Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

27/5/2017 00:52

Ronal Surapradja Memotret Kisah untuk Celoteh

Zen

Pada Ramadan 2017, Media Indonesia akan kembali menghadirkan rubrik andalan Celoteh dan meminta kesediaan penyiar radio kenamaan Ronal Sunandar Surapradja, 39, untuk menulis. Gayung bersambut, rupanya Ronal pun telah menanti kesempatan untuk menulis kembali yang pada tahun ini menjadi kali keduanya. "Jadi sekitar tiga bulan yang lalu, sudah ada yang menanyakan melalui akun media sosial saya apakah saya akan menulis lagi seperti tahun lalu, pada saat itu saya belum tahu, tapi sekarang sudah ada kepastian. Alhamdulillah," kata dia di Jakarta, Senin (22/5).

Dia kemudian bercerita, sejak 'dipaksa' menulis secara rutin pada Ramadan tahun lalu, dia ingin secara berkelanjutan menulis meski akhirnya tidak terlaksana.
"Meski tidak rutin, mendekati Ramadan ini sudah mulai menuliskan konsep yang kira-kira akan saya tulis. Jadi ketika ditanya kesiapannya, saya sudah punya 20 tema yang ada di kepala saya," tutur Ronal yang ingin kuliah lagi itu. Tema-tema yang ditulis Ronal rupanya tidak jauh dari kejadian keseharian di sekitarnya. "Tema yang akan saya tulis merupakan tema yang ada di sekitar kita, apa yang saya dengar, lihat, dan rasakan."

Ia mengaku inspirasi menulis bisa dari banyak peristiwa termasuk perilaku orang-orang di jalan, beberapa kejadian yang dilihatnya, dari berita di televisi dan radio, acara televisi yang ditonton, ceramah, dan juga introspeksi. Beberapa bahkan dari peristiwa yang terjadi di luar negeri, salah satunya adalah gerakan Stop a Douchebag yang berlangsung di Rusia dan mulai dilakukan juga di Amerika dan Inggris. Dia melihat itu sebagai kepedulian anak-anak muda di negara tempat mereka berupaya menghalangi dan memperingatkan dengan cara halus para pengendara kendaraan bermotor agar tidak mengganggu hak pejalan kaki dengan cara menaiki trotoar. "Di mana pun pelanggar lalu lintas itu kebanyakan ngeyel, termasuk di Indonesia," kata lelaki yang sedang merintis bisnis clothing itu.


Butuh ketenangan

Dia juga mengaku hingga saat ini, diri sendiri merupakan pendukung terbesar dalam menulis. "Ini bukan egois, ya, tapi saya memang butuh ketenangan saat menulis. Tenang bahkan di tempat yang ramai. Jangan sampai ada orang lain karena akhirnya malah enggak jadi menulis," kata penyiar Jak FM yang sebentar lagi akan berusia 40 itu.
Dia terbiasa menghabiskan waktu untuk menulis di malam hari, saat kedua anaknya, King dan Kani, juga istrinya, Seruni Purnamasari, telah terlelap. Selain itu, dia biasa mencari tempat duduk di pojokan kafe demi bisa menulis dengan santai.

"Nah kalau sudah demikian, ide saya bisa berhamburan dan sampai ke mana-mana," kata dia sambil tergelak. Menulis hal yang serius tapi santai baginya tidak sulit. "Orang mengira karena saya orang Sunda, maka suka bercanda. Sebetulnya kebercandaan saya dan di balik tawa, saya itu ornag yang sangat serius. Namun, saya ingin menyampaikan sesuatu yang serius tidak dengan dahi yang berkerut. Saya memilih menyampaikan hal yang serius dengan cara yang ringan," kata dia. Terakhir dalam salah satu naskahnya nanti dia akan mengingatkan tiga penyakit manusia modern, yakni stres, stroke, dan setop. "Namun, obatnya juga ada tiga, salat, saum, dan sedekah." (Retno Hemawati/H-3)

Baca Juga

Video Lainnya