Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Ibu kota Malaysia, Putrajaya, adalah pusat pemerintahan yang megah. Namun, ibu kota baru tetangga Indonesia, seperti Nusantara, sering disebut sepi bak kota hantu. Apa penyebabnya? Mari kita telusuri lebih dalam tentang ibu kota Malaysia dan perbandingannya dengan ibu kota baru di Indonesia.
Putrajaya, ibu kota Malaysia sejak tahun 1999, dibangun untuk menggantikan Kuala Lumpur sebagai pusat pemerintahan. Kota ini dirancang dengan tata kota modern, gedung-gedung megah, dan taman-taman hijau. Meski begitu, Putrajaya sering terasa sepi, terutama di malam hari. Banyak yang menyebutnya kurang hidup dibandingkan Kuala Lumpur yang ramai.
Ada beberapa alasan mengapa ibu kota Malaysia ini terasa kurang ramai:
Indonesia, tetangga Malaysia, sedang membangun ibu kota baru bernama Nusantara di Kalimantan Timur. Seperti Putrajaya, Nusantara juga menghadapi tantangan. Banyak yang menyebutnya berpotensi menjadi "kota hantu" karena:
Meski begitu, Nusantara dirancang sebagai kota pintar dan ramah lingkungan, mirip dengan visi awal Putrajaya sebagai ibu kota Malaysia.
Putrajaya menunjukkan bahwa membangun ibu kota baru bukan hanya soal gedung megah. Kota harus hidup dengan aktivitas warga, bisnis, dan budaya. Untuk menghindari kesan "kota hantu", Nusantara perlu:
Baik ibu kota Malaysia maupun Nusantara memiliki visi besar untuk menjadi kota modern. Namun, tantangan seperti populasi rendah dan minimnya aktivitas sosial harus diatasi. Dengan perencanaan yang baik, kedua kota ini bisa menjadi contoh kota masa depan yang sukses.
Ibu kota Malaysia, Putrajaya, dan ibu kota baru Indonesia, Nusantara, memiliki banyak kesamaan. Keduanya dirancang untuk menjadi pusat pemerintahan yang modern, namun menghadapi tantangan untuk tetap hidup dan ramai. Dengan belajar dari pengalaman Putrajaya, Nusantara bisa menghindari jebakan "kota hantu" dan menjadi kota yang benar-benar hidup.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved