Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Jembatan Digital Petani

Hera Khaerani
14/1/2017 10:15
Jembatan Digital Petani
(MI)

CUACA kerap dituding penyebab mahalnya berbagai komoditas pertanian. Peningkatan harga cabai yang menembus Rp150 ribu per kilo dianggap sebagai konsekuensi itu. Anehnya ketika harga cabai di pasaran mahal, di Kecipir.com komoditas itu justru dijual di kisaran Rp19.750 per 250 gram atau sekitar Rp79 ribu per kilo.

Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa situs dan aplikasi daring pasar sayuran lokal itu bisa mempertahankan harga yang murah? Tantyo Bangun pendiri Kecipir menjelaskan pada prinsipnya mereka melakukan pemangkasan rantai perdagangan dari petani langsung ke agen atau konsumen tanpa peran tengkulak yang dapat memainkan harga pasar.

Selama ini hasil petani melalui lima mata rantai distributor. Mulai pengepul, tengkulak, pasar induk, pasar, hingga pedagang eceran. Panjangnya mata rantai itu yang membuat harga sayur meningkat. Melalui daring, rantai distribusi itu dipotong menjadi produsen-Kecipir-konsumen. “Kami membantu petani dengan menerapkan harga kesepakatan tiap 6 bulan, jadi selama 6 bulan itu harga tetap dan petani mendapat harga yang layak,” ujarnya. Perlu diingat kendati harga cabai di pasar mahal, harga yang tinggi itu biasanya tidak dinikmati petani.

Menariknya, Kecipir yang dirintis sejak 2014 dan mulai beroperasi setahun setelahnya hanya menjual sayuran organik alias yang bebas pestisida dan pupuk organik. Nyatanya, sayuran organik yang sering dinilai sebagai sumber pangan yang mahal karena harus dibeli di swalayan, bisa dipasarkan dengan harga jauh lebih murah di Kecipir.com.

Kala membuka situs atau aplikasinya, pengguna dapat memilih agen yang paling dekat dengan tempat tinggal dan akan langsung ditampilkan jadwal pengiriman. Demi mempertahankan kesegaran dan pasokan, pengiriman sayuran hanya seminggu dua kali.

Dapat pula langsung dilihat jumlah ketersediaan sayurannya. Setiap pekan daftar sayurannya berbeda tergantung kesediaan sayuran.

Di sisi lain, ada keterangan soal tingkatan keorganikan sayuran yang dijual. Mulai A+ untuk sayuran yang ditanam di lahan organik alami seperti pinggir hutan atau hasil hutan bukan kayu yang belum tersentuh pupuk dan pestisida kimia, tingkat A untuk sayuran organik yang sudah tesertifikasi baik berbasis komunitas maupun lembaga resmi, tingkat B untuk sayuran organik yang belum tesertifikasi tapi belum ada jaminan resmi keorganikannya tapi diperiksa secara berkala oleh Kecipir, hingga tingkat C untuk sayuran sehat yang ditanam petani konvensional yang masih belajar organik tanpa pestisida tapi belum sanggup melepas penggunaan pupuk kimianya.

Kecipir.com membuktikan pemanfaatan teknologi digital mampu menawarkan solusi bagi persoalan sosial ekonomi. Banyak lembaga swadaya masyarakat fokus mengedukasi petani untuk mengembangkan tanaman organik, tapi biasanya setelah program selesai, petani kesulitan mengakses pasar.

“Jika menjual ke tengkulak, tidak dihargai sebagai sayuran organik. Kalau dijual lewat pasar modern, terkendala sertifikasi yang mahal,” terang Tantyo kepada Media Indonesia Rabu (11/1).

Pasar induk
Upaya mengatasi seringnya harga anjlok saat panen raya dan harga melambung tinggi saat paceklik juga menjadi perhatian para pelaku pasar. Sejak 2000 silam, dibentuk Paskomnas (Pasar Komoditi Nasional) yang mengembangkan pasar induk.

Grup perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan jaringan pasar induk itu yakin selain jumlah panen yang tidak teratur, naik turunnya harga secara tajam itu juga disebabkan mutu produksi yang kurang baik, juga pelaku dan penyelenggaraan pasar yang belum terorganisasi. Solusinya, mengembangkan institusi pasar induk, pasar penunjang, jaringan informasi, dan merevitalisasi pasar tradisional.

Paskomnas mengelola informasi komoditas tentang jenis, mutu, dan jumlah produk pangan yang dibutuhkan pasar induk di wilayah cakupannya. Jaringan pasar induk memberi data kebutuhan komoditi di setiap wilayah cakupannya sehingga data itu bisa menjadi panduan mengenai jumlah yang harus dipro­duksi daerah produsen. Sewaktu-waktu, mereka bisa menyalurkan kelebihan pasokan di suatu wilayah produksi atau mengambil pasokan komoditas di wilayah lain bila kekurangan.

Mereka menyelenggarakan pelayanan distribusi komoditas pangan grosiran. Nah seiring waktu, mereka pun mulai mengembangkan aktivitas secara daring lewat Paskomnas.com. Mulanya pelayanan grosir daring hanya dibuka untuk wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan Gresik, tapi terus bertambah sei­ring meluasnya jaringan pasar induk.

Butuh belanja sayur dan buah berkualitas secara grosir? Paskomnas.com bisa menjadi pilihan karena harganya lebih murah berkat jaringan pasar yang mendekatkan diri dengan petani. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya