Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

07/2/2016 08:00

Jurus Simpel yang Mematikan

TAK..tok..tak..tok. Suara pukulan pada kayu itu memenuhi sebuah ruangan perguruan di kawasan Latumenten, Jakarta Barat. Suara itu berasal sebuah pilar kayu dengan tungkai-tungkai yang menonjol. Seorang pria berpakaian hitam memukul tungkai itu dengan tangan dan kaki.

"Ilmu bela diri Wing Chun itu memang sifatnya self defence. Ciri khasnya ialah simple, direct, dan efisien. Jadi, kita sangat menghindari pertarungan jarak jauh," jelas sang pria, Ferry Yunianto, kepada Media Indonesia, Rabu (27/1).

Ferry ialah seorang shifu atau pelatih di Wu Ji School of Wing Chun itu. Saat ia mempertontonkan gerakan, murid-muridnya yang terdiri atas dari pria dan perempuan memperhatikan dengan serius. Gerakan Ferry sekilas memang tampak sama. Namun, semua dilakukan dengan serbacepat.

Karena boneka kayu yang disebut juga mak yan jong itu menyerupai manusia, pertarungan dengan jarak sekitar 30 sentimeter tersebut memang mudah dibayangkan cukup melumpuhkan. Terlebih semuanya dilakukan bertubi-tubi sehingga rasanya sulit menangkis.

Aksi yang dilakukan Ferry serupa dengan aksi aktor legendaris Bruce Lee di banyak film laganya ataupun, yang teranyar, seperti aksi Donnie Yen di film Ip Man.

Bela diri asal Tiongko itu memang sudah lama dikenal, bahkan diyakini sudah muncul sejak zaman Raja Kangxi dari Dinasti Qing yang memerintah di pertengahan abad 17.

Ferry yang berguru langsung pada seorang master Wing Chun menjelaskan inti kekuatan bela diri itu sebenarnya bukan berasal dari fisik.

"Melainkan suatu seni bela diri yang dikembangkan dari kekuatan pikiran, kesederhanaan, serta karakteristik otot dan struktur tubuh manusia," tutur pria 42 tahun itu.

Sebab itu, gerakan-gerakan Wing Chun tampak sederhana dan ekonomis.

Di sisi lain, untuk menghasilkan serangan yang efektif, pelaku bela diri Wing Chun harus paham tentang konsep center line. Konsep center line ini pula yang ditekankan di perguruan-perguruan Wing Chun lain, termasuk yang berada di Eropa.

Seperti terlihat di situs milik London Wing Chun Academy, center line merupakan garis imajiner yang berada di tengah tubuh. Garis itu memanjang vertikal menghubungkan mata, hidung, leher, pusar, selangkangan, dan lutut. Di garis inilah pusat keseimbangan tubuh berada yang merupakan target sasaran yang fatal.

Sebab itu, ketika seorang pelaku bela diri Wing Chun dituntut untuk lincah bergerak, segala gerakannya itu harus dilakukan dengan tujuan tetap melindungi center line dirinya, sekaligus berarti untuk efektif menyerang center line lawan.

Saat memukul Ferry menekankan agar dilakukan dengan lurus.

Efek serangan juga akan makin dahsyat jika diarahkan pada di titik tertentu, yakni leher, lutut, dan kepala bagian belakang.

Prinsip-prinsip bela diri Wing Chun dibuat sesuai dengan karakter pertarutan jarak dekat.

Wing Chun tidak pernah menggunakan teknik yang melebar atau melingkar sehingga setiap serangan merupakan gerakan yang minim guna menghemat energi dan jarak.

"Jadi, memang bela diri ini merupakan salah satu bela diri yang cepat dan mematikan. Jika seseorang diserang dari jarak dekat, titik-titik dan bagian tubuh yang mematikan akan terlebih dahulu diserang, seperti leher, kepala bagian belakang, dan lutut," terang Ferry.

Jurus

Layaknya ilmu bela diri pada umumnya, Wing Chun juga memiliki jurus-jurus khas.

Jurus atau teknik paling dasar yang ada di seni bela diri Wing Chun ialah siu lim tao atau siu nim tao.

Meski banyak perbedaan aliran dalam Wing Chun, bisa dipastikan seluruh shifu di seluruh dunia mengajarkan jurus ini pertama kali kepada anak didik mereka.

"Jadi, si lim tao ini adalah teknik yang paling dasar dan terpenting yang memuat semua teknik tangan dalam Wing Chun. Jurus ini juga melatih kuda-kuda dasar dan membantu mengembangkan energi (qi) yang ada di setiap tubuh manusian" ucap Ferry.

Untuk tahap pemula, Ferry menjelaskan latihan jurus ini merupakan bentuk meditasi berdiri standing meditation. Pelakunya dituntut untuk fokus pada gerakan dasar, kuda-kuda, struktur tubuh, dan mengatur pernapasan.

Jurus si lim tao memiliki banyak bagian, tapi yang terpenting ialah kekuatan dalam menggunakan posisi tangan utama.

Posisi tangan ini ada tiga jenis, yakni tan sau, fook saus, dan wu sau yang merupakan gabungan pergerakan dasar posisi tangan untuk menghadapi lawan. Setelah itu, barulah shifu mengajarkan jurus kedua, yakni chum kiu.

Jurus itu mengajarkan seseorang melangkah, bergeser, merangsak dengan bersamaan, menangkis serangan, lalu membalas serangan lawan secara langsung.

Dalam jurus chum kiu pula seseorang diajari beberapa teknik menendang, seperti scanning kick, front kick, dan side kick. Jenis tendangan ini maksimal diarahkan setinggi pinggang lawan.

Tendangan dalam Wing Chun memang sangat jarang melewati atas pinggang lawan. Sebab, pada prinsipnya tendangan rendah akan lebih cepat dilakukan dan paling praktis dalam situasi pertarungan jarak dekat.

Mirip Taekwondo

Di sekolah Wing Chun Wu Ji, tingkat kemampuan para murid diperlihatkan dengan penggunaan sabuk, seperti dalam bela diri Taekwondo atau Karate.

Level pemula menggunakan sabuk polos, kemudian naik ke sabuk kuning, hijau, biru, merah, dan yang tertinggi bersabuk hitam.

Ivan Lee, salah satu murid Ferry yang sudah memakai sabuk berwarna merah, mengaku telah 10 tahun berlatih Taekwondo. Namun, karena ingin mencari bela diri yang lebih simpel dan praktis, Ivan memilih Wing Chun.

"Saya 10 tahun di Taekwondo dan baru 2,5 tahun di Wing Chun. Di sini, saya lebih suka karena ketika berlatih, benar-benar simpel dan efisien dalam penerapan self defence," ungkapnya.

Lewat Wing Chun pula Ivan mengaku tidak perlu takut dengan seseorang yang memiliki tubuh lebih besar daripada dirinya.

Menurutnya, teknik-teknik yang diajarkan dalam Wing Chun melatih dirinya untuk menyerang dengan cepat tanpa melihat ukuran tubuh lawan.

(M-3)

Baca Juga

Video Lainnya