga yang memilin kecil-kecil lilin itu. Seekor 'ular merah muda' terlihat dilepas begitu saja di atas karpet plastik yang juga warna warni. Tak ada yang takut dengan kehadiran ular merah muda tersebut. Anak yang lain malah asyik membuat es krim, seolah ingin memberi makan sang ular. Keceriaan terpancar jelas saat anak-anak membentuk beragam rupa mainan dari lilin itu.

Sementara itu di ruang tengah, wanita berambut putih dan berkacamata terlihat serius menjelaskan sesuatu di hadapan sekitar 60 tamu yang hadir. Tidak hanya dari keluarga dekat dan sahabat, beberapa komunitas yang menaungi anak-anak berkebutuhan khusus pun ikut ambil bagian, seperti Komunitas Rumah Ramah Rubella, Ikatan Syndrom Down Indonesia (ISDI) dan juga Masgutofa Neurosensorimotor Reflex Integration (MNRI).

''Graber (Graha Berbagi) dibentuk sebagai wadah bagi siapapun yang berkebutuhan khusus untuk bisa berbagi ilmu dan pengalaman agar bisa menemukan solusi terbaik bagi pengobatan para penderita itu,'' jelas dr. Rini Mahendrastrasi saat meresmikan Graber di kawasan Bintaro, Jakarta, Minggu (17/12).

''Dari mata seorang penderita bisa diketahui kondisi kesehatannya, misalnya kurang oksigen waktu lahir ataupun salah pola makan sehari-hari. Oleh sebab itu pengetahuan kita di dalam keluarga harus luas dan jeli melihat hal tersebut,'' ungkap dokter spesialis mata (strabismus) itu.

Strabismus adalah ketika kedua mata memandang tidak searah maka akan ada dua gambar yang dikirim ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidak-seimbangan tarikan otot yang mengendalikan pergerakan mata, kelumpuhan otot, gangguan persyarafan atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.

Sementara itu di tempat yang sama dokter Yusuf Kosasih mengatakan, bahwa penanganan penderita berkebutuhan khusus bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan mengajak mereka bermain di kolam.

''Tidak hanya terapi mata saja, tetapi secara keseluruhan termasuk dengan terapi saraf motorik dan sensorik dari anak yang berkebutuhan khusus. Dengan dibawa ke dalam air akan membuat mereka merasa lebih nyaman dan tenang,'' jelas dokter spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorokan) itu.

''Air kolam disini sudah dikelola sedemikian rupa sehingga tidak membuat perih pada mata dan bebas dari kuman,'' tambah Yusuf. (Muhammad Zen)

Baca Juga

Video Lainnya