Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SETELAH menempuh perjalanan udara lebih dari 20 jam, pasangan kembar panda raksasa yang lahir di Amerika Serikat (AS) Mei Lun dan Mei Huan tiba di Chengdu, Tiongkok, beberapa waktu lalu. Pasangan panda kembar pertama di dunia tersebut tiba di Tiongkok setelah tinggal di kebun binatang di Atlanta, AS, selama tiga tahun. Kepulangan panda kembar ke kampung halamannya itu merupakan hasil dari penjanjian antara Tiongkok dan AS mengenai peranakan yang koperatif.
Bayi panda yang lahir dari panda pinjaman di luar negeri wajib dikembalikan ke negeri asalnya setelah berumur lebih dari tiga tahun. Selain AS, Tiongkok telah mengirim banyak panda ke beberapa negara lain di dunia. Panda raksasa merupakan mamalia dari keluarga beruang yang berwarna hitam putih asal Tiongkok. Hewan pemakan bambu itu merupakan pemanjat pohon dan perenang ulung.
Hewan berjari enam itu tidak berhibernasi selayaknya beruang lain. Bentuknya yang lucu dan menggemaskan menjadi daya tarik bagi banyak orang hingga dijadikan simbol perdamaian di Tiongkok dan logo World Wildlife Fund (WWF). Melalui diplomasi panda, sejumlah panda raksasa hidup di luar habitatnya sebagai hadiah dari pemerintah Tiongkok untuk sejumlah negara. Dimulai pada 1972 saat Tiongkok menghadiahkan AS sepasang panda raksasa.
Dari sekian banyak yang dikirim ke luar negeri, sebagian besar tidak kembali ke negeri asal dan mati di luar negeri karena perbedaan iklim dan habitat. Hal tersebut mengancam populasi panda hingga dikategorikan sebagai hewan terancam punah. Sejak 1984 barulah pemerintah Tiongkok menerapkan peraturan peminjaman untuk menjaga populasi panda tersebut. Sejalan dengan pemerintah Tiongkok, WWF sebagai organisasi internasional yang menangani masalah konservasi dan restorasi lingkungan menjadikan panda raksasa sebagai fokus kampanye konservasi mereka.
Bahkan hewan ikonik itu dijadikan logo organisasi sejak 1961. Sejak 1970-an WWF telah mengampanyekan panda sebagai simbol program pemulihan spesies terancam punah. Dampak dari upaya menjaga populasi melalui program konservasi mulai terlihat. Sensus nasional pada 2014 melaporkan terdapat 1.864 panda raksasa termasuk anaknya di alam liar di Tiongkok. Jumlah itu meningkat dari 10 tahun lalu sebanyak 1.596 termasuk anaknya atau meningkat sebesar 17%.
Populasi panda tahun ini diprediksi mendekati 2.060 ekor. Perubahan positif tersebut dilaporkan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN) dalam daftar hewan terancam punah. Dalam laporannya IUCN menaikkan status panda dari terancam punah menjadi rentan karena kenaikan populasi yang cukup besar dalam satu dekade terakhir.
Risiko
Meskipun sudah tidak lagi berstatus terancam punah, hewan berwarna hitam putih tersebut masih menghadapi sejumlah risiko seperti epidemi dan perubahan iklim. Semakin berkembangnya perekonomian Tiongkok turut andil terhadap menyusutnya hutan bambu sebagai habitat panda. Tiongkok baru menyediakan cadangan bambu sejak 1992. Berdasarkan administrasi kehutanan Tiongkok, cadangan hutan bambu liar hanya melindungi hampir 70% dari 1,4 juta hektare.
IUCN memperingatkan pemanasan global bisa berdampak lebih buruk terhadap panda. Meningkatnya iklim global dapat membuat Tiongkok kehilangan lebih dari sepertiga hutan bambu mereka dalam 80 tahun. Bambu sebagai makanan favorit panda juga bukan tanpa masalah. Tanaman itu memiliki daur hayati, yakni mereka mekar dan mati dalam 20 hingga 40 tahun dan kemudian tumbuh kembali. Selain itu, keputusan IUCN menaikkan status dari terancam punah menjadi rentan tersebut menimbulkan pertanyaan dari beberapa pihak.
Kriteria umum IUCN dianggap tidak dapat diaplikasikan secara utuh untuk panda. Ketika mereka diet bambu, artinya kelangsungan hidup mereka benar-benar bergantung pada habitat mereka, perubahan iklim akan menjadi ancaman. Zhang Hemin dari pusat konservasi dan penelitian panda raksasa (China Conservation and Research Center for the Giant Panda/CCRCGP) yang berbasis di Senchuan menganggap apa yang dilakukan IUCN merupakan keputusan prematur.
Wakil Presiden Conservation Field Programs for the Wildlife Conservation Society Joe Walston menyatakan satwa liar sebenarnya dapat beradaptasi dengan perubahan jangka pendek dan musim ekstrem, tetapi butuh ruang bergerak dan beradaptasi. Oleh karena itu, Waltson menyarankan hal yang dapat dilakukan manusia untuk membantu panda dari ancaman tersebut ialah meningkatkan pertumbuhan habitat mereka dan membiarkan mereka bergerak secara lanskap.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved