Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

31/5/2017 20:51

Menyopiri Jenazah Sejak 1984

Cinta dan ikhlas menjadi kunci bagi Ependi, 45, mampu menjalani profesi sebagai sopir jenazah sejak 1984 lalu di DInas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Ketika remaja sebayanya menghindari, dirinya justru melakoni profesi yang setiap harinya harus menghadapi berbagai kondisi jenazah yang diantarnya.

Ditambah lagi, puluhan tahun lalu dirinya tidak digaji karena tidak ada status jelas. Hanya mengandalkan bayaran seikhlasnya dari rekan kerja yang mengajaknya menjemput jenazah. Terkadang, petugas polisi yang berbaik hati memberikannya uang untuk sekedar membeli makan

"Kalau kita ikut (menjemput jenazah) ya dibayar, kalo tidak ikut ya tidak dibayar. Kadang-kadang ada polisi yang memberikan uang lima puluh ribu buat beli makan atau rokok kita-kita yang datang (menjemput jenazah)," ujar Ependi.

Namun kini, status kepegawain di instansinya sudah jelas. "Sekarang sudah honorer, kemarin tes pns tetapi belum lulus," selorohnya.

Awalnya Ependi sudah mencoba menjadi sopir kendaraan lain tetapi tidak cocok. "Memang bidang ini yang cocok, sebelumnya sudah coba jadi sopir kagha cocok juga," kata pria yang kerap disapa Endon oleh rekan kerjanya.

"Enaklah, bisa jalan-jalan, kagha ada diamnya, bantu sana bantu sini," ujarnya ketika ditanya hal apa yang disukainya dari profesi sopir jenazah ini.

Ependi mengakui sejak kecil dirinya sudah terbiasa bermain di 'kober' (tempat pemakaman umum) yang mengapit tempat tinggalnya di Gang Albarokah, Jalan Petamburan V, Jakarta Pusat. Hal itulah yang memudahkan dirinya menjalani profesi ini. Selain itu, keluarga juga sudah terbiasa sehingga tetap mendukungnya menekuni profesi sopir jenazah hingga saat ini.

Di Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, setiap kali bertugas menjemput jenazah Ependi ditemani tiga rekannya. Dalam sehari mereka mampu mengantarkan empat hingga lima jenazah.

Sering kali jenazah yang diantarnya sudah tidak dalam kondisi normal. Awalnya memang sedikit takut, namun seterusnya sudah terbiasa. "Perasaan agak ngeri-ngeri juga. Yang kedua kalinya ya sudah biasa," ujarnya.

Belum lagi kondisi jenazah yang sudah membusuk, "Ya namanya udah terbiasa, seminggu bisa dua kali menemui jenazah seperti itu. kasih kopi aja biar kaga mual," jelas Ependi.

Profesi sopir jenazah identik dengan cerita hantu, namun bagi Ependi sejak puluhan tahun lalu hingga kini dirinya tidak pernah mengalami peristiwa dihantui seperti itu. Sudah lebih dari seribu jenazah yang telah diantarnya, hingga saat ini Ependi merasa baik-baik saja. "Engga pernah yang aneh-aneh. Biarin aja, namanya kita tolong masa iya hantunya mau gangguin kita." (Ricky Julian)

Baca Juga

Video Lainnya