Headline

Istana minta Polri jaga situasi kondusif.

Biaya Downtime akibat Lonjakan Arus Ternyata Lampaui Harga SPD

 Gana Buana
28/8/2025 21:25
Biaya Downtime akibat Lonjakan Arus Ternyata Lampaui Harga SPD
Downtime arus listrik.(Freepik)

BIAYA penghentian layanan (downtime) akibat lonjakan arus dan sambaran petir jauh melampaui harga perangkat proteksi. Untuk itu adopsi surge protective device (SPD) memang harus dilakukan lintas segmen dari telekomunikasi hingga residensial di Indonesia.

“Biaya downtime bisa lebih mahal dibandingkan perangkat,” ujar President Director PT Mitra Cipta Hardi Elektrindo (MCHE), Michael Hardinata, di Jakarta Kamis (28/8).

Menurutnya, meski pasar dibanjiri produk murah, preferensi pelanggan korporasi di Indonesia tetap condong pada kualitas karena nilai aset yang dilindungi, dari jaringan telko hingga pabrik, terlalu besar untuk dipertaruhkan. 

“Kami utamakan kualitas; harga harus kompetitif, tetapi bukan harga dulu,” katanya.

Ia menyebut perangkat SPD miliknya telah digunakan di Indonesia selama tiga dekade, terutama di operator telekomunikasi, disusul industri dan gedung berisiko tinggi. 

SPD, yang dipasang di panel listrik, berfungsi meredam lonjakan tegangan mendadak agar tidak merusak peralatan elektronik di gedung maupun pabrik. Untuk rumah, OBO merekomendasikan SPD tipe 1+2; varian 50 kiloampere (kA) seperti model V50 disebut memadai untuk kebutuhan residensial, sementara 80–100 kA ditujukan bagi beban lebih berat.

Di ranah proteksi petir, OBO memilih sistem konvensional alih-alih teknologi elektrostatis yang kini marak. Perusahaan menilai pendekatan konvensional, yang menyalurkan arus petir berintensitas tinggi ke tanah, sudah mapan secara desain dan standar di Eropa. 

Menjawab pertanyaan soal integrasi perangkat lunak pemantauan, Ia menyebut solusi yang ditawarkan tidak mencakup sistem monitoring khusus, dengan penekanan pada keandalan proteksi fisik.

Selain aspek teknis, kata dia, komitmen keberlanjutan di hulu produksi. Perusahaan mengklaim terus memperbaiki proses manufaktur, pengelolaan kemasan, dan logistik untuk mencapai penghematan karbon setiap tahun di Eropa, dan menyatakan siap membawa praktik tersebut ke Asia seiring meningkatnya tuntutan ESG.

Ia mengklaim posisi kuat di pasar premium kendati harga berada di atas produk buatan Tiongkok. 

“Ketika terjadi shutdown, kerugian layanan bisa berlipat dari biaya perangkat,” ujarnya, mencontohkan potensi dampak pada layanan telekomunikasi maupun penyelenggaraan acara besar jika proteksi tidak memadai.

Sementara itu, Managing Director OBO Bettermann South East Asia Pte Ltd, James Gan mengungkapkan pembukaan store ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat kehadiran OBO Bettermann di Indonesia. 

“Sejarah perangkat Surge Protection Device OBO Bettermann telah berlangsung selama 30 tahun di kawasan Asia Tenggara. Saat ini, kami dengan bangga memulai babak baru bersama mitra kami, PT Mitra Cipta Hardi Elektrindo, untuk semakin memperluas nama merek dan produk kami di pasar Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kehadiran store ini sebagai ruang interaktif untuk membuat pelanggan mengenal lebih dekat ragam solusi dan produk OBO Bettermann, sekaligus memperoleh pengalaman langsung yang mendukung pemahaman serta kepercayaan terhadap kualitas yang ditawarkan.

"Showroom ritel ini berfungsi sebagai wadah fisik untuk menampilkan solusi dan produk agar dapat diapresiasi secara maksimal, sekaligus menjadi sarana interaksi yang efektif dengan pelanggan," tambah James Gan. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya